Semilir angin bertiup kencang membuat orang-orang di korea selatan merasa kedinginan. Banyak orang yang memilih berdiam diri dirumah dan menghangatkan diri, tapi tidak dengan gadis berusia 21 tahun ini. Seakan tidak memiliki rasa lelah, dia dengan semangat mengangkat kotak berisi ikan itu di pelabuhan.
Kim Jisoo, itu namanya. Tentu marga "Kim" itu dia ambil dari ibu angkatnya.
Hidupnya telah susah dari umurnya menginjak 3 tahun. Saat itu yang dia ingat dia di titipkan ke panti asuhan dan orang tuanya bilang dia akan dijemput setelah masalah keluarganya selesai.
Menyedihkan memang nasib gadis ini. Mencari pun rasanya sangat sulit karena dia tak tau wajah orang tuanya sekarang seperti apa, bahkan nama adiknya pun dia tak tau.
"Ya! Kau mau bekerja atau tidak?! Aku tidak membayarmu untuk melamun!" Jisoo tersentak ketika lelaki paruh baya itu meneriakinya. Dengan cepat dia membungkuk dan mengangkat box box berisi ikan itu lagi
"Joesonghamnida, Sajangnim."
....
Hari yang melelahkan bagi anak berusia 18 belas tahun itu. Di umur yang tergolong sangat muda anak itu sudah banting tulang untuk biaya makan dan sekolahnya. Sangat menyedihkan memang, tapi ini pilihannya sendiri.
Chaeyoung, gadis berambut blonde itu sedang melayani beberapa pelanggan di sebuah cafe yang tergolong cukup mewah.
Saat tengah melayani pelanggan handphone Chaeyoung berdering. Senyum terbit disana saat melihat nama yang menelponnya.
"Yeoboseyo Lisa-ya, kenapa menelfonku? kuliahmu sudah selesai?" Chaeyoung bertanya dengan heran karena jarang sekali adiknya menghubungi di jam segini
"Unnie apa kau sudah makan?" Alih-alih menjawab pertanyaan kakaknya Lisa malah menimpalinya dengan pertanyaan yang benar benar melenceng dari pertanyaan chaeyoung sebelumnya.
"Em, aku sudah makan. bagaimana denganmu? kau sudah makan?" Chaeyoung mengatakannya dengan senyum miris. Ia terpaksa berbohong kepada adiknya karena memang dari pagi hingga sekarang ia belum memakan sesuap nasi pun.
"Aku sudah makan. kalau begitu aku akan pergi bekerja sekarang unnie, aku tidak pulang kerumah dulu jadi aku tak bisa membuatkanmu makan malam, tak apa kan?"
"Tak apa, hati-hati di jalan eoh? sebentar lagi aku akan pulang."
"Em, See u." Telfon di putuskan secara sepihak oleh adik kembarnya itu. Setelah pergi dari panti Chaeyoung dan Lisa memang mati matian berkerja agar mendapatkan sesuap nasi. Dari hingga menjadi pelayan cafe hingga menjadi pemotong daging. hampir semua pekerjaan telah dilakukan oleh mereka berdua.
Namun hebatnya mereka sama sekali tidak memutuskan sekolahnya. Namun, Chaeyoung memutuskan tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Chaeyoung memilih untuk tidak kuliah. Awalnya Lisa juga berniat begitu, namun berkat kepintarannya Lisa berhasil mendapat beasiswa di salah satu perguruan tinggi di korea selatan.
"Jam kerja kalian sudah habis, kalian bisa pulang dan beristirahat sekarang."
"nde sajangnim, kamsahamnida."
....
Mengendarai mobil sportnya dengan kecepetam sedang, gadis cantik dengan hidung mancungnya yang sedang ditenggeri oleh kaca mata hitam kini tengah membelah jalanan seoul. Tampak dari penampilannya bahwa gadis itu adalah anak dari seorang yang sangat kaya. Dengan pakaian yang serba branded dengan mobil yang harganya miliaran dan jangan lupakan wajah cantiknya yang sangat mempesona membuat beberapa anak petinggi korea selatan menyukainya.
Namanya, Jennie Kim.
Hari ini Jennie berencana untuk memutari Seoul hanya untuk menenangkan dirinya. Entah mengapa sejak mengetahui bahwa dia merupakan anak angkat Jennie merasa tak
pantas berada di rumah besar Kim Seonho. Belum lagi keluarga ibunya yang selalau mencemooh dan mengatakan bahwa dia merupakan anak yang tidak tahu diri.Jennie membelokan setirnya ketika melihat sebuah tempat pengisian bahan bakar. Karena dia akan mengelilingi Seoul tentu dia akan menghabiskan banyak bahan bakar.
Membuka kaca mobilnya sedikit, tanpa menatap pada penjaga tempat pengisian bahan bakar itu, Jennie memberikan uang untuk mengisi bahan bakar mobilnya hingga penuh.
"Isikan hingga penuh Nona, aku akan melakukan perjalanan panjang." Nadanya yang terdengar dingin dan ketus membuat gadis penjaga tempat pengisian bahan bakar itu mendengus kesal. Namun mau tak mau dia anharus mengisi kendaraan Jennie.
"Sudah selesai Nona." ucap gadis penjaga tempat bahan bakar itu
"Kau masih sangat muda. Kenapa harus bekerja keras. Kemana orang tuamu?" Tanya Jennie yang langsung keluar dari mulutnya
"Aku tidak punya orang tua." Perkataan penuh penekanan itu mampu membuat jennie terdiam
"Baiklah kalau begitu ingat namaku, eoh? namaku Jennie Kim. siapa namamu?" Gadis itu hanya mengangguk dan tak berniat menjawab pertanyaan Jennie.
plakk~
"Aku sedang berbicara dengan mu nona!" Dengan kesal Jennie memukul lengan gadis itu. tidak kuat namun cukup mengagetkan.
"Heish! Namaku Lalice."
palembang, 21 september 2021
![](https://img.wattpad.com/cover/281520888-288-k561891.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuardach
FanfictionBerpisah sejak kecil? bahkan mereka terpisah saat mereka tak mengerti apapun. Tinggal disebuah panti yang berbeda membuat mereka tak saling mengenal satu sama lain. mencari kesemua tempat tapi lupa memeriksa apa yang ada di sebelahnya.