CHAPTER 48: EMOSI

8 0 0
                                    

Jantung Aran sudah kembali berdetak,Alan dan juga Dinar sedang menunggu kesadaran Aran.

"Apa tante tidak ikut di evakuasi?" Tanya alan membuka pembicaraan

Dinar menghela napas, "ya rumah-ku kan terpencil,aku juga sengaja diam-diam menghilangkan rumah-ku dengan kekuatan sihir,aku tidak bisa begitu saja meninggalkan rumah yang sudah menemani hari-hari ku di bumi."

"Pantas aku sempat kebingungan mencari rumah mu, untungnya aku menggunakan sihir mata khusus,makanya aku menemukan rumah ini"

Alan mengalihkan pandangan nya ke arah Aran,jantung Aran berdetak cepat, sampai-sampai dada aran terlihat naik-turun.

"Aran,kau baik-baik saja?" Alan menepuk tangan adik nya agar bisa sedikit lebih tenang

Alan kaget tiba-tiba Aran mengubah posisinya menjadi duduk dan mata aran sudah terbuka lagi, Aran menatap sekeliling,dia sangat tidak asing mengenai tempat dia berada.

"Ini di rumah Tante Dinar, tetangga kau dulu." Jelas alan,dia jauh lebih tenang sekarang.

saat bangun mata Aran sudah merah,deru napas nya juga kian mengencang, tatapan mata nya sudah tidak bisa ditebak lagi,alan yang melihat nya jadi khawatir.

"Dimana Kisa?!" Tanya Aran, dia melihat sekeliling rumah itu

"Jangan menyebut nama-nya,dia orang yang jauh dari kata baik" perintah alan sambil memegang bahu adik nya

Aran menepis keras tangan Alan, "DIMANA KISA? DIA BUTUH BANTUAN,DIMANA DIA?" Aran masih tetap mencari letak Kisa di rumah Dinar,tubuh nya juga gemetaran.

"Aran, tenanglah!" Seru Alan yang sepertinya tidak di dengar oleh dia

"ARAN!" bentak Alan,dia khawatir melihat keadaan adik nya yang seperti itu

Aran memundurkan tubuhnya hingga menabrak dinding di belakang,kedua tangan nya meremas kuat kepala nya,wajah Aran sudah memerah.

"k-kenapa?"

"KENAPA?" Tubuh aran gemetaran, sekitar mata Aran sudah menghitam

Alan mendekat ke tubuh Aran,dia melepas tangan Aran yang mencekam di kepala nya,dan mengelus surai rambutnya dengan lembut.
"Aran, tenanglah ,jangan menyakiti diri sendiri."

"Bukan kah aku sudah mati?" Aran menatap kecewa ke arah alan

"Kau belum mati,jantung mu masih bisa disembuhkan." Jelas Alan tersenyum

Aran kian menatap ke bawah lantai, "kenapa selalu begini?"

"Kematian selalu memberi harapan pada-ku,"

"Aku ingin bertemu ibu, aku ingin melindungi nya disana,aku benci berada disini." Aran tersenyum kecut,bisa alan pastikan jika Aran sedang mengeluarkan emosi yang selama ini ia tampung

"Kau bisa keluarkan unek-unek yang selama ini kau pendam,tenang saja kau bisa melakukan apapun." Alan tersenyum tulus pada Aran

Aran tidak menanggapi ucapan kakak nya, tatapan mata nya berpindah ke arah dinar,setelah 2 detik,dia langsung menatap ke arah lain,

Aran meremas jari jemarinya kuat-kuat,napas nya kian memburu kencang, siapapun bisa mendengar nya,

Aran mengubah posisinya menjadi berdiri,dia berjalan perlahan-lahan ke arah luar pintu,dia melirik sekitar ternyata tempat itu masih sama.

Saat dia mau masuk ke dalam rumah, tiba-tiba kepala berdenyut keras,Aran tak kuasa menahan sakit,dia memposisikan dirinya ke dinding di luar dan mulai berjongkok.

ARAN [COMPLITED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang