Kami hanya rakyat jelata, seharusnya Anda tidak pilih kasih!
Abhipraya
🍍🍍🍍
Abhi memijat keningnya, laki-laki yang tak sempat berganti pakaian itu sedang berada di atas jembatan sepi. Jembatan ini jarang dilewati oleh kendaraan karena posisinya berada di gang sempit.
Operasi Iyan hari ini harus segera dilaksanakan. Akan tetapi, Abhi belum mendapatkan uang yang cukup. Tatapannya hampa. Air yang mengalir deras di bawahnya tak bisa mengalihkan pikiran yang berkecamuk itu. Tadi ia sudah berusaha meminjam pada Bank, bahkan Abhi sampai menangis di sana. Tetapi, ia harus mempunyai jaminan.
Abhi menumpukan tubuhnya pada tiang jembatan. Menghela napas pelan sembari berpikir keras bagaimana cara mendapatkan uang banyak. Memang, Abhi mendapatkan cara instan. Hanya saja ... itu bukan perkara yang baik. Bisa saja nanti ia masuk penjara apabila terciduk mengambil barang sembarangan.
Kepala Abhi menunduk sejenak, lalu menengadah pada langit tanpa awan. "Tuhan, kenapa rumit sekali? Apa ini ujian yang engkau berikan? Hamba mohon ... beri keringanan." Abhi kembali menunduk, air matanya mencair di bawah teriknya matahari.
"Arrrgghhh!" teriak Abhi frustrasi.
Netranya perlahan terpejam. Menikmati luncuran air di wajahnya diiringi terpaan angin dingin. Terpintas sesuatu di otaknya. Dengan segera, Abhi menghapus air matanya. Tak ingin membuang waktu, Abhi berlari kencang menuju rumah sakit.
"Kenapa gak dari tadi, sih," gerutu Abhi yang sengaja ditujukan kepada otaknya.
Setiap langkah, Abhi meninggalkan jejak kaki yang berlumur darah. Sejak kemarin, Abhi kehilangan sandal buluknya. Entah tangan siapa yang begitu jahil. Sandal jepit biru terdapat garis-garis dan sudah tipis.
Napas Abhi tidak beraturan lagi, namun ia terus berlari. Yang berada di pikirannya hanya kata 'operasi'. Laki-laki itu, tidak ingin kehilangan keluarga satu-satuya. Tidak ingin.
Sesampainya di rumah sakit, Abhi bergegas mendatangi ruangan Dokter yang menangani Iyan. Tangan Abhi terayun. Sempat ragu untuk mengetuk pintu itu. Namun, ia memantapkan diri dan tersenyum.
Tok tok tok.
Setelah mendengar jawaban yang menyuruhnya masuk, Abhi membuka pintu itu. "Permisi."
Dokter berjas putih disertai nametag di dadanya yang bertulisan 'Darcel Maalik' itu menutup sebuah buku. "Silakan duduk," titahnya.
Abhi menarik kursi, lalu mendudukkan dirinya di depan Dokter Darcel. "Jalankan operasi adik saya, Dok," pinta Abhi.
"Rumah sakit ini punya aturan, Nak. Kamu harus membayar dulu biaya operasi yang akan kami jalankan."
Abhi menarik napas. Lantas berkata, "Sebagai gantinya, saya menjual salah satu ginjal saya. Asalkan, kalian menjalankan operasi adik saya, dan itu harus berhasil!"
Dokter Darcel menatap Abhi intens. Mencari kesungguhan pada mata itu. Beberapa detik kemudian, Dokter Darcel menghela napas. "Apa kamu bisa bertahan hidup dengan satu ginjal?" tanya Dokter Darcel tuk mengecoh Abhi.
"Saya bisa bertahan hidup atau tidak, itu tergantung pada Yang Maha Kuasa. Yang terpenting sekarang, kalian para Dokter, harus menjalankan operasi ini!"
"Apa di hati kamu memiliki keraguan?" tanya Dokter Darcel, lagi.
"Ada. Namun, rasa ragu itu saya hilangkan demi Iyan bisa membaik dari sakitnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Because He's Bentala
Teen Fiction"Ini makanan buat kamu, tapi kamu jangan bilang ke orang itu yah." "Nama kamu siapa?" "Ara, kalo gitu aku pergi dulu." "Tante, saya itu bukan orang miskin." "Mana buktinya?" "Buktinya atap rumah saya seharga lebih dari 1 triliun." "Kamu maling yah?"...