Hira bahkan baru akan memilih kiranya ingin pakai baju apa hari ini saat Harsa sudah rapi dengan setelan nya seperti biasa saat hendak mengajar.
Hira hari ini punya kelas pertama di jam sembilan pagi, rencananya ia akan minta berangkat bersama Harsa.
"Mas tungguin dong, aku belum mandi." kata Hira saat Harsa sedang berdiri memakai jam tangannya
"Kelas kamu jam sembilan, sekarang masih jam tujuh, mau ngapain ke kampus jam segini?" jawab Harsa sembari mengambil dompet dan juga alat-alatnya yang lain.
"Kan mobil aku masih di bengkel" Hira tadinya tidak usah pusing akan berangkat kuliah bagaimana karena ada Harsa, tapi suaminya itu terlihat enggan memberinya tumpangan.
"Saya mau ke kantor dulu sebelum ke kampus, arahnya berlawanan. Kamu mending berangkatnya nanti jam delapan biar gak telat" Harsa mendekat, mencium pipi dan kening Hira berniat pamit.
"Saya udah minta tolong supir mama untuk antar kamu ke kampus jam delapan nanti, pulangnya sama saya." terakhir, Harsa mengusap kepala Hira pelan lalu benar-benar pergi.
Sial, padahal Hira sudah payah mengusir kantuknya demi agar bisa berangkat bersama Harsa.
____________
Pukul sebelas siang, kelas Hira berakhir lebih cepat dari perkiraannya. Sekarang gadis itu sedang berada di parkiran paling luas kampus untuk menunggu Gio dan teman-temannya yang lain untuk melanjutkan kerja kelompok mereka yang tertunda.
Hira sudah sebal dengan terik matahari di jam sebelas siang yang begitu ganas saat netranya melihat mobil Harsa berhenti tidak jauh dari posisinya berdiri. Ia memarkirkan mobilnya. Sebal itu perlahan berubah menjadi rasa kesal saat pintu penumpang mobil Harsa terbuka dan turun Audi dari sana kemudian Harsa dari dari balik kemudi.
Hira mengalihkan pandanganya dari Audi menuju Harsa, pria itu sejenak terkejut mendapati Hira berdiri di bawah pohon yang tidak terlalu lebat. Harsa sudah berjalan kearah Hira saat Audi mendekat menghalangi jalannya, gadis seusia Hira itu tersenyum lebar.
"Makasih mas Harsa, roti buatan aku jangan lupa di makan ya?" Kata Audi yang mampu Hira dengar karena jarak yang tidak jauh. Spontan Hira melirik pada sebuah tas bekal berukuran kecil yang Harsa pegang.
Sialan!
Hira mengumpat berulang kali dalam hatinya. Ternyata begini sensasi cemburu itu. Harsa pagi tadi menolaknya berangkat bersama tapi bebas saja bersama Audi tanpa memikirkannya, Harsa yang hanya meminum sedikit kopi buatannya dan tanpa menyentuh sarapan ternyata menerima bekal dari perempuan lain.
Harsa sengaja tidak sarapan karena akan di beri bekal oleh Audi ya?
Spekulasi-spekulasi yang ada di kepalanya semakin membuat Hira ingin marah tapi sayang ia sedang di area kampus.
Hira memilih membuang pandangannya, tidak mau tau apa respon Harsa terhadap kata-kata manis Audi barusan. Netranya yang mulai kesulitan memandang karena cahaya matahari yang begitu silau samar-samar menangkap kedatangan Gio yang mampir ke kantin membawakan pula titipan Hira
"Gio buruan!" Hira teriak tepat setelah Harsa berada di sampingnya tidak lupa Audi yang entah kenapa enggan pergi dari sisi Harsa
"Sabar dong princess!" Gio balas teriak tapi bedanya ia betulan kesal karena di suruh-suruh Hira.
"Mau kemana?" Harsa bertanya dengan nadanya yang terdengar tegas, mengabaikan rasa jengkelnya mendapati Hira meneriakkan nama Gio.
"Siang pak" jawab Hira cuek dan melenceng dari pertanyaan Harsa.
"Lo yang waktu itu di kantin kan?" Hira menoleh pada Audi, mengangguk tanpa sedikitpun senyum.
"Lo sekarang mau kemana? Gue boleh ikut gak? Gue belum akrab sama teman sekelas" Audi yang tidak peduli situasi dan kondisi dengan ringan lebih kearah tidak tau malu bagi Hira-, malah minta ikut.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL BLUE
ChickLitDia itu seperti air, aku tidak bisa tanpanya, tapi juga bisa mati karenanya.