9. Renung

90 59 12
                                    

Update🎉

Happy Reading guys📖

Hari mulai sore, matahari mulai tenggelam, langit berubah gelap, menyisakan bulan dan butir-butir bintang yang menghiasi langit malam. Kini seorang gadis tengah berdiri di balkon kamarnya, menikmati hembusan angin malam, menatap kagum langit yang dipenuhi ribuan bintang.

"Indah" satu kata yang terlontar dari bibir Clara saat menyaksikan ciptaan tuhan yang luarbiasa indah menghiasi angkasa.

"Andai semua masi sama" ucapnya tampa mengalihkan pandanganya dari langit

"Makan dulu gih udah malem" ucap seserang yang tiba-tiba muncul disamping Clara.

"Hah! Kakak sejak kapan?" kejut Clara.

"Suka banget liat bintang, sempe ga sadar ada kakak hm?" ucap Cain seraya mengusap lembut kepala adiknya.

"Hehe maaf kak" ucap Clara terkekeh malu seraya menunjukkan sederet giginya.

"Yaudah yuk makan" ajak Cain dan langsung dibalas anggukan oleh adiknya

♥ ♥ ♥

Pagi ini langit tengah murung, senja indah kemarin sore ternyata tidak dapat merubah cuaca buruk seperti sekarang. Di depan sana Zean, Afran, Varel, Raka, dan Satya baru sampai di depan gerbang sekolahnya, nampaknya bel masuk sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu hingga gerbang tinggi itu sudah tertutup.

"Pak buka gerbang" pinta Afran turun dari motornya beralih menggoyahkan gerbang besi besar yang menghalangi jalan mereka.

"Loh kalian telat!" ucap satpam sekolah itu dengan sinis.

"Gak, buruan buka" ucap Afran memerintah.

Peria paruh baya yang sudah bertahun-tahun mengabdikan dirinya pada SMA angkasa kini mengerutkan dahinya, berani sekali bocah SMA ini memrintahnya "Bel masuk sudah berbunyi sejak tadi! Bagaimana bisa kalian menyangkal tidak telat!" Tajamnya menatap kesal deretan pemuda itu.

"Kalau bapak mau dipecat, silahkan menolak perintah saya" Afran menyalah gunakan predikatnya. Padahal anak ini akan segera dilantik menjadi ketua club S.A.K tetapi dia justru menantang satpam itu.

Sukses, satpam sekolah itu ini teringat saat membaca name tag bocah SMA itu yang bertuliskan Afran Dilgantara, kini dia tahu bahwa anak ini adalah anak dari kepala sekolah sekaligus anak pemiliknya "Baiklah!" Dengan situasi yang memaksa ia pun membuka gerbang SMA Angkasa, tentu dia masih ingin berada di sini demi menafkahi keluarganya.

Akhirnya kelima motor itu berhasil masuk di lapangan parkir SMA Angkasa, setelahnya kelima pemuda itu berjalan melewati lapangan dengan perasaan was-was. "Mau kabur kemana kalian!" seru seseorang hingga membuat ke Afran, Satya, dan Raka terkejut.

"Mampus" umpat Satya

"Hehe Selamat pagi pak" sapa Raka ramah mengalihkan perhatian agar guru yang memergoki mereka itu tidak menghukumnya.

Tapi sepertinya guru itu tidak menanggapi, ia justru memasang muka garang "Jam berapa ini? Kenapa kalian baru sampai?!" marah Pak Joy.

"Ini masi pagi pak" ujar Afran.

"BISA BANTAH KAMU!" kesal Pak Joy.

"Wis santuy Pak, nanti cepet tua" sahut Satya nemenangkan namun seolah semakin menantang.

"Iya pak tar kalo marah-marah cepet tua, cepet mati juga" ledek Raka

"KAMU!" geram Pak Joy.

"Sabar Pak, entar darah tinggi" ucap Satya mengingatkan.

NYCTOPHILIACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang