Kebaikan tidak diberi penghargaan,
dan kejahatan tidak dihukum.
Sebenarnya kenapa kita harus hidup di dunia ini?°°°
Sejahat apapun dunia ini, mari berjuang secara ugal-ugalan.
-Reycle Nard Alvashka-
◍◍◍
Redup, di keheningan malam, hanya terlihat sepintas cahaya dari lampu halaman saja. Rintikan air hujan dari langit mulai turun ke bumi, seseorang yang mengetahui cuaca tidak mendukung seperti ini pasti akan bergegas pulang ke rumah masing-masing.
Namum siapa sangka jika seorang remaja laki-laki justru mengunjungi tanah maut, tanah tempat pelepasan terakhir jiwa-jiwa yang pernah hidup. Rambut nya yang sedikit basah ikut meneteskan butiran air, lelaki itu berjongkok. Tidak seperti pengunjung makam yang lain ketika berkunjung akan membawa bunga ataupun karangan bunga, cowok itu tidak membawanya sama sekali.
Mata tajamnya terlihat begitu sayu menatap batu nisan itu, begitupun air hujan yang ikut mengalir membasahi plipisnya "Malam" Suara berat itu terdengar halus menyapa setelah beberapa menit terdiam.
Tidak ada jawaban, hanya terdengar suara serangga-serangga kecil yang saling bersahutan, cowok itu kembali terdiam, ia merenung sesaat sebelum kembali bersuara "Gue gagal" Ucap cowok itu dengan penuh penyesalan. Ada harapan yang belum terwujud dimatanya, ada keinginan untuk melihat mediang sahabatnya ini sebelum pulang ke tangan Tuhan, dan ada penyesalan yang begitu besar tersirat di dalamnya.
Udara yang semakin dingin menyela masuk melalui celah-celah baju hingga terasa dingin sampai ke kulitnya. Meski gelap, nyatanya malam tidak membutnya takut untuk berkunjung ke tempat ini. Yang ia takuti justru isi kepala yang semakin berisik.
"Key... Gue gak akan bisa maafin diri gue sendiri" ucap Zean menatap sendu ke arah batu nisan yang bertuliskan Keycle Nard Alvashka. Sungguh kedua matanya kian memanas, dadanya semakin terasa sesak kala teringat kembali akan memori mengerikan yang terjadi tahun lalu.
Zean, cowok itu membuang nafas perlahan untuk menstabilkan rasa sesaknya. Ia memejamkan matanya sejenak, membiarkan rintik-rintik hijan membasahi tubuhnya "Lo baik disana?" tanya Zean saat perasaan sudah dapat terkendali, seolah memang ada manusia di sana meski kenyataanya hanya sebuah gundukan tanah tempat dimakamkannya manusia yang telah mati.
"Lo pasti marah.." Zean menggantungkan ucapannya, sungguh berat untuk mengatakan kalimat selanjutnya.
"Sorry Key, gue gak bisa bohongin perasaan gue" Ucap Zean mengerjapkan mata sesaat, ingatannya terputar saat beberapa jam yang lalu tentang gadis SMA yang kini berhasil mendobrak hatinya.
"Terimakasih. Karena lo, gue kembali melihat dunia" Ucap Zean melanjutkan kalimatnya, tatapan mata itu terlihat begitu tulus saat dipandang. Dan tanpa disadari butiran hujan kian menderas. Baju yang Zean kenakan pun mulai basah oleh air.
Melihat cuaca yang semakin buruk, dan juga hipotermia yang bisa kambuh kapan saja membuat cowok itu akhirnya memutuskan untuk beranjak "Gue balik, lo yang tenang, gue janji dia aman sama gue" Ucap Zean, hendak saja cowok itu berbalik, namun hantaman keras terdengar menyapa rahangnya.
Bugh!
Darah segar keluar dari sudut bibir "Shh" dia merintis pelan, rasanya perih, apalagi saat berkenaan langsung dengan air hujan. Cowok itu menyugar rambut yang basah oleh air hujan. Matanya kini menangkap sang pelaku yang ternyata adalah Rey, saudara kembar Key, pemuda dihadapannya itu adalah sahabat lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NYCTOPHILIAC
Teen Fiction⚠️MENOLAK PLAGIAT⚠️ Zean Drayn Lorenzo seorang pemuda berdarah dingin yang dipertemukan dengan Clara Avza Edward, gadis cantik yang hatinya telah hancur. Pertemuan yang tidak tepat membuat mereka saling membenci. Hingga Zean memutar keadaan setelah...