Salman mendengar suara-suara dari ruang sebelah. Seorang perempuan sepertinya sedang memohon-mohon agar diberikan sesuatu oleh petugas administrasi yang ruangannya berada persis di samping ruangan yang ia huni.
"Surya! Ada apa?" Salman menghubungi sang petugas melalui saluran telepon.
"Ini, Pak. Ada orang tua anak yang kemarin ikut seleksi beasiswa, anaknya gugur, ibunya datang memohon supaya diloloskan."
Salman mengernyit. "Memang kenapa gak diloloskan kemarin?"
"Ibunya tidak melengkapi syarat-syarat administrasi, Kartu Keluarga sama Akte kelahiran anak, tidak ada di lampiran, katanya memang gak punya."
Salman merasa miris. Bagaimana bisa ada orang tua selalai itu untuk urusan yang penting bagi anak-anak mereka?
"Masih ada di situ?" tanya Salman.
"Masih, Pak," jawab Surya.
"Suruh ke ruangan saya sekarang!"
"Baik, Pak."
Salman menutup telepon. Tiba-tiba, terasa getaran di kantong celananya. Seseorang menghubungi nomor selular Salman. Dalam waktu yang bersamaan, terdengar ketukan di pintu.
"Silahkan masuk!" Salman bicara sambil melakukan swipe pada panggilan yang baru saja masuk.
"Assalamu'alaikum ...." Wanita yang datang dari ruangan surya mengucap salam setelah membuka pintu.
"Wa'alaikumussalam. Silahkan duduk dulu, bu Lana," kata Salman tanpa menoleh sama sekali dari telepon genggamnya. "Maaf, saya harus terima telepon dulu ya." Salman beranjak dari meja kebesarannya, berjalan menuju pojok ruangan untuk bicara dengan orang yang sedang ada di saluran telepon.
***
Alana masuk ke ruangan itu dengan perasaan gugup. Namun di satu sisi, dia juga merasa berterima kasih karena diizinkan untuk menemui atasan pak Surya. Dia merasa sangat dihargai di tempat ini. Alana sangat berharap, permintaannya atas keikutsertaan Angga dalam program beasiswa juga dapat dikabulkan.
"Maaf, saya harus terima telepon dulu ya!" laki-laki yang ada di ruangan itu bicara setelah menjawab salamnya.
Seketika Alana membeku. Suara yang baru saja terdengar adalah suara yang sangat dikenalnya. Indra penglihat Alana menitikkan air mata saat melihat sosok laki-laki yang tengah berjalan ke sudut ruangan sambil bicara di telepon itu.
Sesak yang begitu menyiksa tiba-tiba mendera dadda Alana. Tubuhnya hampir saja roboh, beruntungnya, ia sempat berpegangan pada sebuah meja, meja kerja milik laki-laki itu.
Alana memang tidak jadi terjatuh, namun, air matanya yang justru semakin deras berjatuhan. Alana menutup mulut guna menyembunyikan isak. Ia memutuskan untuk meninggalkan ruangan. Wanita itu berlari keluar tanpa mengatakan apapun.
Brak! Alana menutup pintu.
Terlalu keras tenaga yang ia keluarkan, hampir saja ia membantingnya. Di balik pintu, Alana menumpahkan tangis. Ia menangis sambil menggigit bibirnya, takut akan mengeluarkan suara.
"Bu Lana, sudah ketemu pak Salman?" Laki-laki bernama Surya datang dan bertanya pada Alana.
"Sudah," jawab Alana seraya mengusap kasar pipi dan hidungnya yang basah karena derasnya air mata.
"Ada masalah?" Surya bertanya sambil menatap penuh selidik.
"Oh ... enggak." Alana menggeleng dan menelan saliva. "Enggak ada."
"Ibu nangis?"
"Iya. Tadi agak kebawa perasaan aja." Alana menghembuskan nafas, lalu tersenyum dan berkata, "Maaf, pak Surya, saya harus pulang. Terima kasih karena saya sudah diterima dengan baik."
"Sama-sama, Bu."
"Baik. Assalamu'alaikum," ucap Alana seraya berlalu.
"Wa'alaikumussalam." Surya mengantar kepergian Alana hingga ke ambang pintu. Hatinya penuh tanya. Entah apa yang terjadi di ruangan pak Salman. Entah apa yang membuat tamunya menangis begitu hebat.
"Surya!" Salman memanggil bawahannya. "Mana ibu yang tadi? Kok pergi?"
Surya menoleh, lalu mengernyit. Ia tak mengerti. "Loh, tadi katanya bu Lana sudah ketemu sama Bapak?"
"Iya, sudah," jawan Salman. "Tapi belum sempet ngobrolin apa-apa. Tadi ada telepon masuk. Pas saya terima telepon, dia pergi."
Surya tambah heran. "Loh, tadi dia menangis di depan pintu Bapak, katanya terbawa perasaan pas ngobrol ...."
"Ngobrol apaan? Belum sempet ngobrol sama sekali, baru ngucapin salam doang."
Surya tercengang. "Jadi, dia bohong?" tanyanya. Entah pada siapa.
![](https://img.wattpad.com/cover/285739273-288-k88792.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia Milik Kita
RomanceAlana adalah orang tua tunggal. Dia ibu dari seorang anak bernama Angga. Mereka hidup bahagia meski kerap disandra kesulitan dan ujian hidup.