20. Detak-

93 29 8
                                    

Happy Reading..
Semoga Suka..

Pagi ini kembali cerah, mansion paling luas dan mewah di ibu kota itu terlihat semakin terang bersama bunga dan tanaman cantik yang menghiasi sekitarnya, pancuran air di sana semakin memperindah taman. Derup langkah itu berjalan menuruni tangga, bersamaan dengan wanita setangah baya dengan pakaian khas Ibu negara yang berwibawa datang menghampiri "Mau berangkat?" tanyanya kepada sang putra.

"Iya" singkatnya.

"Sendirian?" tanya sang Mama lagi dan hanya dibalas anggukan kecil oleh Zean.

"Tidak berangkat sama Clara?" tanya Difya, yang seketika membuat dahi Zean sedikit berkerut, ia menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Kenapa? Bukannya dia pacar kamu?" tanya Difya menatap remaja dihadapannya dengan heran.

"Pacar? Ck najis" Decihnya dalam hati "Drayn sama temen" ucapnya beralibi.

"Terus Clara kamu biarin berangkat sendiri gitu?" Seru Difya, ia membelak tak percaya dengan ungkapan sang putra, bagaiman bisa cowok ini mengatakan berangkat bersama teman sedangkan pacarnya berangkat sendirian tanpa pengawasan, ck, ck, sama sekali bukan tipekal cowok yang baik untuk dijadikan pacar.

"Hm" jawab Zean tanpa beban, ia sama sekali tidak perduli.

"Kamu gimana sih, gimana kalau terjadi apa-apa sama dia?" Tajam Difya menatap nanar putranya.

"Gak akan" Sahut Zean.

"Pokoknya sepulang sekolah kamu ajak dia kesini" ucap Difya memerintahkan.

"Ngapain?" hedik Zean tidak suka, meski tidak dia tampakkan.

"Mom mau ngadain acara di rumah, dan Mom mau kamu ajak calon menentu Mom kesini" ucapnya kukuh tidak mau ditolak.

Menantu? Anjir Zean ingin terbahak detik itu juga, sungguh itu sangat aneh batinnya, andai Mamanya tau jika bisa Zean tidak ingin pernah bertemu dan menengal perempuan menyebalkan itu, tapi ada gunanya juga sih itu cewek "Acara buat apa?"

"Kok kamu jadi banyak tanya gini sih?" Keluh Difya, entah ia merasa kesal dengan anak dinginnya yang banyak tanya atau karena ini hari sensitifnya, dia juga tidak tahu.

"Ck" Zean berdecak kesal, ngomong salah tidak ngomong salah, sebenarnya Mama nya ini maunya dirinya bersikap bagaimana. Ia yang merasa kesal melangkah pergi, tidak menghiraukan teriakan sang ibu yang menggema karena ditinggalkan.

"Drayn! Mommy Belum Selesai!!"

♡♡♡

Para remaja itu tengah asik bermain di lapangan. "Lo.." Zean menatap Raka tajam, bisa-bisanya cowok itu enek meminum kaleng soda yang baru saja ia beli.

"Hehe Sorry bos, gak tau" Elaknya tersenyum memperlihatkan sederet gigi putihnya.

"Basi" ucap Zean singkat namun pedas.

"Kantin kuy!" Ajak Afran yang sudah berdiri di ambang pintu rooftop.

"Gas" Setuju Raka yang langsung beranjak dari duduknya.

"Lo gak ikut Rel?" Afran balik menatap Varel yang masi merebahkan tubuh di atas sofa rooftop tanpa pergerakan.

"Nanti gue nyusul" ucapnya yang dibalas anggukan oleh mereka.

Seusai kepergian ke-3 sahabatnya, Varel mengusap layar ponsel, dengan wallpaper yang masih sama, tidak berubah sejak hampir tiga minggu yang lalu. "Lo milik gue" gumamnya menatap penuh arti layar ponselnya.

Setelahnya ia beranjak, entah kemana arah tujuannya saat ini, yang ia harapkan tuhan mempertemukannya dengan gadis itu. Sibuk mencari keberadaan si gadis cowok itu sampai tidak memperhatikan jalan, membuat seseorang yang membawa kardus berisikan tumpukan barang dengan seikat balon di tangannya secara refleks berseru "Awas!"

NYCTOPHILIACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang