HIRA.43

21.4K 1.7K 42
                                    

Ulang tahun ayahnya kali ini ternyata mengundang banyak orang. Beberapa rekan kerja juga teman-teman kuliah ayahnya banyak yang datang. Harsa tau ketika mamanya menelponnya bertanya apakah akan datang atau tidak. Meski sebenarnya Harsa tau itu basa-basi. Dheana mau Harsa dan Hira datang.

Kali ini Bunga menolak ikut lagi dan memilih menemani Hera dirumah, padahal Harsa sudah mengajaknya. Tapi memang, meski Dheana dan Bunga memiliki usia yang hampir sama, nyatanya kondisi Bunga agak sedikit lebih lemah dari Dheana. Yang masih bisa bergerak sana-sini secara bebas.

Bunga dan kondisi kesehatannya kadang tidak memungkinkan.

"Ngapain sih dandan lama banget? Itu juga baju kamu apa gak berlebihan?" Harsa sudah selesai bersiap, sebenarnya tidak juga karena ia hanya merapikan penampilannya sehabis mengajar. Harsa hanya sedang menunggu Hira yang masih sibuk menata rambutnya agar bergelombang. Juga lihat bajunya, Hira memakai mini dress berwarna pink dan berkilau. Harsa tidak tau menjelaskannya, dress itu membuat lekuk tubuh Hira terlihat jelas, dia jarang memakai heels, tapi Harsa melihatnya malam ini.

"Ya biar cantik dong, gimana sih!" Hira menjawab nyolot. Harsa hampir tidak pernah melihat Hira berdandan. Sudah pernah ia katakan, Hira itu natural dengan make up tipisnya. Ia biasa dan sering keluar rumah tanpa polesan make up apapun. Dia memakai baju longgar dan celana panjang, melihatnya memakai dress agak membuat Harsa susah untuk fokus.

"Kita cuma ke acara ulangtahun" dimana tamu yang datang adalah teman-teman kedua orangtuanya. Bukan orang-orang seusia Hira

"Iya, yaudah ayo." Hira mengambil tasnya lalu turun duluan, memasuki mobil Harsa setelah pamit pada Bunga dan Hera. Fiona sedang tidak dirumah.

_______

Pesta diadakan di taman belakang rumah orang tua Harsa, taman luas dan terdapat kolam renang di tengah. Dheana sepertinya mengeluarkan banyak uang untuk menghias taman ini menjadi secantik sekarang.

Hira belum bertemu dengan mertuanya ketika Riska dengan gaunnya mendekat. Hira membuang wajah, enggan menatap Riska yang malam ini memakai lipstik merah menyala.

"Mas, di cariin ayah tadi." Riska datang untuk Harsa, Harsa yang tadinya di samping Hira menggenggam tangannya-, hanya mengangguk sekilas.

"Siapa?" Hira menolehkan kepalanya pada Harsa

"Ayah aku" namun yang menjawab pertanyaan adalah Riska, Hira memutar bola matanya.

"Emang gua nanya elo?" Mendengar jawaban itu membuat Harsa melingkarkan tangannya pada pinggang Hira lalu menariknya meninggalkan Riska. Riska yang nampak ingin membalas balasan sombong Hira barusan

"Apa kabar om?" Pria kisaran umur lima puluh tahunan itu berbalik, memeluk Harsa singkat juga menepuk-nepuk bahunya.

"Makin gagah aja, udah lama gak keliatan." Ucapnya, dia Wijaya. Ayahnya Riska yang menyempatkan dirinya datang.

"Kenalin om, dia Hira." Hira memasang senyum lebarnya, berjabat tangan formal pada Wijaya.

"Istri kamu kan?" Harsa mengangguk, wajarlah, dia tidak datang waktu Harsa menikah.

"Dia adiknya Hera yah, yang harusnya nikah sama Harsa." Tessa yang ada disana memberi informasi yang seolah sangat penting itu

"Oh ya? Kamu sama Hera gak jadi__

"Enggak om, ini Hira, istri saya." Harsa mengusap lembut pinggang Hira yang sudah menghilangkan senyumnya.

"Oh, maaf deh om gak tau. Cantik juga istri mu ini." Wijaya tertawa canggung pada Hira

"Mas, kamu masih ingat__

"Aku ke mama dulu ya?" Hira memotong ucapan Riska yang baru datang sekaligus mengundang seluruh atensi datang padanya. Hira tidak akan peduli pada sopan santun untuk malam ini, berada di tengah-tengah Riska Tessa dan ayahnya yang nampak penasaran ini membuat mood nya turun.

FEEL BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang