"Saus tartar?" Cerelia mengernyitkan dahinya, tidak ada yang salah dengan saus itu tentu saja. Dia juga suka, tapi kini ia menatap Hira nyaris tanpa kedip ketika makan siang ini Hira meminta bertemu dengan dalih bosan. Di salah satu restoran, Hira memesan Chiken Nanban dimana ada saus itu disana.
"Kenapa?" Hira ikut bingung, memandang Cerel dengan mulutnya yang terus mengunyah.
"Lo gak suka saus tartar Hira" ucapannya itu membuat Hira berhenti makan. Dia lupa, Hira memang tidak suka saus tartar. Sejak kapan? Mungkin sejak lahir. Ia tidak sempat menanggapi rasa heran juga bingungnya pagi tadi karena tiba-tiba saja ingin sesuatu dengan tartar. Hira menatap piringnya, sudah nyaris habis makanan diatasnya dan teguran Cerel baru menyadarkannya
"Gak tau, tiba-tiba pengen." Hira berucap pelan, meski bingung ia tetap melanjutkan makannya. Ayolah, rugi kalau tidak di habiskan apalagi memang enak.
"Yaa...gak papa, makan-makan aja sih." Cerel tertawa canggung. Bukan apa-apa, ia mengenal Hira bukan kemarin sore waktu hujan-hujan. Sudah sangat lama, dia tau betul kalau Hira tidak suka saus itu. Satu-satunya saus yang ia suka agaknya cuma saus tomat. Maka mendapati Hira makan lahap dan menghabiskannya membuat pikirannya berasumsi. Tapi Cerel menyimpannya sendiri
"Hira, gue mau ngomong sesuatu" Hira mengangguk, sudah selesai makan dan minum. Ia mengelap bibirnya dengan tisu lalu fokus menatap Cerel.
"Gue mau ke Sydney" mendengarnya Hira mengernyit, Cerel termasuk jarang berpergian keluar negeri. Hobinya adalah membeli aset. Rumah, apartment, atau mobil. Apalagi dia punya usaha yang sedang sangat berkembang. Namun dari dulu, liburan versinya paling jauh cuma Bali. Atau ke kampung halaman neneknya dimana sebenarnya terletak di pelosok dan tidak ada jaringan internet.
"Mau apa?" Sera juga sekarang sedang sibuk. Sangat sibuk. Sampai Hira tidak berani mengganggunya. Ia biarkan Sera fokus pada proses wisudanya.
Well..temannya hanya Sera dan Cerelia. Selebihnya hanya sekilas. Bertemu paling hanya tanpa sengaja dan menyapa hanya dengan senyum. Hira punya banyak kenalan di kampus, bahkan mungkin sebagian besar orangnya, Hira tidak ada masalah dengan keramaian bahkan bisa sangat 'lepas' ketika ke kelab malam kan? Tapi semua bebasnya itu ada Sera dan Cerelia di dalamnya. Hira tidak pernah melakukannya dengan orang lain, dari sana dapat di simpulkan bahwa hanya Sera dan Cerelia yang membuatnya nyaman hingga sejauh ini dan masih sampai sekarang.
"Gue..mau lanjut S2 disana" Hira terdiam, ia dan Cerel bertatapan beberapa lama. Cerel juga sebentar lagi wisuda. Mungkin dua atau tiga minggu lagi. Wajar, Cerel itu cerdas. Banyak yang tertarik padanya karena itu, tapi memang sampai sekarang sejak putus dengan mantan terakhirnya, Cerel tidak pernah lagi menjalin hubungan baru.
Hira tidak pernah tanya karena Cerel bukan orang yang gemar mengumbar hubungan.
Namun, mendengar ucapannya barusan seolah membuat jantungnya sejenak berhenti. Dia akan tanpa Cerel dan Sera? Sera, yang katanya akan menetap di Surabaya setelah kelulusannya karena akan bekerja di perusahaan milik ayahnya. Begitu ya?
"O-oh..ok" tapi mana mungkin dia melarang teman-temannya untuk berkembang? Setiap orang punya impian dan selalu ingin mengembangkan diri kan? Mungkin memang dia yang tidak cocok dengan kedua temannya yang begitu. Hira agaknya terlalu santai selama ini, seperti apa yang ibunya Riska bilang.
"Lo..yakin gak mau lanjut?" Cerel tidak benar-benar memusingkan itu, tapi apa lagi Hira? Harsa lebih dari mampu untuk itu, Hira juga tidak bekerja, dan dia masih muda.
"Lo malu gitu temenan sama gue? Lo udah gak mau temenan sama gue karena gue gak punya gelar?" Cerelia cepat-cepat menggelengkan kepalanya.
"Ya enggak dong Hira, gue cuma__
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL BLUE
ChickLitDia itu seperti air, aku tidak bisa tanpanya, tapi juga bisa mati karenanya.