Ujian terakhir, semua siswa merasa lepas dari tanggungannya, mereka merasa nyawanya terkumpul kembali setelah sekian lama. Setelah menyelesaikan mata pelajaran dalam ujian terakhir ini, beberapa siswa berkumpul dengan teman-temannya, dari mulai membahas rencana liburan, rencana berkumpul bersama keluarga, atau sekedar nongkrong bersama untuk mengurangi rasa bosan.
Namun berbeda dengan sekelompok remaja yang tengah memasang aura serius di tepi lapangan. Tidak ada ekspresi senang di wajah mereka, yang ada hanyalah aura mencengkram yang terlihat dimata siswa lain. Raka yang biasanya menyapa, Afran yang biasanya disapa, Satya yang biasanya akrab dengan remaja sebayanya, Doni yang begitu disegani siswa, Zean dan Varel yang selalu di kagumi, kini tidak ada satupun siswa yang mendekat atau bahkan sekedar menyapa mereka.
"Orang-orang pada kenapa sih" Satya membuka suara, ia penasaran dengan sikap siswa/siswi lain yang melewati mereka.
"Tau, dari tadi perasaan kayak orang ketakutan gitu liat kita, dipikir hantu apa" Ketus Raka seraya memutar bola mata malas.
"Gue rasa ada yang gak beres" Doni menebak, cowok ini selalu peka terhadap situasi.
Tab.. Tab..
Di depan sana terdengar suara bergeming dari langkah lebar seorang gadis yang lari menghampiri mereka "Guys liat Mading!" Itu Laura, kekasih Doni.
"Kenapa bye?" Doni bertanya sembari mengusap punggung gadisnya yang masih mengatur nafas.
"Gak bisa jelasin, ikut aja ayok buruan!" Ucapnya cepat, segera menuju mading utama diikuti yang lain.
Anak-anak remaja itu berkumpul di sekeliling mading dengan membelah kerumunan siswa lain. "What!" Raka membeo, Artikel-artikel apa yang barusan ia liat ini. Di sana tertera foto-foto dan keterangan yang menjelaskan Anggota Our'stars urakan, tawuran, balapan, minum-minum, dan semacamnya yang lebih parah lagi.
Zean melepas satu poster dengan kasar, foto-foto itu menarik perhatiannya. Diingat-ingat ia dan teman-temannya tidak pernah melakukan hal-hal separah foto tersebut, ini artinya artikel ini dibuat-buat. Ia akui jika tawuran dan balapan, tapi tidak sampai mengonsumsi zat terlarang.
"Orang gabut mana sih yang ngelakuin ini" Raka lagi-lagi ngedumel kesal, ikut melepaskan foto-foto tidak jelas itu.
"Orang Gila!"
"Cupu!"
"Tolol!"
Satya, Afran dan Doni saling sahut umpatan untuk orang yang sudah berani menyebarkan berita hoax tentang mereka seperti ini.
Masih dikerumuni siswa, tiba-tiba Satya merasakan jari-jari seseorang menarik pergelangan tangannya. Otomatis cowok itu menoleh "Eh.. Sayang?" Refleks melihat Nayla, gadis yang kini berdiri di sebelah.
"Maaf gak liat kamu" tutur Satya merendahkan suara.
Gadis itu tersenyum getir "Kamu.. bisa jelasin?" Langsung ke topik yang dia maksud dengan menunjuk papan pengumuman itu.
Deg.
Satya paham situasi sekarang. Sesaat kemudian Nayla berjalan pergi. "Nay" Satya memanggil, hendak menyusul namun pundaknya di tahan oleh Afran "Ini kesempatan lo" Sarannya.
"Tapi--"
"Gue harap lo gak ngecewain" Afran berikan dua tepukan di pundak, meski tak seberapa, ia berharap dapat menguatkan Satya. Tak mau berfikir lagi Satya segera mengejar Nayla dengan perasan campur aduk.
Di sana Nayla tengah duduk di bawah pohon. Satya menatap punggung Nayla dengan nafas berat, langkah demi langkah diupayakan untuk mendekat hingga berada tepat di sebelah gadisnya. Ia berjongkok di depan Nayla, meraih tangan gadis itu perlahan "Sayang.." panggilnya hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
NYCTOPHILIAC
Teen Fiction⚠️MENOLAK PLAGIAT⚠️ Zean Drayn Lorenzo seorang pemuda berdarah dingin yang dipertemukan dengan Clara Avza Edward, gadis cantik yang hatinya telah hancur. Pertemuan yang tidak tepat membuat mereka saling membenci. Hingga Zean memutar keadaan setelah...