16. Dunia Malam

70 40 12
                                    

Gendung setinggi dua lantai itu dihuni oleh enam orang pemuda, menjadikan tempat itu sebagai base camp mereka, Zean yang belum lama datang lantas membanting ponselnya tak tentu arah. Ia sangat kesal setelah membaca pesan-pesan yang dikirimkan kedua orangtuanya.

Brak..

"Uhuk!" Raka sampai terdesak minuman akibat terkejut.

"Anj*ng!"

"Bab*"

"Njirr"

Afran, Doni, dan Satya mengumpat secara refleks. Entah kenapa ketuanya itu tiba-tiba datang dengan emosi, mereka yang melihat Zean memasuki ruang latihan saling pandang, sebelum akhirnya cepat-cepat menghampiri, takut-takut Zean akan berbuat hal mengerikan.

"Lo Kenapa Zen?" tanya Raka spontan, Zean yang ditanyai seperti merasa semakin kesal, ia mengambil pisau tajam yang tersusun di dinding dengan apik dan begitu rapi, mengelus bagian tajam pisau dengan tangan hingga jari telunjuknya terluka, selepas itu cowok itu langsung saja melemparnya ke arah Raka.

Srett...

Tep.

Deg.

Jantung Raka berdetak tak karuhan saat pisai itu melintasi matanya, menancap di dinding, nyaris saja, hanya sekisar dua cm mata indahnya pati akan hilang. Mereka tercengang, Afran, Doni, dan Satya membulatkan mata tidak percaya, bagimana jika pisau setajam itu meleset Raka, mereka tidak bisa membayangkannga.

Zean memanglah ahli dalam mencapai target, ia selalu tepat sasaran, meski Zean selelu memikirkan konsekuensi sebelum bertindak, akan tetepi tidakdakannya barusan teteplah salah karena membahayakan nyawa sahabatnya, jika sedikit saja ia meleset, tidak tahu apa yang akan terjadi dengan Raka.

"Gu..gue pikir akan mati" ucap Raka sambil mengusap dadanya, berupaya menetralkan jantung yang berdegup tiga kali lebih cepat karena shock.

Varel yang melihat situasi sangat dingin, mendeket, ia meraih pundak Zean "Mereka nunggu lo di sirkuit balap, lebih baik lo lampiasin amarah di sana" ucap Varel yang paham akan situasi, ia tau Zean butuh pelampiasan atas amarahnya saat ini, meskipun dia tidak tahu apa masalah cowok ini.

Zean mendesis, ia melangkah lebar keluar dari Markas, diikuti teman-temannya. Membelah jalanan dengan motor masing-masing menuju area balap.

Area balap itu tengah riuh, dipenuhi banyak orang, kedatangan mereka langsung disambut panas oleh rifal-rifalnya "Berani juga lo" ucap Alex meremehkan, sementara Zean dan yang lain hanya menatap jengah ke arah Alex yang notabe nya penuh drama.

"Kali ini gue yang akan kalahin lo! Dan kalau lo kalah.." Alex tersenyum miring sebelum melenjutkan kalimatnya.

"To the poin!" tajam Zean.

Alex hanya semakin tersunjing, dan berdecih "Lo harus bilang ke semua orang kalo gue lebih segalanya dari lo!" tantang Alex menunjukkan smirknya.

Zean tidak perduli dengan apapun tantangannya yang jelas dia akan menang, dan tanpa menunggu lama cowok itu sudah bersiap di garis start dengan motornya begitu juga Alex yang tersenyum semringah yakin akan menang.

"Si Alexanjing udah tau bakal kalah, suka banget malu-malu in diri" celoteh Raka. yang berdiri bersama sekumpulan penonton.

"Biarin aja dia jadi pelampiasan amarah Zen" ucap Afran mendukung.

Entah perasaan apa yang menganggu Doni, tapi sepertinya ia merasa gelisah "Kok perasaan gue ga enak ya" ucap Doni menampilkan ekspresi khawatir.

"Amatiran lo" ketus Satya.

NYCTOPHILIACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang