Bab 43

1.5K 136 10
                                    


"Midah, Kamu setuju untuk bercerai, kan?!" Terdengar suara ibunya yang begitu menuntut.

Hamidah menatap Salman. Pria yang telah lima tahun menjadi suaminya, yang baru saja mengatakan dengan tegas kepada sang ibu bahwa ia akan berusaha keras mempertahankan rumah tangga mereka. Salman terlihat begitu yakin dengan pendiriannya, dengan sebuah senyum yang ia tampakkan saat menyadari bahwa Hamidah juga ada bersama mereka.

"Kita akan tetap bersama, Midah...," ucap Salman seraya mengulurkan tangan pada istrinya.

Itu terdengar seperti perintah ... atau permintaan? Entahlah, Hamidah tidak yakin. Tapi yang jelas, wanita itu kini telah yakin atas sebuah keputusan. Bahwa, ia tidak akan menyerah pada pernikahannya. Hamidah akan tetap berada dalam biduk rumah tangga bersama Salman meski dengan semua yang telah terjadi. Meski ada ayah dan ibunya yang menuntut sebaliknya.

Hamidah meraih tangan Salman, lalu berjalan keluar bersama laki-laki itu tanpa mempedulikan teriakan sang ibu yang menggema di seantero rumah.


***


Rumah Bahagia.

Adalah tempat di mana perempuan bernama Hanum itu berada kini. Ia adalah ibu dari seorang anak berusia empat tahun berjenis kelamin laki-laki bernama Rayyan, istri dari seorang pegawai perusahaan swasta bernama Malik.

Rumah Bahagia yang Hanum kelola kini awalnya merupakan rumah singgah untuk anak-anak terlantar. Didirikan oleh ibu kandung Hanum dengan seorang temannya yang kini telah menjadi tokoh public. Lambat laun, tidak hanya anak-anak jalanan yang datang bernaung, datang pula para tuna wisma yang pada umumnya memiliki masalah kesehatan namun tidak memiliki kemampuan untuk mengakses pengobatan. Ibu Hanum dan sang teman, dibantu para donatur dan juga para relawan, memenuhi semua kebutuhan para penyinggah, baik itu tempat berteduh, makan dan minum, serta biaya pengobatan. Setelah keadaan lebih baik, mereka akan dikembalikan kepada pihak keluarga. Atau jika tidak ada keluarga yang mau menerima, mereka akan dibiarkan tinggal sambil dicarikan tempat berteduh baru. Jika para penyinggah merupakan anak-anak atau remaja, mereka akan dicarikan sekolah dan orang tua asuh. Jika sudah memasuki usia kerja, akan dibekali skill atau dicarikan pekerjaan.

Sejak beberapa tahun ini, Rumah Bahagia kerap menangani kasus tunawisma dengan gangguan mental. Bahkan, tak hanya tunawisma, jika ada sebuah keluarga yang memiliki anggotanya yang mengalami gangguan mental dan mereka tak dapat ditangani, baik itu dikarenakan keterbatasan dana, keterbatasan pengetahuan, atau keterbatasan lainnya, Rumah Bahagia akan dengan sigap membantu. Si pasien tidak selalu harus dibawa ke Rumah Bahagia, bisa jadi hanya dengan menghubungkan pihak keluarga dengan tenaga medis, supaya mereka memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk menangani anggota keluarga yang bermasalah tersebut.

Pada kasus penemuan tunawisma dengan gangguan mental, biasanya, pasien akan dibawa ke rumah sakit jiwa terlebih dahulu sebagai penanganan tingkat awal. Setelah beberapa waktu dirawat, jika memang mendapat rekomendasi dari pihak rumah sakit, pasien selanjutnya akan dibawa ke Rumah Bahagia untuk mendapat perawatan lebih lanjut dari para petugas yang memang telah tersedia.

Secara keseluruhan, para petugas di Rumah Bahagia merupakan para pekerja sukarela. Tentu bukan hal mudah merawat orang sakit, apalagi dengan sukarela. Namun, bagi orang yang memiliki jiwa sosial tinggi dan kebaikan hati yang luar biasa, hal tersebut ternyata bisa dilakukan. Oleh karena itu, Hanum teramat bersyukur karena dirinya dipertemukan dengan orang-orang seperti ini. Rekan-rekannya di Rumah Bahagia sungguh luar biasa. Hanum banyak belajar dari mereka.

Selain sebagai pekerja sosial, Hanum juga merupakan seorang penghafal Al-Qur'an. Ia menyelesaikan hafalan tiga puluh juz-nya sejak masih menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas. Persis di samping Rumah Bahagia, Hanum mendirikan sebuah Taman Pendidikan Al-Qur'an bersama beberapa temannya. Setiap pagi dan sore hari, selalu terdengar lantunan ayat suci dari tempat tersebut, membuat para penghuni Rumah Bahagia tidak hanya terhibur tapi juga memperoleh ketenangan jiwa, di mana hal tersebut sangat membantu proses kesembuhan mereka.

Bahagia Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang