19. Terkapar

64 31 8
                                    

Puluhan makhluk yang menjadikan satu orang sebagai lawannya, tak lain hanyalah banci!

Satya.

●●●

Bel istirahat telah berbunyi sejak dua menit yang lalu. Koridor kini sudah nampak ramai dipenuhi banyak murid yang berlalu lalang. Mulai dari yang membaca buku, bercinta dengan teman, berkumpul, ke kantin dan sibuk dengan aktivitas masing-masing.

Hanya kisaran waktu beberapa detik setelah itu semua seolah mematung, pandangan mereka terpaku menatap seorang siswa yang berjalan di depan sana, menyita seluruh pasang mata yang ada.

lihatlah pemuda itu, pakaian putih yang menjuntai keluar, almamater sekolah yang tidak dikenakan, dasi bertuliskan SMA Angkasa yang sudah tidak ada lagi di tempatnya, rambut yang acak-acakan, serta hardband yang melilit di kapalaanya membuat mata yang menyaksikan tidak berkedip, sampai punggung cowok itu menghilang di balik pintu mobil sport hitam miliknya.

"Mau makan dulu atau langsung ke RS?" Tanya Afran setelah kehadiran Zean yang baru memasuki mobil.

"RS" Jawab Zean sembari memasang seatbelt nya.

"Oke." Patuh Afran, cowok itu menalakan mesin mobil dan melaju keluar gerbang SMA Angkasa. Jika ditanya kenapa di jam istirahat seperti ini kedua remaja itu dapat keluar masuk dengan mudah jawabanyak karena Afran memiliki koneksi yang baik antara dirinya dan kepala sekolah, yaitu antara anak dan ayah.

Setelah memepuh perjalanan yang sedikit melelahkan karena ulah jalanan kota yang padat pada akhirnya mobil yang dikendarai remaja berpakaian siswa SMA itu akhirnya sampai di gedung bernuasa putih yang mendominasi di sekeliling mereka.

Setelah mengetahui ruang rawat sahabatnya dari salah satu sahabat lainnya pula, kedua remaja dengan tubuh atletis itu berjalan beriringan menuju ruangan VIP nomor 07. Afran membuka pintu yang didalamnya terlihat Doni, Afran dan Raka yang asik menertawakan Satya, kecuali Varel yang duduk nyaman sembari memainkan ponselnya.

Zean yang akan melangkah memasuki ruangan tiba-tiba terhenti, matanya menangkap sosok Satya yang tengah berbaring penuh luka di beberapa bagian tubuhnya, perban yang melilit di kepala cowok itu, mata kiri yang membiru, sudut bibir yang sobek, dan beberapa luka lain seperti goresan di muka, kaki dan lengannya. Jari-jari cowok yang berada di depan pintu itu terkepal, akan dia pastikan orang yang mencelakai anggotanya akan mati di tangannya, cowok itu sungguh sangat emosi kali ini.

"Eh Sat, kalo kayak gini lo lucu tau gak sih, kek Panda" ledek Raka yang memang sebelah mata Satya bengkak hingga menimbulkan warna keunguan akibat karya indah para bangsat

"Diem lo Setan!" Maki Satya yang masi berbaring dengan tatapan tajamnya mengarah kepada Raka.

Raka hanya terkekeh, ia sangat menyukai raut wajah kesal dari sahabatnya itu "Kita foto dulu yuk, jarang-jarang gue liat muka lucu lo" Ucap Raka yang mulai berfose mengambil jepretan foto bersama Satya.

Sementara Doni yang melihat itu hanya bisa terkekeh dan sesekali menggeleng, sedari tadi ia tak henti-henti melihat tingkah konyol keduanya "Sesat emang."

Satya mendengus kesal, ingin sekali mencabik-cabik si bocah tiada akhlak, akan tetapi Satya memilih diam kala diarasa tubuhnya masi terasa sakit untuk digerakan.

Sementara dua remaja yang berdiri di depan pintu itu lantas saja masuk "Wih bawa makanan nih pasti" Ucap Raka bersemangat setelah melihat kehadiran Zean dan Afran.

Pletak..

Afran menjitak kepala Raka karena kesal "Kampret lo! palak gue sakit dodol!" Maki Raka sambil mengusap-usap kepalanya sehabis dijitak Afran.

NYCTOPHILIACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang