Siang hari ini, Alana nampak tengah berbaring di dalam kamarnya. Ia baru saja pulang dari bepergian. Mencari mesin ATM untuk men-transfer sejumlah uang yang ia janjikan kepada anak-anak bu Nur. Setelah Angga masuk pesantren, penghasilan Alana dari warung bakso (dikurangi biaya berbagai macam kebutuhan pribadi) tersisa cukup banyak. Ia menyimpannya di bank.
Masih tersisa uang di dompet Alana, yang cukup untuk membiayai hidup hingga hari gajian selanjutnya tiba, maka karena itu, tabungan yang terkumpul di bank telah ia berikan sepenuhnya kepada bu Nur melalui rekening milik Ratri—putri bu Nur. Alana tak keberatan sama sekali meski tabungannya habis tak tersisa. Ia justru merasa bahagia karena hal tersebut telah sedikit mengurangi beban di hatinya.
Ternyata benar, memberi membuat dada lapang dan bahagia. Alana sangat bersyukur karena ia mendapat pelajaran baru hari ini. Tak perlu mengkhawatirkan masa depan karena ketiadaan tabungan, Allah yang Maha Kaya telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya.
Bertambah-tambah pula kebahagiaan Alana hari ini. Ia yang tengah menikmati hari libur memiliki waktu untuk menata kembali kamarnya sendiri. Meski selalu ada perasaan kurang karena ketiadaan Angga, namun ia merasa layak berpuas diri karena berhasil melewati beberapa bulan yang amat berat ini dengan sepenuhnya kewarasan. Ya! Kewarasan adalah hal paling utama untuk ia bisa bertahan hingga nanti bisa berkumpul kembali dengan putranya. Ah, betapa Alana merindukan lelaki kecil itu. Senyumnya terbit saat membayangkan hari pertemuan mereka yang entah kapan akan terjadi.
Tok! Tok!
Wanita itu mendengar pintu kamarnya diketuk. Dengan perasaan malas, Alana bangun, lalu mengenakan kerudung dan membuka pintu. Ia menghela nafas saat mengetahui siapa yang berkunjung. Aira, kakak perempuannya itu datang lagi.
Terburu-buru Aira melangkahkan kaki ke bagian dalam kamar. Khawatir pintu ditutup kembali dan diusir pergi. Alana menatap Aira yang merangsek masuk dengan wajah ditekuk.
"Mau apa lagi?" tanya Alana. Ia kembali berbaring di tempat semula.
Aira menghela nafas. Alana dapat melihat bahwa kakaknya itu tengah dirundung pemikiran yang pelik. "Jadi dia ayah putramu?!" Nafas wanita itu perlahan memburu.
Alana mengernyit. Siapa 'dia' yang dimaksud sang kakak?
Seketika perasaan was-was datang mendera. Apakah Aira sudah tahu tentang Salman dan statusnya sebagai ayah Angga?
"Aku tidak menyangka sama sekali, Lana...." Wanita beranak tiga itu tak menuggu waktu untuk menangis. "Bagaimana bisa ia memperlakukanmu seperti ini?"
Alana menggaruk pipinya. Merasa bingung hendak merespon seperti apa.
"Dia anak ustadzah terkenal, ayahnya juga orang terhormat. Kenapa orang tuanya membiarkan putra mereka bersikap sekejam itu padamu...?"
Alana menghela nafas panjang. Terbongkar sudah rahasianya. Tentu ia telah tahu bahwa hari ini akan tiba. Tapi, sama sekali tak mengira akan terjadi begitu cepat.
"Dari mana Kakak tahu?" tanya Alana. Tak ada pilihan selain bersikap apa adanya.
"Waktu itu aku datang ke sini...." Aira menunduk, merasa tertangkap basah. Meski Alana selalu mengusirnya, tapi ia selalu datang diam-diam di waktu luang. Memperhatikan keseharian Alana dan Angga-keponakannya. Dan kebetulan ia juga tengah datang saat Alana mengalami perundungan. Ia datang tepat di saat Salman mengaku sebagai ayah kandung Angga. Wanita kaget bukan kepalang.
Salman bukanlah orang yang amat asing bagi Aira. Laki-laki itu putra Ustazdah Fatiyah Lubis, kepala sebuah pesantren yang juga aktif mengisi pengajian di berbagai majlis ilmu, bahkan kini merambah hingga kajian di layar televisi. Sedangkan ayah Salman, pernah beberapa kali ditemui Aira, yang datang bersama almarhum ibunya demi meminta nasihat terkait kondisi Alana yang saat itu amat dikhawatirkan sang ibu. Ustadz Edi Rosyadi, pria itu dipanggil. Beliau adalah ketua komite di sekolah di mana Alana menghabiskan masa SMA. Selain menjadi pengusaha sukses karena berhasil mengembangkan perusahaan kecil warisan orang tuanya menjadi berskala besar, beliau juga merupakan konsultan pendidikan dari berbagai jenjang. Ia pengusaha, tapi juga pendidik.
![](https://img.wattpad.com/cover/285739273-288-k88792.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia Milik Kita
RomanceAlana adalah orang tua tunggal. Dia ibu dari seorang anak bernama Angga. Mereka hidup bahagia meski kerap disandra kesulitan dan ujian hidup.