Bab 47

662 56 4
                                        

Kamu tahu rasanya tenggelam?

Ketika masih menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama, suatu hari Salman mengikuti kegiatan berenang yang merupakan keharusan bagi seluruh siswa di sekolah tersebut. Saat itu ia belum mahir berenang, tubuhnya juga terbilang cukup pendek jika dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.

Saat sedang duduk di tepian, seorang teman mendorong Salman hingga tercebur ke bagian kolam renang yang paling dalam. Ia yang baru belajar berenang, seketika tenggelam. Tiba-tiba semua terasa sunyi, rasa takut menguasai diri, dibarengi sesak dan pandangan mata yang semakin menggelap.

'Mungkin hari ini aku akan mati, di sini.' Begitu pikir Salman saat berada di dalam air. Ketika hampir saja kehilangan kesadaran, seseorang menarik tangan Salman dan menyelamatkannya.

Memang, anak remaja itu memang telah diselamatkan. Peristiwa tenggelam yang terjadi sekitar satu menit itu juga sudah begitu lama berlalu. Namun, tak ada yang tahu, bahwa perasaan sunyi, mencekam, takut, dan juga sesak masih tertinggal hingga hari ini.

Seumur hidup, Salman merasa seperti tengah tenggelam. Tentu ia telah mampu berenang di kolam renang, namun kini, ia justru tengah 'tersesat' di lautan dalam, tubuhnya terombang-ambing, terbawa arus tanpa tahu ke mana arah menuju ke daratan. Dan, sebagaimana ia diselamatkan saat tenggelam di kolam renang, ia juga ingin diselamatkan, dari sunyi dan sesaknya lautan kehidupan. Salman menunggu-nunggu, kapan seseorang akan melemparkan pelampung ke arahnya, atau menarik tangannya dan membawanya ke daratan.

Ia hidup dalam keluarga yang seolah hanya tahu berkorban. Ibunya pewaris sebuah pondok pesantren dan majelis-majelis keilmuan, begitu juga dengan ayahnya, yang telah turun temurun berkiprah dalam bidang sosial dan pendidikan. Sepertinya sudah menjadi keharusan bagi orang tua salman untuk mengurusi urusan banyak orang. Harus memberi manfaat, harus berkiprah di masyarakat, harus memikirkan berbagai macam hal yang sebenarnya tidak ada sedikitpun kaitannya dengan kehidupan mereka secara individu.

Salman pun dididik seperti itu. Atas semua kemudahan, nama baik serta kekayaan yang telah diterima sejak dilahirkan, Salman harus menjadi contoh bagi banyak orang, harus rendah hati, harus mengalah, harus memaafkan, harus memberi dan menyesuaikan dengan situasi orang per orang. Ia dilarang egois, dilarang mengambil manfaat untuk diri sendiri, dilarang menampakan aib dan kelemahan. Perasaan-perasaan pribadi seringnya terabaikan. Keinginan-keinginan serta ambisi harus ditahan, kalau bisa disingkirkan.

Pada anak yang telah mendorongnya hingga tenggelam, Salman diharuskan memaafkan, dan tetap berteman seperti tak pernah terjadi apapun di kolam renang hari itu. Padahal, ada perasaan tak nyaman setiap kali mereka berpapasan, apalagi jika harus melakukan aktifitas secara bersamaan.

Salman harus menjaga, nama baik keluarga, nama baik orang tua, nama baik yayasan, nama baik perusahaan, dan sebagainya. Hingga ia lupa, bahwa ia juga harus menjaga diri sendiri, atau, ia memang tidak pernah tahu caranya, karena tidak pernah ada yang mengajarkan.

Rela berkorban tentu bukan hal yang buruk, justru itu baik dan tergolong sikap mulia. Namun, bukankah Salman juga manusia? Wajar jika ia punya mimpi dan kecenderungan pribadi.

Ada saatnya ia ingin sendiri dan hanya memikirkan diri sendiri. Ada saatnya ingin menjadi egois tanpa perlu mempertimbangkan kenyamanan orang lain. Namun, entah mengapa melakukan semua itu seolah menjadi dosa dan sikap tercela.

Sejujurnya Salman merasa bahwa ia tidak memiliki hati sebesar hati ayah dan ibunya yang selalu siap berkorban demi orang lain. Ia sungguh lelah hidup demi menyenangkan orang lain. Salman hanya ingin hidupnya menjadi miliknya sendiri. Namun bisakah?

Salman benci saat orang tuanya lebih mementingkan perasaan orang lain, di sisi lain abai dengan perasaan putra mereka sendiri. Ia merasa marah dan kecewa, namun tidak ada yang bisa dilakukan selain menerima semuanya.

Bahagia Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang