Selamat datang, dan selamat membaca.
"Woi maling, jangan kabur, lo!" teriak mereka yang sedang mengejar seorang bocah.
"Woi, berhenti lo!"
"Tangkep aja, kalo bisa!" seru si bocah laki-laki itu, ia terus mempercepat larinya agar tidak bisa tertangkap oleh para warga.
Si bocah laki-laki itu terus berlari tanpa memikirkan telapak kakinya yang bercucuran darah. "Ada rumah pohoh, gimana kalo aku ngumpet di sana aja," monolognya.
Tanpa pikir panjang, ia pun menaiki tangga yang menuju ke rumah pohon itu.
"Aaaaaa!" Bocah laki-laki itu langsung menutup telinganya saat mendengar suara jeritan anak perempuan.
"Ssttt! Jangan teriak dong!"
"Lagian kamu ngapain ke sini?" tanyanya sedikit sewot.
"Aku lagi ngumpet dari mereka, jangan berisik yah."
"Oke, kena-"
"Sayangg! Kita pulang yuk nak! Ini udah sore!" teriak seorang wanita di bawah sana.
"Aku udah di panggil sama mama tuh! Dadah, semoga kita ketemu di lain hari," pamit anak perempuan itu.
"Dadah. Eh boleh gak aku tidur di sini?"
"Boleh kok." Setelah mengatakan itu, ia turun dan berlari ke arah ibunya.
Iyan melihat itu hanya tersenyum miris, tapi senyuman itu berubah menjadi manis.
"Cantik, kayak bidadari turun dari surga deh."Terima kasih.
Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya.Salam dari bikini beton nangka
🍍🍍🍍
KAMU SEDANG MEMBACA
Because He's Bentala
Teen Fiction"Ini makanan buat kamu, tapi kamu jangan bilang ke orang itu yah." "Nama kamu siapa?" "Ara, kalo gitu aku pergi dulu." "Tante, saya itu bukan orang miskin." "Mana buktinya?" "Buktinya atap rumah saya seharga lebih dari 1 triliun." "Kamu maling yah?"...