Hira sedang menata beberapa roti dan kue-kue sembari bercerita dengan Putri-teman kerjanya-saat seseorang mendekat dan langsung menyebutkan pesanannya. Atas kedatangannya yang tiba-tiba itu Hira spontan mengangkat pandangannya yang tadi menunduk menyusun kue.
Matanya refleks melotot mendapati keberadaan Harsa di depannya, kemudian ia melirik Putri yang sedang sibuk meracik latte. Seperti pesanan Harsa tadi.
Tidak tau kenapa, tapi Hira menjadi gugup bekerja dibawah tatapan Harsa, ia jadi tidak berani menatap pada pria itu meski Harsa tetap menatap padanya.
"Guys..guys..kata pak Athar nanti malam jadi" Tari tiba-tiba datang dengan cerianya.
"Beneran? Di club?" Putri berbisik, tapi Hira yakin Harsa yang berdiri hanya dibatasi meja di depan mereka juga dapat mendengarnya.
"Iya, lo berdua datang kan?" Putri dan Tari kompak menatap pada Hira yang berdiri di tengah mereka.
"Hira nih, katanya ada janji sama orang lain. Sama cowok yang tadi pagi ya?" Putri dengan sengaja menyenggol bahu Hira.
Hira semakin gugup, juga..takut? Ia menunduk dan membasahi bibirnya yang mulai kering seiring dengan tatapan Harsa yang seperti dapat menembus retina.
"Liat nanti deh, gue kebelakang dulu" Ucap Hira lalu berlari kecil menuju dapur. Disana, ia menghela nafasnya lega sembari memegang dadanya yang berdetak terlalu kencang.
Harsa kenapa bisa disini? Kenapa dia tau kalau dia bekerja disini?
Sore harinya, setelah jam kerja Hira selesai. Athar mendatanginya yang sedang menunggu di jemput Cerel. Mobilnya mogok tadi pagi, dan ia meminta Cerel untuk membawanya ke bengkel. Karena masih di bengkel, sekarang Hira menunggu Cerel menjemputnya. Mereka juga ada janji ingin makan diluar bertiga bersama Sera.
"Pulang naik apa Hira?" Hira menoleh dengan senyuman pada Athar yang hari ini berulang tahun juga mengajak dirinya, Putri dan Tari untuk ikut merayakan nanti malam. Di salah satu kelab malam yang sebelumnya belum pernah ia masuki karena termasuk kelas mahal.
"Di jemput Cerel" ucap Hira, Athar ini seusia dengannya juga Cerel, makanya Hira tidak lagi memanggilnya mas karena Athar baru-baru ini bilang soal usianya. Hira tidak juga memanggilnya dengan pak karena Athar tidak mau di panggil pak.
"Nanti malam datang kan? Gue juga udah ajak Cerel kok." Oh iya? Cerel belum mengatakan apa-apa
"Liat nanti deh ya?" Karena Hira tidak tertarik sebenarnya, tapi mengatakan itu pada Athar juga dia merasa tidak enak. Bagaimana pun, Athar sudah baik sekali padanya karena mau memberikan pekerjaan padanya meskipun sebenarnya dia tidak butuh karyawan tambahan.
"Ok, kalau gitu gue duluan ya?" Athar menepuk sekilas bahu Hira, lalu benar pergi dari sana dengan mobilnya.
"Dia yang mau di kenalin Sera ke kamu?" Hira menoleh dengan kaget. Harsa datang beberapa detik setelah mobil Athar pergi.
"Kok masih disini?" Ucap Hira, tentu saja. Ini sudah berjam-jam terlewat sejak dia datang memesan latte.
"Ayo pulang" Harsa mengambil tangan Hira untuk ia genggam. Bersamaan dengan itu, mobil Cerel juga datang dan ada Sera yang duduk di bangku depan membuka kaca jendela mobil dan berteriak pada Hira.
"Sorry telat, tadi___
Ucapannya tidak selesai karena Sera sekarang sudah melotot melihat keberadaan Harsa dan juga tangannya yang menggenggam pergelangan tangan Hira.
"Ngapain lo pegang-pegang temen gue?!" Teriak Sera yang langsung turun dari mobilnya, tindakannya itu membuat Hira di landa rasa panik.
Ia belum bercerita pada Sera atau Cerel soal Hera yang ternyata hamil dengan pria lain. Bukan Harsa. Termasuk juga belum menceritakan bahwa selama ini, surat cerai yang ia terima itu adalah palsu. Asisten pribadi Harsa yang membuatnya persis sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL BLUE
ChickLitDia itu seperti air, aku tidak bisa tanpanya, tapi juga bisa mati karenanya.