HIRA.17

19.5K 1.2K 16
                                    

Hira keluar dari kamar mandi dalam keadaan telah rapih, gadis itu kemudian duduk di tepi kasurnya.

Dia ternyata sedang datang bulan. Marah-marah, nangis, dan menciptakan drama di depan Harsa siang tadi adalah karena dia sedang datang bulan. Menyebabkan suasana hatinya menjadi kacau bahkan untuk perkara sepele. Sekarang jujur saja Hira malu bertemu Harsa, kenapa juga datang bulannya kali ini muncul tanpa tanda-tanda sih?

Maka atas dasar malu, Hira mengirim pesan pada Harsa kalau dia akan menginap di rumah Bunga untuk malam ini. Dimana pesan itu hanya di baca tanpa dibalas oleh Harsa. Entahlah, lebih baik memang tidak usah karena Hira sedang malu sekali sekarang.

Mengingat dirinya menangis dan berteriak di depan Harsa atau caranya yang langsung tenang hanya karena Harsa memeluknya berputar di ingatan membuat Hira tidak berhenti merutuki dirinya sejak siang.

"Hira, ayo turun makan dulu" Fiona masuk begitu saja karena pintu kamar Hira yang tidak tertutup rapat.

"Iya" Setelah menyimpan handuknya asal diatas kasur, Hira turun bersama Fiona

"Suami kamu tau kamu nginep?" Hira hanya mengangguk, kalau dalam fase datang bulan begini selain moodnya yang berantakan, Hira yang sebelumnya sudah malas jadi tambah malas. Malas melakukan apapun, malas bicara dan kadang-kadang malas makan. Andai saja tadi ia makan ayam bakar yang Harsa sempat pesan mungkin sekarang Hira tidak akan turun dan makan.

Di ruang makan, Bunga sudah disana menata meja makan. Ia tersenyum menyambut Hira

"Seneng deh ibu kamu makan di rumah malam ini" Hira mengangguk sambil tersenyum lebar pula, padahal rumah Harsa sebenarnya tidak terlalu jauh dari rumah Bunga, sejak setelah menikah ini adalah kali pertama lagi Hira datang.

"Makasih bu, ibu sampe masak banyak amat kek mau hajatan" lalu Hira tertawa kecil.

"Gak papa, ibu malah seneng" Hira sudah tidak menanggapi, ia mengambil piring lalu mengisinya dengan lauk.

"Mau makan sekarang atau tunggu Harsa?" Hira baru akan menaruh ayam kecap ke piringnya saat pertanyaan Bunga terlontar

"Dia gak kesini bu, aku kan tadi datang sendiri dia. Gak aku ajak" klarifikasi Hira dengan cepat, pada dasarnya Bunga memang telah sangat dekat dengan Harsa. Makanya wajar kan kalau dia berfikir Harsa akan datang kemari? terlebih pria itu sudah menjadi menantunya.

"Kenapa gak diajak?" Hira kemudian menoleh pada Fiona yang tiba-tiba saja membuatnya kesal. Memang harus ya dia se-kepo itu?

"Kenapa sih____

Hira tidak sempat mendebat Fiona saat bel rumahnya berbunyi, sehingga bertambah lah kekesalan Hira karena orang menyebalkan mana lagi yang bertamu malam-malam begini?

"Aku aja yang buka Bu" Fiona sigap berdiri mengingat kondisi ibunya itu memang sudah tidak sebugar dulu, apalagi sejak Hera menghilang tanpa kabar hingga saat ini.

"Aku makan ya bu, udah laper nih." Hira tidak punya riwayat maag, tapi kalau dari siang hingga malam begini belum ada sebutir nasi pun yang masuk ke lambungnya, ia juga bisa sakit.

"Iya makan yang banyak, semuanya buat kamu kok" Bunga mengelus sekilas rambut Hira, memerhatikan putri bungsunya itu makan sekarang menjadi menyenangkan. Bunga merasa kesepian sejak Hera dan Hira tidak di rumah. Andai mungkin Fiona tidak berbaik hati menemaninya disini, ia akan sendirian entah hingga sampai kapan.

"Masuk mas, ibu udah masak banyak" Hira dengar kalimat Fiona, tapi menggerogoti tulang ayam sedang menjadi fokusnya sekarang.

"Duduk Harsa, kamu apa kabar?" Mendengar kalimat Bunga, Hira sontak menoleh kaget, bertepatan saat matanya bertubrukan dengan netra milik Harsa, Hira tersedak. Ia terbatuk sampai membuat Bunga panik

FEEL BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang