HIRA.18

11.2K 727 15
                                    

Kemarin-kemarin, Hira menyadari ada begitu banyak perubahan dari Harsa.

Harsa yang belakangan menjadi lebih perhatian bahkan untuk hal-hal yang bagi Hira adalah sepele. Harsa yang dulunya sangat pasif tidak membuka suara ketika di tanya kecuali penting pelan-pelan menjadi lebih baik sampai Hira sendiri merasa heran.

Tapi kemudian semuanya normal, kembali seperti Harsa biasanya.

Sejak insiden ia tidak sengaja tau bahwa Harsa masih mencari keberadaan Hera beberapa hari lalu, Hira belum lagi memiliki keberanian untuk bertanya detailnya pada Harsa.

Meski penasaran, Hira sebenarnya juga takut pada kenyataan bahwa Harsa memang masih berusaha. Hira benci pikirannya yang selalu mengingatkan hatinya yang mudah goyah ini bahwa, Harsa memang masih mencintai Hera. Perjalanan cinta yang dimulai sedari mereka berdua masih sangat muda hingga sama-sama dewasa memang tidak semudah itu untuk di lupakan. Apalagi cara Hera yang pergi tentu mengundang tanya

Hari ini hari minggu, Hira sudah bangun sejak pukul enam pagi. Tidak biasanya ia bangun sepagi ini. Hira sungguhan bukan orang yang produktif, tapi mengingat dirinya sekarang adalah seorang istri yang memang memiliki kewajiban untuk menyiapkan segala keperluan suaminya.

Harsa, pria yang membingungkan. Kadang membuatnya merasa mulai di terima, tapi sisinya yang lain terus saja menyadarkannya bahwa Harsa hanya tidak ingin menyakitinya sebagaimana pria bijaksana yang tidak menyakiti wanita.

Hira pun seperti katanya diawal sudah bersiap kalau-kalau Hera kembali nantinya.

Kembali ke realita, karna asisten rumah tangga yang Harsa pesan baru datang besok, alhasil Hira masih harus menyiapkan sarapan sendiri, ia juga sudah berencana membersihkan rumah serta mencuci pakaiannya hari ini.

Hira memutuskan membuat avocado toast serta sedikit salad saja pagi ini. Hira sudah meletakkan dua piring masing-masing berisi dua avocado toast serta satu mangkuk kecil salad diatas meja saat Harsa turun dari lantai atas. Pria itu tidak memakai pakaian kerja membuat Hira bingung. Harsa selalu kerja meski libur lalu kenapa hari ini?

"Kamu gak kerja?" Harsa mengambil duduk di depan Hira

"Gak" jawaban singkat. Harsa memang selalu mampu membuat Hira tak berkutik lagi setelahnya. Sebenarnya menjadi hal yang wajar kalau Hira ingin tau kenapa atau apa sebenarnya kesibukan Harsa selain menjadi dosen. Tapi orang itu adalah Harsa, orang yang meski tidak mengatakannya secara langsung tapi mampu membuat Hira paham untuk tidak mencampuri urusannya. Karena kalau memang Harsa bersedia, tanpa ditanya pun harusnya Harsa mau memberitahu kan?

"Kenapa melamun?" Hira tersentak kecil, ia hanya menggeleng menjawab pertanyaan Harsa.

"Aku mau keluar nanti sore, mungkin pulangnya malam" Hira berbicara saat roti di piring Harsa sudah habis, ia baru ingat kalau Cerelia dan Sera mengajaknya untuk jalan-jalan hari ini mengingat mereka sudah hampir tidak pernah kumpul bertiga, terutama Sera yang memang memutuskan pindah kampus ke Surabaya.

"Kemana?" Harsa merespon cepat, ia meletakkan kembali cangkir kopinya meski belum sempat ia cicipi.

"Aku mau ke apart Sera, mau hang out aja sebelum dia ke surabaya" jawab Hira sembari mengunyah gigitan terakhir rotinya.

Meski hari ini Harsa libur dan Hira berada dirumah pun tidak akan tercipta momen romantis apapun. Bahkan mengobrol saja mereka hanya sesekali meski Harsa jadi sedikit perhatian padanya, apalagi pria itu yang sempat meminta maaf padanya beberapa hari lalu tidak membuat hubungan mereka jadi lebih dekat. Harsa memang hampir saja membuatnya jatuh kembali, tapi Hira lebih dulu sadar bahwa Harsa sama sekali belum menjadi miliknya. Atau mungkin tidak akan

FEEL BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang