35. Rapuh

38 1 0
                                    

Parkiran yang nampak ramai kini kalut ketika kedatangan pemuda berserta motornya yang yang membelah jalan kerumunan siswa. Halm full face berwarna hijau yang mendominasi dengan motornya itu ia lepaskan. Iris matanya terbuka. Belum sempat dirinya turun dari motor, dua remaja lainya menghampiri.

"Widih! Motor baru nih!" Terkesan kagum dan berkarisma, jelas terlihat binaran kagum di mata pemuda ini.

Satya turun dari motornya, sembari memperlihatkan senyum "Yoi" alisnya terangkat bangga "hasil usaha gue nih, kece kan" ucapnya melipat tangan.

Afran yang sejak tadi disana hanya menggelengkan kepala, entah yang keberapa kali ia melihat sahabatnya yang bernama Satya itu berganti-ganti motor, tapi mungkin ini yang pertama untuk Satya yang mendapatkan benda itu dengan hasilnya sendiri. Jujur saja Afran sedikit menyanjung tapi selebihnya Masi tetap tenang.

"Serius lo!" Raka sedikit tidak percaya dengan penuturan Satya yang dengan bangga itu.

"Iya lah, dan kali ini gue namain greenzel" Ucapnya antusias memperkenalkan.

"Warna hijau sih patesan" Gumam Raka Sidan tidak heran "Tapi bukannya Lo lebih suka warna Biru" rasa penasaran kembali muncul, hingga bertanya.

Senyum simpul terukir di wajah pemuda itu "Nayla sukanya hijau"ucapnya teneng dan menyorotkan mata hangat.

Afran berdecak sinis melihat mata kegilaan itu "Bucin Lo" Semprotnya sinis.

Tidak perduli apa yang Afran ataupun orang lain katakan, mungkin memang bener Satya sudah terlalu dimabuk cinta, oh iya bahkan sudah merindukan kekasihnya itu sekarang.

"Cewek Lo aneh, setau gue nih ya.. kebanyakan cewek itu suka warna-warna mencolok yang mendeskripsikan diri mereka. Kayak merah, pink, kuning, jingga. Lah ini hijau kan warna cowok" Ucap Raka seraya menunjuk motor baru Satya yang didominasi warna hijau.

Cowok yang berdiri di paling kanan itu kembali menyanggah "Emang warna ada jenis kelaminnya?" Hardik Afran sinis.

"Bukan itu maksud gue ege!" Balas Raka kesal.

"Cewek gue memang unik, dan itu yang buat gue suka" Satya menyela diantara mereka, melangkah meninggalkan kedua orang itu di sana.

Afran berdecih "Bucin tolol!"

◍◍◍

Datang ke sekolah dengan tepat waktu, itu tujuan Clara hari ini dan terwujud. Lepas sampai di sekolah ia bergegas ke kelas nya, di persimpangan lorong senyumnya mengembang ketika melihat punggung leleki yang ia kenal "Zean!" Panggilnya menyeimbangkan langkah.

Cowok yang merasa dipanggil hanya menoleh menanggapi. Clara tersenyum sangat manis "Pagi" ucapnya langsung merubah ekspresi.

Zean hanya mendesis menatap gadis di sampingnya dengan aneh kemudian kembali berjalan.

Clara tak menyerah, ia mengekori dari belakang "Sok kegantengan lo batu!" Ketusnya dengan lirikan sebal masih mencoba mengimbangi langkah Zean yang lebar "Liat aja, nilai ujian gue akan lebih bagus dari lo!" Songong Clara dengan bangga.

Tidak perduli, cowok itu tetap berjalan.

Clara yang kesal dengan respon Zean kini juga kesulitan mengimbangi langkah cowok itu "Zen! Tungguin! Cepet banget sih jalan lo! Zen! Ze-- Awh!" Clara tersungkur, kakinya keseleo hingga membuatnya terjatuh ke tanah.

Zen berhenti dan menoleh ke belakang, terdengar decakan lirih sebelum ia menghampiri Clara "Lo bego!" Kesalnya seraya membantu Clara berdiri.

"Bisa, sehari gak bikin orang khawatir?!" Tekan Zean dengan tatapan tajam.

NYCTOPHILIACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang