Dia Arga Prawira, teman pria yang bisa dibilang teman pria yang paling dekat dengan Hira. Pria yang memilih melanjutkan pendidikannya diluar negeri itu sekarang berada di depannya, di kantin kampusnya.
"Serius lo?" Hira menatap Arga tak percaya, sekian tahun tidak bertemu dan tidak berkomunikasi sama sekali ternyata membawa banyak perubahan. Arga yang dulunya berkacamata dengan bingkai tebal dan baju sekolah kebesaran ini sudah bagai duplikat model majalah pria kesukaan Sera. Hira tidak berlebihan, harus di akui bahwa Arga luar biasa berbeda sekarang. Ia tampan hingga lebih cocok jadi artis saja.
"Ngapain juga gue bercanda, buktinya sekarang gue udah duduk di depan lo kan?" Benar juga, Hira mengangguk kemudian.
"Terus, sekarang lo ngapain disini?" Arga baru kembali dari Australia beberapa hari yang lalu, pria itu kemudian mendatangi Hira di kampusnya dan memberi kabar bahwa ia sekarang sedang cuti kuliah karena ingin fokus mengembangkan usahanya di Indonesia yang lumayan sukses.
Hira tidak mengerti kenapa ada orang seperti Arga, meninggalkan kuliahnya di luar negeri-walau sementara- untuk bekerja.
Well, Arga memang pria yang cerdas sejak jaman dahulu kala. Pria itu punya usaha sendiri sejak masih SMA dulu. Bakery and cake cafe miliknya sudah ada di beberapa tempat di kota ini dan Hira juga tau milik Arga itu lumayan terkenal dan kekinian. Beberapa kali Hira kesana dan memang nyaman dan Hira suka
"Ya nerusin usaha, lagian gue bosen disana sendirian. Kayaknya emang gue salah ambil jurusan" benar, Arga yang memiliki badan kekar ini sebenarnya sangat hobi membuat kue. Dimana bagi Hira, jarang sekali rasanya ada pria yang tertarik dengan segala macam kue atau bagaimana cara membuatnya. Arga penggemar dessert dan sejenisnya tapi malah kuliah ambil jurusan kedokteran.
"Terus ngapain sampe datang kesini, kita kan bisa ketemu diluar bareng Sera juga?" Mereka bertiga semasa SMA memang berada di circle yang sama. Mungkin Hira juga akan memperkenalkan Cerelia pada Arga kapan-kapan.
"Kata Sera lo cuma ada satu kelas hari ini makanya gue samperin sekalian" iya, dibandingkan dengan Harsa, Sera memang rajin sekali bertanya soal jadwal kuliah Hira.
"Emang mau kemana sih?" Katanya Arga mau minta di temani hari ini
"Temenin gue cek apartment, sama sekalian belanja keperluan selama disini, gue juga udah ajak Sera kok biar makin rame." Hira mengangguk menyetujui ajakan Arga dengan senang. Dari pada mati bosan dirumah mending jalan-jalan kan?
"Yaudah sekarang aja, jemput Sera dulu deh" mereka kemudian beranjak dari kantin, berjalan beriringan sambil mengobrol nostalgia masa-masa sekolah dulu hingga tiba di depan lift, Hira berpapasan dengan Harsa dan bu Hanna yang entah dari mana mereka berdua.
Harsa tentu tidak menegur Hira, pria itu hanya menatapnya sekilas dan juga Arga di sampingnya kemudian memasuki lift menuju lantai satu. Hira sengaja menarik Arga agar berdiri di belakang membiarkan Harsa dan Hanna berada di depan
"Ntar malam nginep di apart gue aja gimana?" Hira melirik pada Arga, sepertinya lama tinggal di negeri orang membuat Arga lupa budayanya. Bukankah kalimatnya itu dapat mengundang kesalah pahaman?
Hira menatap sebentar ekspresi Harsa yang terpantul di pintu lift yang entah kenapa seolah lambat sekali. Dan ya, pria itu tentu tidak akan peduli.
"Males" jawab Hira jujur. Dia memang beberapa kali alias sering menginap di rumah temannya sejak masih SMA. Tapi tidak pernah dirumah Arga atau pria lainnya karena Hira juga tau batas
"Ayo lah, sebelum gue balik ke Australia" Arga menyenggol bahunya dengan sengaja
"Lo balik masih lama lagi Ga, gak usah lebay" Arga terkekeh, benar memang masih lama. Tapi itu tidak akan terasa karena dia akan sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL BLUE
ChickLitDia itu seperti air, aku tidak bisa tanpanya, tapi juga bisa mati karenanya.