24. Bukit☆

26 6 21
                                    

______________________________________

Assalamu'alaikum teman-teman.

Yuk baca yuk.

Tekan tombol bintang sebelum membaca ya.

Jangan lupa komen!!
______________________________________

Cowok dengan kaus hitam polos dan celana selutut itu berdiri di depan wastafel, ia membasuh muka dan menyugar rambutnya hingga basah. Kemudian mengusap sisa-sisa air itu dengan handuk kecil yang bertengger di sebelah wastafel. Setelahnya cowok itu beralih menatap wajahnya sendiri tepatnya ke arah dua bola matanya.

"Mata ini. Ck, lo bandel banget ya. Jelalatan. Ga bisa apa ga liat dia sehari aja?" ucap Zean menatap malas wajahnya sendiri.

Kini dia keluar dari kamar mandi beralih mengambil ponselnya yang berbeda di nakas. "Hallo Zen? Ada apa? tumben lo telefon gue malem-malem" tanya Clara selepas telepon itu tersambung.

"Lo sibuk?" tanya Zean basa-basi.

"Enggak sih. Eh! tunggu-tunggu, ngapain lo nanyain kesibukan gue?" Beo Clara dari seberang sana.

"Date" Jawab Zean cepat.

"Hah!" Clara berseru dari seberang sana membuat Zean seketika menjauhkan ponsel dari telinga " Apa? Ulang-ulang nggak denger gue" Ucap gadis itu nampak tidak sabaran.

"Gue kesitu" Putus Zean.

"Lah? Seri--"

Tut..

Belum sempat Clara melanjutkan ucapnnya Zean sudah mematikan sambungan telefon mereka.

◍◍◍

Mesin motornya ia berhentikan di sebuah mansion mewah, di teras rumah seorang gadis sedang berdiri menatap ke arahnya. Zean melepaskan halm full face nya. Turun dari motor dan mendekat ke arah Clara.

"Seriusan lo ngajak gue ngedate?" Tanya Clara selepas kedatangan cowok itu, ia masih tidak percaya dengan ucapan Zean beberapa saat lalu di panggilan telefon.

"Gak jadi" Jawab Zean enteng.

Clara membeo "Terus, lo ngapain ke sini?" Ucapnya tidak ikhlas, apakah Zean baru saja membodohi dengan alasan date. Menyebalkan.

Zean menghedikan bahu "Datengin cewek yang katanya marah" ucapnya acuh.

Clara mengernyitkan dahi "Marah? Gue gak marah" Sarkas cewek itu, menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Zean mendecih pelan "Jadi, temen-temen lo bohong?" Ucapnya menunjukkan smirk.

Clara merubah posisinya "Me-mereka kasih tau lo?" Tanya gadis itu gugup. Entah apa yang diakatakan sahabat-sahabatnya tentang keluh kesahnya saat Zean tidak hadir pada acara perlombaannya siang tadi.

Cowok didepannya itu diam, membalas tatapan Clara datar tanpa ekspresi, membuat gadis itu menelan sliva nya susah payah "Gu-gue.."

"Lo suka gue?" Tebak Zean, cowok itu semekin membuat Clara tercekat. Ia bahkan sulit bernafas untuk sekarang.

Dengan perasaan takut gadis itu menggeleng cepat "E-enggak, gue.." gadis itu menggantungkan ucapannya kala dirasa Zean semakin dekat.

"Gue..?" Titah Zean menuntut, cowok itu seperti ingin mendengar kelanjutan ucapan Clara, tapi juga tidak memberikan kesempatan gadis itu untuk bicara.

"Ekhem!" Dehamman seseorang mengejutkan keduanya, membuat Zean satu langkah menjauh dari Clara "Kalau pacaran jangan di depan rumah" tutur pemuda itu sengit. Cain, dia kakak Clara.

NYCTOPHILIACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang