Sejak acara makan malam waktu itu, Hira semakin mengurangi intensitas kedekatannya dengan Bunga, Hira tidak mau hal-hal semacam itu terulang lagi. Walau tengah malam saat Hira pura-pura tidur diatas kasurnya, bunga masuk mengendap-endap dan mengelus kepala Hira sebentar lalu keluar lagi. Itu yang membuat Hira tidak betah lama-lama marah pada Bunga. Karna Hira tau walau sering dibandingkan bunga juga sangat menyayangi Hira. Sama seperti Hera.
"kenapa lo ngelamun aja, mikirin utang"? Sera datang dan menepuk bahu Hira secara tidak santai. Gadis yang hobi menonton drama china itu membawa sepiring batagor dan segelas es teh
"lo gak makan"? tanya Sera lagi
"lo yang gue makan mau"?
"Jangan dong, daging gue alot" Hira memutar bola matanya, ia sedang tidak bersemangat untuk bercanda ria.
"Serah sera aja" Sera terkekeh pelan, mengaduk-aduk batagor hingga bumbunya tercampur lalu makan tanpa menawarkan Hira sesendok saja.
"mbak Hera mau nikah" kebetulan, Sera juga mengenal Hera. Beberapa kali menginap dirumah Hira membuatnya pernah melihat Hera
"oh ya, kapan emangnya"? yang Sera tidak tau adalah perasaan Hira, tentu saja karna satu-satunya orang yang tau akan perasaannya hanya Hira saja
"belum tau, masih rencana" lalu meja kembali hening, Hira sibuk berfikir kiranya kemana dia bisa pergi hari ini. Karna Hira sedang malas berada di rumah.
"jalan yuk Ser" Sera berdecak, sangat amat tidak suka kalau ada yang memanggilnya hanya dengan 'ser' dan sialnya orang yang menciptakan panggilan itu sedang duduk di hadapannya sekarang
"gak" jawab Sera mantap tanpa berfikir panjang
Hira menghela nafas, sebenarnya tidak ada yang salah selain perasaannya yang jatuh pada tempat yang salah. Lagi pula Hira sudah berusaha menjauh mati-matian. Tapi tetap saja selalu ada celah, Hera bukan tidak pernah mendekat, kakaknya itu pernah beberapa kali mengajaknya jalan-jalan bersama Harsa. Tapi Hira tidak mungkin hadir di tengah-tengah orang yang sedang pacaran. Buat apa?
_________
Lagi-lagi Hira mendesah malas, turun dari mobilnya dengan tidak semangat kala mendapati mobil Harsa juga ada disana. Empat hari setelah kabar pertunangan itu, Harsa memang tambah sering datang kerumah seperti tidak punya pekerjaan lain.
"Hira, sini nak ibu mau ngomong" Hira sempat mematung sejenak, ada Harsa dan juga kedua orang tuanya disana. Apakah lamaran resminya adalah hari ini? tapi kenapa wajah Bunga sedih?
"kamu tau Hera dimana"? pertanyaan yang di lontarkan bunga membuat Hira menatapnya bingung. Selama empat hari juga Hira sama sekali tidak pernah bertemu dengan Hera. Hira menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk mendekam di kamar menonton tv atau bermain ponsel. Keluar saat lapar dan makan di dalam kamar. Apalagi Hera itu punya kerjaan di luar jadi jarang ada dirumah.
"aku gak tau, kenapa gak telfon aja"? jawaban Hira ikut membuat Harsa mengerti bahwa Hira memang tidak tau apa-apa
"ibu"! Hira memegangi lengan bunga yang melemas di tempat, sebenarnya ada apa sih?
"akhir-akhir ini, apa Hera gak ada bilang apa-apa ke kamu? misal dia mau kemana atau sama siapa"? tanya Dheana, ibu dari Harsa yang juga Hira kenal.
"gak tante, mbak Hera gak pernah ngomong apapun" Hira melihat kearah Harsa, pria itu sedang memandang kearah lantai. Rahangnya mengeras dengan tautan tangan yang saling meremas
"kakak kamu pergi, dia cuma pamit sama ibu lewat pesan" Hira menatap bunga tidak percaya, beberapa detik tersadar Hira mengambil ponsel ibunya yang tergeletak diatas meja
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL BLUE
ChickLitDia itu seperti air, aku tidak bisa tanpanya, tapi juga bisa mati karenanya.