Akibat ceramah Harsa kemarin, Hira bangun sedikit lebih pagi dari biasanya. Bahkan Hira memaki dirinya sendiri karna menghabiskan satu menit berharganya untuk mengagumi wajah lelap Harsa yang sebenarnya tidak terlalu tampan, banyak yang lebih tampan dari Harsa. tapi pria ini good looking dan memiliki kharisma. Belum lagi cara bicaranya yang selalu mampu membuat orang tidak berkutik atau wibawanya yang benar-benar menguar, Hira yakin di luar sana pasti masih banyak perempuan yang menginginkan Harsa. Pertanyaan nya adalah sebaik atau sesempurna apapun Harsa apa yang membuat Hera justru meninggalkannya?
Hira sebenarnya tidak terlalu pandai memasak, apalagi sarapan yang seringnya di urus Bunga, maka sekitar satu menit terbuang sia-sia hanya untuk berfikir ingin buat sarapan apa dan ujung-ujungnya hanya nasi goreng yang bisa Hira sajikan.
Nasi goreng dengan telur, beberapa sayuran, dan bakso. Hira juga menggoreng nugget supaya lebih bervariasi. Setelah membuat sarapan Hira kembali ke kamar dan mandi, bahkan setelah mandi dan berpakaian di kamar mandi, Harsa belum bangun juga.
"Mas Harsa" Hira menggoyangkan bahu Harsa dua kali, jujur Hira masih tidak berani untuk menyentuh Harsa. lagi pula Harsa juga tidak akan suka. tenang saja, karna Hira akan selalu tau diri.
"Mas Harsa!" sekali lagi Hira menggoyangkan bahu Harsa. Namun pria itu tidak bergeming sama sekali, maka karna takut Harsa terlambat bekerja Hira menepuk-nepuk pipi Harsa berkali-kali sampai mata Harsa terbuka dan menemukan Hira di depannya.
"Jam berapa?" tidak bisa di pungkiri. Karna meski telah mengelak dan menghindar berkali-kali, Hira tetap saja tidak bisa menolak bahwa sampai detik ini, rasa itu masih ada. Melihat Harsa bangun dengan wajah bantal dan rambutnya yang berantakan membuat jantungnya berpacu terlalu cepat
"Hira?"
"Hmm" Hira buru-buru berdiri dari posisinya yang tadi duduk di pinggiran kasur
"Mandi sana, aku udah masak" hanya itu yang mampu Hira katakan lalu mengambil tas berisi keperluan kuliah, ponselnya yang amat penting dan sepatunya tentu saja. Hira akan memakai nya dibawah saja.
Tadinya Hira percaya diri dengan menyajikan nasi goreng untuk sarapan, namun ternyata Hira salah dan ia sangat menyesal. Karna terlalu buru-buru dan takut terlambat masuk kelas pagi mengingat macetnya ibukota saat pagi hari, Hira sampai lupa mencicipi masakannya sendiri.
Hira melirik pada Harsa yang makan dengan tenang, pria itu bahkan sudah hampir menghabiskan nasi di piringnya. Apa hanya perasaannya saja kalau makanan ini sangat asin? Kenapa Harsa terlihat biasa saja?
"mas?" Harsa menatap Hira yang duduk tepat di depannya
"ini asin!" Hira berseru setengah kesal, kalau pun Harsa mau protes Hira akan terima karna memang ia berhak mendapatkannya, tapi yang ia temui sekarang justru Harsa yang diam saja seakan tidak terjadi apa-apa. Makan dengan tenang seolah itu sangatlah enak.
"Iya asin" itu saja. Lalu Harsa berdiri dan mengambil piring Hira yang masih menyisakan sedikit nasi lalu mencucinya.
Hira melongo, apa-apaan tadi itu? apa Harsa sedang berusaha menjadi pria yang baik? menjaga perasaan Hira begitu?
Belum selesai keterkejutan yang tadi, Harsa justru mengambil roti di kulkas dan mengolesinya dengan selai coklat. Hira yang melihat itu hanya diam sambil bertanya-tanya dalam hati
"Ambil, makan di mobil" karna Harsa tadi lihat, bagaimana Hira kesulitan menghabiskan nasi di piringnya, kuliah itu juga butuh tenaga. Makanya supaya bisa mencerna materi dengan baik, ada baiknya selalu menyempatkan diri untuk sarapan.
Hira mengambil kotak makan berwarna coklat itu, membiarkan Harsa berjalan lebih dulu. Karna Hira sibuk, sibuk menahan senyumnya atas perilaku Harsa yang membuatnya berdebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL BLUE
ChickLitDia itu seperti air, aku tidak bisa tanpanya, tapi juga bisa mati karenanya.