◍◍◍
Pagi ini Clara berangkat dijemput oleh Zean, cowok itu masi saja khawatir akan keadaan Clara, ya seperti saat ini, tubuh Clara masih panas, sebanarnya Zean sudah menyarankan agar Clara tetap dirumah, namun cewek itu tetap bersih kukuh dengan pendiriannya untuk tetap berangkat sekolah.
Zean membuka pintu mobil untuk Clara. Mereka baru saja samapai di SMA Angkasa. Cowok itu meraih dan menggenggam tangan gadis ini "Ayo" Pintanya mulai berjalan melewati lorong kelas, belum sampai tujuan kedua sejoli ini terpaksa harus berhenti di tengah jalan karena kerumunan di mading utama yang menghalangi jalan mereka.
"Kok rame banget? Ada pengumuman apaan?" Clara berucap, ia yang penasaran lantas ikut menyelip diantara kerumunan untuk melihat pengumuman. Dipersekian detik Clara melihat pupil matanya melebar, ia membekap mulutnya tidak percaya apa yang dilihatnya sekarang, dan secara tiba-tiba ia merasa lengannya ditarik paksa untuk mundur keluar dari kerumunan.
Zean pelakunya, cowok itu tidak membiarkan Clara bertanya barang sedetik pun karena ia cepat menyeret gadis itu pergi dari tempat ini.
"Zen" panggil Clara, namun tidak ada respon, laki-laki itu masi terus berjalan dengan menarik tangannya. "Zean!" Clara kesal ia menghentikan langkahnya sekuat tenaga hingga membuat Zean ikut berhenti "Lo kenapa sih!" Maki Clara menjauhkan tangannya dari genggaman Zean.
Gadis itu mengusap pergelangan tangannya yang terlihat memerah, namun cowok berinisial ZDR itu hanya membuang nafas kesal, tak berniat menjawab ia kembali meraih pergelangan tangan Clara yang satunya.
Baru saja Zean melangkah di depan sana seorang perempuan dengan tatapan kesal tengah menghalangi jalan mereka "Berhenti!" Bentaknya membuat dua remaja ini berhenti, Zean dengan tatapan malasnya hanya memalingkan muka.
"Lo! Elo Kan Yang Sebarin Foto Di Mading!" Gadis berambut pirang itu memaki Clara dan mendorong punggung gadis itu. Jenetha, ia dengan perasaan marah yang sudah menggebu-gebu hendak melayangkan tamparan kepada Clara.
Sepertinya Jenetha lupa akan satu hal, bahwa disana ada seorang Zean yang melihat segala perbuatannya, cowok itu dengan enteng menepis kasar lengan Jenetha hingga tidak berhasil menampar Clara "Jangan berani lo angkat tangan depan cewe gue!" Sentak Zean dengan tatapan tajam menusuk.
"Kenapa Lo Belain Dia Sih Zean! Dia Udah Fitnah Gue Dengan Foto-Foto Palsu Itu! Harusnya Lo Benci Sama Cewek Menjijikan Kayak Dia!" Sarkas Jenetha mengacungkan jari telunjuknya ke arah Clara.
Zean menepis kasar lengan Jenetha "LO YANG MENJIJIKKAN!" Zean kini membentak, ia sudah hilang kesabaran jika dihadapkan dengan wanita di depannya ini. Jenetha menunduk mendengar bentakan keras dari cowok didepannya, hatinya terasa sakit saat dibentak oleh orang yang selama ini dia cintai.
Zean tersunjing "Sepertinya semua orang udah tau, siapa jalang yang sebenarnya" ucapan datar itu terdengar begitu merendahkan.
"L-lo yang sebarin foto-foto itu?" Jenetha bertanya, perempuan ini merasakan menemukan kejanggalan dalam perkataan Zean.
"That's right, in the photo it is clear that you have no self-respect!" Tuturnya tersenyum devil.
Jenetha melebarkan matanya, sungguh ia tidak percaya akan semua yang dia dengar "Lo jahat! Lo udah hancurin hidup gue Zean! Hidup Gue hancur!" Teriakan perempuan itu bergetar matanya mulai berkaca-kaca.
Zean tersenyum miris melihat keadaan Queen Bullying di hadapannya "Tanpa gue hancurin, hidup dan harga diri lo jelas udah hancur, gak sadar selama ini jadi pelac*r!" Ucapan pedaa lelaki ini berhasil menampar Jenetha dengan kenyataan.
Air mata itu luruh seketika, Clara yang melihat itu ikut perihatin. "ZEAN LO JAHAT!" Gadis itu berteriak, Jenetha menatap Zean dengan sorot terluka.
Mendengar itu Zean justru tersenyum miring "Yes, it's me. Enjoy your own game!" Desis cowok itu, beralih meraih menggengam tangan Clara untuk ikut bersamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
NYCTOPHILIAC
Teen Fiction⚠️MENOLAK PLAGIAT⚠️ Zean Drayn Lorenzo seorang pemuda berdarah dingin yang dipertemukan dengan Clara Avza Edward, gadis cantik yang hatinya telah hancur. Pertemuan yang tidak tepat membuat mereka saling membenci. Hingga Zean memutar keadaan setelah...