Dalam luasnya area sekolah, sekelompok remaja tengah berbaris rapi di lapangan, dengan tangan di istirahatkan ke belakang setelah menerima instruksi. Guru dengan aksen british nampak menatap tenang mereka "good, tepat waktu" katanya.
"Sehubungan acara class meeting akan dimulai pukul delapan di sini, tugas kalian sekarang adalah membersihkan lapangan ini hingga bersih" Perintahnya masih dengan suara yang terdengar tenang.
"Maaf Bu, bukanya kita gak mau ngejalani tugas, tapi kami kan juga ikut lomba Bu, setidaknya kasih kami keringanan untuk siap-siap class meet" Afran memberanikan diri untuk bicara.
Ibu Roynita tersenyum "Apa kalian ingin mempersiapkan diri untuk lomba?" tanyanya dengan ramah.
Mereka menjawab dengan anggukan yang lagi-lagi dibalas senyuman oleh Ibu Roynita "Bagus anak-anak, lapangan ini juga merupakan tempat persiapan, jadi Kerjakan Tugas Kalian Dengan Baik" Tuturnya bersamaan dengan ekspresi yang berubah tajam pada penekanan kalimat terakhirnya. Dengan tatapan intimidasi, Ibu Roynita pergi melangkah menjauh.
Raka mendecih "Bac- bay baye Bu" Umpatannya terpotong digantikan dengan perkataan lain seraya melambaikan tangan membangun alibi kala diwaktu yang bersamaan guru BK itu berbalik menatapnya tajam.
Beberapa anak menghela nafas lega setelah kepergian sang guru killer.
"Sialan! Sekolah macam apa yang nyewa petugas kebersihan tapi nyuruh siswanya bersih-bersih!" Satya ngedumel sambil menyapu.
"Gue gak tahan! Kita gak salah, ngapain ngerjain ginian sih!" Raka kesal melemparkan sapu di genggamannya ke lantai lapangan.
"Bukan cuma lo yang gak tahan, kita semua juga gak mau, makanya kalo bisa kita cari bukti-buktinya, dan ungkap kebenarannya hari ini juga" Doni angkat suara, memberikan instruksi kecil.
"Oke, Setelah ini kita selidiki Titan, kita interogasi"Ucap Afran ikut menanggapi.
"Tunggu, bukanya ada satu tersangka lagi" Raka mengingatkan.
Afran menebak "Vita? Kalian bercanda, dia gak mungkin terlibat, kita gak perlu repot-repot selidiki dia" Tuturnya yakin.
Varel menarik sudut bibir "Kenapa, ngotot banget belain dia?"
Afran tersindir "Oke. Kalo gitu biar gue sendiri yang turun tangan."
♡♡♡
"Ta!"
Vita yang sedang berjalan di lorong, tiba-tiba dikejutkan oleh Afran yang memanggilnya dari arah lapangan. "Afran, kenapa?" Ia bertanya heran.
Afran yang gugup seketika menggaruk tengkuknya "Gue-kalo lo punya waktu jangan lupa nonton pertandingan gue" Ucapnya cepat.
Vita sedikit tertegun "Hah?" Sedikit cengo sebelum akhirnya terkekeh "Gue kira kenapa, lo gak minta juga gue bakal nonton kok, tenang aja gue bakal teriakin nama lo, jadi.. semangat ya"
Afran mengangguk sembari tersenyum malu "gue menanti dukungan lo."
"Iya" Vita menjawab bersama dengan punggung Afran yang berbalik dan menjauh.
♡♡♡
Pertandingan dimulai dengan sengit, orang-orang meneriakkan nama pemain yang di kagumnya. Beberapa anak bahkan berteriak tidak tanggung-tanggung. Vita, gadis itu duduk di tengah keramaian penonton pertandingan. Ia sendiri, kedua sahabatnya sedang sibuk dengan urusan lain.
Pertandingan berhasil dimenangkan tim putih, Vita dan remaja lain bersorak heboh. Gadis itu turun, mendekat ke anak-anak yang penat setelah bertanding. Langkahnya terhenti kala melihat Varel, ia mengambil air mineral bersegel yang berbeda di pinggir lapangan "Var-" Hendak memberikan sebotol air mineral itu kepada Varel, namun cowok itu dengan cuek melewatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
NYCTOPHILIAC
Teen Fiction⚠️MENOLAK PLAGIAT⚠️ Zean Drayn Lorenzo seorang pemuda berdarah dingin yang dipertemukan dengan Clara Avza Edward, gadis cantik yang hatinya telah hancur. Pertemuan yang tidak tepat membuat mereka saling membenci. Hingga Zean memutar keadaan setelah...