25. Skor 4:2

26 4 1
                                    

Sebesar apapun masalah hidupmu
jangan pernah lupakan tuhanmu.

-Raka Adtya-

~~~~~~~~~~✿~~~~~~~~~~

Rasa-rasanya hari cepat sekali berganti. Clara yang semula berbaring diatas tempat tidurnya kini terpakasa bangkit dan beranjak untuk membersihkan diri. Setelah mengenakan seragam sekolah kebanggaan SMA Angkasa, gadis itu segera menyiapkan buku-buku dan memasukkannya ke dalam tas, ia berjalan keluar kamar untuk sarapan.

Ah, dia lupa jika orang tuanya tidak di rumah, dan asisten rumah tangga yang berkerja dirumahnya belum lama izin cuti karena harus pulang kampung "Nggak ada Bibi, gak makan lagi dong" gerutu Clara mengulas nasib "Masa iya gue suruh masak jam segini, keburu siang elah" Monolognya melirik ke arah jam dinding.

Gadis itu lantas saja keluar rumah, hendak saja gadis itu akan meminta sopirnya untuk mengantar, kini justru dikejutkan dengan hadirnya sebuah mobil yang masuk melewati gerbang rumahnya.

"Masuk" Suruh Zean setelah kaca mobil itu menurun memperlihatkan wajahnya. Clara langsung saja putar arah, kemudian masuk ke dalam mobil.

Seusai mendudukan pantatnya gadis itu menatap cowok yang memegang setir pengemudi "Lo harusnya gak perlu repot-repot jemput gue, lo gak perlu maksain diri kalau cuma disuruh Tante Difya, gue bisa kok cari alasan kalau Tante tanya, ya walaupun gak boleh bohong sama orang tua tapi gue gak mau lo ngerasa terbebani dan terpaksa harus berangkat pagi-pagi demi jemput gue, lagian sopir gue ada kok. Jadi mulai besok lo gak usah jemput gue lagi" ucap Clara, gadis itu mengoceh dengan kalem.

"Udah?" Tutur Zean tanpa ekspresi, membuat si gadis lantas membeku mendengar suara dingin Zean yang seperti ingin melahap manusia hidup-hidup.

Cowok itu mendekat ke arah Clara, ia memposisikan wajahnya sejajar dengan muka cewek di depannya. Mengunci pergerakannya Clara kala lengannya berada di ujung sabuk pengaman "Gue jemput lo, karena gue mau" tuturnya dingin, tepat di hadapan gadis itu, seraya menarik seatblet dan memasangkannya.

Degh..

Sungguh, Clara dibuat senam jantung oleh manusia berinisial ZDR itu, rasnya seperti tercekat hingga tidak bisa bernafas.

Tak mau ambil pusing lagi, Zean kini melajukan mobil, tidak perduli dengan gadis yang sedang shock sesaat itu, dia benar-benar kesal, niat hati untuk menjemput gadis ini, tetapi justru mendapat tuduhan bahwa dia terpaksa katanya.

"Turun" Ucap Zean, masih sama dinginnya seperti tadi.

"Gue--" Hendak Clara bicara, dan meminta maaf karena menyesali ucapannya, namun cowok didepannya terlebih dahulu menyela.

"Turun!" Putusnya sarkas. Clara menunduk, gadis itu memilih untuk menurut, karena ia tahu bicaranya pasti akan membuat Zean semakin marah.

Baru saja kedua remaja itu keluar dari mobil, seorang guru lantas saja menghampiri "Bagus.. Jam berapa ini!" Tuturnya menajamkan mata, Pak Joy selaku guru piket yang bertugas pada hari ini itu nampak kesal dengan dua muridnya.

"Saya rasa, bapak memakai jam" Datar Zean, tutur katanya terlihat sangat santai, tidak ada rasa takut sedikitpun.

"Diam kamu! Bicara yang sopan! Gak bosan kalian buat masalah! Sudah berapa kali saya bilang jangan pernah berbuat ulah, tapi apa tidak ada bosan-bosannya kalian melanggar aturan! Lihat sepatu kamu, apa itu yang dipakai seorang siswa?!" Cerocosnya mengomel, menunjuk sepatu canvas putih milik Clara.

"Ma-maaf Pak" Ucap Clara menunduk, gadis itu memperhatikan sepatutnya dengan perasaan gugup.

"Ck" Zean hanya memutar bola matanya malas melihat guru itu. Apalagi ketika mendengar buih-buih berbusa yang memuaskan telinganya, rasanya ingin sekali menendang guru berkepala botak ini hingga ke Mars.

NYCTOPHILIACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang