Harsa sudah protektif bahkan sejak ia belum hamil. Tidak boleh keluar kalau dia tidak tau kemana dan dengan siapa. Namun agaknya, Hira makin menyadari tingkat protektif Harsa meningkat sejak ia di nyatakan hamil.
Ini sudah bulan ketiga, perutnya belum terlalu besar dan kata dokter masih harus sangat hati-hati. Hira memang memahami itu, ia juga jadi lebih hati-hati bahkan untuk sekedar makan saja ia pilih-pilih. Ia cari yang paling sehat padahal dulunya ia seperti tidak peduli itu.
Tapi Harsa, dia membawa Hira tinggal bersama Dheana karena tidak mau Hira sendirian dirumah. Jadi sejak tiga bulan lalu, ia dan Harsa memang sudah tinggal disini.
Sera dan Cerel hari ini kebetulan berada di jakarta, mereka meminta bertemu karena memang sudah lama tidak saling jumpa. Hira sudah meminta izin pada Dheana dan ia mengijinkan dengan syarat supir harus ikut, mudah. Hira memang sedang malas menyetir. Namun sebagai isteri yang berusaha baik, Hira mengirim pesan pada Harsa berniat meminta izinnya pula. Tapi tidak di izinkan. Sebelum dia hamil, asal dia sudah menyebut nama Sera apalagi Cerel, Harsa tidak akan banyak tanya. Tapi yang ini, ia benar-benar langsung di beri ultimatum.
"Aku udah lama tau gak keluar rumah, emang aku tahanan kota apa?! Gak boleh kemana-mana" Hira membalas nyolot larangan Harsa melalui telepon.
Nanti aja sama saya, ini dikit lagi selesai.
Harsa itu punya banyak teman, beberapa sudah pernah di kenalkan, tapi kata mereka semua Harsa memang termasuk yang paling jarang nongkrong sejak bekerja. Dia hanya datang untuk acara-acara penting. Tidak hanya untuk datang duduk memesan kopi dan mengobrol sampai panjang. Harsa makanya tidak paham bahwa Hira butuh itu karena ia terbiasa.
Tidak ada virus mematikan atau zombie diluar sana, dokter juga tidak melarangnya beraktivitas. Maka kenapa Harsa berlebihan sekali?
"Kamu mau ikut aku sama temen-temen aku gitu?" Kalau dengan teman-temannya saja dia tidak, masa dengan teman-teman Hira dia mau?
Kenapa emang? Gak boleh?
Bukan tidak boleh, tapi tidak cocok. Harsa tidak akan nyaman. Untuk dia yang suka ketenangan Harsa agaknya akan pergi kurang dari satu menit ketika mendengar betapa mereka bertiga berisik kalau sudah berkumpul. Lagi pula, pergi dengan Harsa sejak dia hamil terlalu banyak larangan. Bahkan baju dan sepatunya saja Harsa yang pilihkan.
"Aku gak mau kamu ikut___
Yaudah, berarti gak boleh pergi.
Lalu panggilan di matikan oleh Harsa, menyebalkan sekali dia memang kadang-kadang. Cerel hanya punya waktu satu minggu untuk kemudian ke Sydney, Sera juga sudah sangat sibuk karena langsung bekerja pasca selesai wisuda. Maka, biarkan Harsa bosan dan kapok karena berani-beraninya menawarkan diri ikut dengannya.
"Baju emang harus ketat banget?" Hira memutar bola matanya, ia memakai dress panjang berwarna mocca. Memang pas badan, tapi Harsa berlebihan.
"Enggak ketat, biasa aja." Harsa tidak memperpanjang kali ini, ia tau-tau saja mendekat dan langsung meletakkan sepatu sneaker di depan Hira.
"Gak usah pake sepatu aneh-aneh" Hira memutar bola matanya sekali lagi, sepatu yang punya hak tinggi sekarang dianggap aneh oleh Harsa.
"Bagus gak? Ini di beliin Sera, asli dari Korea" Hira menoleh, memonyongkan sedikit bibirnya agar Harsa dapat melihat warna lipstiknya.
"Terlalu cerah" Hira mendengus, menatap Harsa judes dan penuh permusuhan.
"Kamu aja yang enggak ngerti" Harsa masih berdiri disana, menunggu Hira selesai menata rambutnya yang seperti tidak berkesudahan. Ia mengambil lipstik yang tadi Hira pakai dan membacanya
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL BLUE
ChickLitDia itu seperti air, aku tidak bisa tanpanya, tapi juga bisa mati karenanya.