HIRA.22

20.2K 1.2K 3
                                    

Harsa tau, setelah kejadian beberapa hari lalu. Hira menghindarinya lagi. Sehari dua hari masih Harsa biarkan karna merasa Hira mungkin masih memerlukan waktu untuk menenangkan diri dan pikirannya.

Tapi sudah hampir seminggu Hira begitu pasif, ia menjawab ketika Harsa bertanya tapi tetap saja Harsa merasa kurang. Setelah apa yang terjadi, Harsa tidak mungkin masih memandang Hira seperti biasanya. Hira sudah bukan lagi Hira yang ia sayangi sebagai adik, ini berbeda. Melihat Hira begitu diam membuat rasa bersalah dalam diri Harsa semakin besar, ia bahkan menjadi segan menyentuh Hira. Tapi jika dia juga ikut diam akan kemana arah pernikahan mereka? Harsa sudah berapa kali berjanji pada dirinya untuk tidak mempermainkan pernikahan dan juga perasaan Hira? Harsa tidak boleh tinggal diam. Ia tau itu, tapi bagaimana kalau Hira saja bahkan enggan menatapnya?

Harsa menatap punggung Hira yang kini fokus memotong daun bawang. Sudah ada ART,  tapi Hira memang masih turun ke dapur di pagi hari belakangan ini. Harsa tau, Hira begitu karena ingin menghindar darinya. Harsa mendekat, tidak membuat Hira menoleh meski suara Harsa pasti sampai ke telinganya.

"Bi, baju saya yang kemarin mana?" Harsa kemarin memberi bajunya untuk di setrika karena Hira tidak bisa, hasilnya tetap saja kusut meski sudah di setrika.

"Sebentar pak saya ambil kan" Harsa mengangguk, tinggallah ia dan Hira yang masih tidak peduli dengan keberadaannya. Harsa mendekat, memeluk Hira dari belakang meski ia tau Hira seketika menegang

"Mas, apaan sih!" Hira berusaha menyingkirkan tangan Harsa yang memeluk perutnya. Masih pagi ia sudah harus di buat takjub oleh sikap Harsa? Seperti belakangan pria itu yang memang menjadi banyak tanya padanya.

"Kamu yang kenapa?" Hira merinding, Harsa mengecup bahu Hira yang di lapisi piyama berwarna pink

Sebenarnya Hira begitu terkejut dengan perubahan Harsa sejak apa yang terjadi pada mereka kemarin-kemarin

"Aku lagi masak!" Hira bisa-bisa memotong jarinya sendiri kalau Harsa begini

"Hari ini saya antar aja, biar sekalian" jawab Harsa tidak nyambung, mungkin maksudnya berangkat bersama ke kampus karena harsa memang mengajar di kelasnya pagi ini

"Iya, sekarang lepasin" jawab Hira tidak ingin memperpanjang. Ia sudah berhasil menghindari Harsa beberapa hari ini, kali ini juga pasti berhasil.

Harsa tidak bergerak, ia kembali menciumi bahu Hira lalu menenggelamkan kepalanya pada ceruk bahu dan leher Hira.

Astaga, Harsa sedang kenapa?!

"Nanti diliat bibi!" Hira memekik, ia memukul tangan Harsa tapi pria itu sama sekali tidak menghiraukan nya.

"Sudah cukup Hira, mau berapa hari kamu diamin saya?" Hira meringis, Harsa ternyata sadar ya dia menghindar?

"Saya gak akan kemana pun sampai kapan pun, saya akan setia dengan pernikahan ini. Apa lagi yang kamu ragukan?" Hira masih diam, ia tidak tau harus mengatakan apa. Hira memang ragu tapi jenis ragu ini tidak dapat ia jelaskan sendiri.

"Mas, lepas aku mau masak" Hira membalas dingin, kesal juga dia lama-lama dengan sikap Harsa.

Harsa semakin mengeratkan pelukannya, bahkan ia menciumi leher Hira yang seketika terkejut. Hira berbalik mencoba mendorong Harsa menjauh, tapi memang pria itu tidak ingin pergi, ia kembali mendekat tanpa melepas kedua tangannya dari pinggang Hira, kembali menenggelamkan kepalanya di leher perempuan itu meski Hira berontak, Hira mungkin masih bisa tenang kalau pria itu hanya bernafas di lehernya, tapi Hira tidak bisa tidak panik kalau Harsa mencium lehernya berulang kali.

Hira mau teriak, tapi takut bibi mendengar dan mendatangi mereka yang posisinya tidak senonoh ini.

"Mas please" Hira merengek, mendorong bahu Harsa hingga pria itu menjauh dari lehernya tapi tidak dengan posisinya. Harsa dengan nafasnya yang mulai tidak teratur menatap Hira dalam, andai tidak ingat ia mengajar pagi ini.

FEEL BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang