Cuardach : 28. Want Her Back

1.2K 213 16
                                    

Dengan berlarian dan raut wajah cemasnya, Jisoo berlari membabi buta tak memperdulikan sekitarnya menuju bangsal VVIP rumah sakit itu.

Isi pikirannya sekarang hanya satu, Chaeyoung. Entah mengapa dirinya merasa sangat bersalah.

Mengedarkan matanya ketika sampai di bangsal VVIP, matanya berbinar ketika mendapati ruangan bertuliskan nama "Chaeyoung Park" Tanpa aba aba apapun dia mendobrak masuk.

"Chaeyoung-ah!"

Semua pasang mata yang ada di dalam kamar itu menoleh ke arahnya. Semua muka asing itu sama sekali tidak pernah Jisoo temui. Bahkan yang terbaring di ranjang pun bukan "Chaeyoung" yang sesungguhnya.

"Nugu..."

"A-ah, aku Jisoo. Sepertinya aku salah kamar, aku sempat mengira ini kamar adikku. Sekali lagi maaf."

Setelah mengucapkan itu Jisoo berbalik keluar dengan kepala yang tertunduk. Dia malu, tentu saja. Bagaimana perasaanmu jika salah memasuki ruang rawat?

Dengan langkah kakinya yang cepat dia berpindah kedepan pintu kamar yang lain. Terpampang jelas nama pasien "Chaeyoung" tanpa marga di sana.

Dengan ragu Jisoo menggenggam knop pintu dihadapannya itu. Berharap bahwa kamar satu ini adalah kamar "Chaeyoung" yang sesungguhnya.

"Unnie!"

Teriakan itu melegakan hati Jisoo. Dia memasuki kamar Chaeyoung yang sesungguhnya. Senyum cerah di tampilkan oleh gadis berambut blonde itu. Dengan pipinya yang kembung karena penuh makanan dia merentangkan tangannya ke arah Jisoo.

Jisoo yang paham dan mengerti langsung bergerak memeluk Chaeyoung dengan erat. Dia mengedarkan pandangannya. Terlihat Lisa dan Jennie dengan pakaian yang berandakan tertidur saling bersandar di kursi rumah sakit itu.

"Lihatlah dua manusia idiot itu. Mereka datang, bertengkar, lalu tertidur. Jika aku tidak sakit aku akan menendang mereka semua." Gerutu Chaeyoung membuat Jisoo terkekeh kecil. Mendudukan dirinya di atas kursi yang tersedia, Jisoo menatap badan kurus Chaeyoung dengan nanar.

"Kau ini tak hidup dengan baik ya? Kau baru ku tinggalkan satu hari sudah tidak terurus. Akan ku omeli Jennie setelah dia bangun." Ucap Jisoo sambil memgelus lembut tangan Chaeyoung.

Setelah kata itu. Hening tercipta. Tak ada satupun yang membuka suaranya. Chaeyoung hanyut dalam elusan lembut itu.

Sejenak dia berpikir, andai Jisoo adalah kakak kandungnya. Andai mereka berempat adalah saudara satu darah. Akan sehangat apa rumah itu jika di kelilingi keluarga yang saling menyayangi satu sama lain? Akan seramai apa rumah dipagi hari mendengarkan suara Jennie dan Lisa yang bersahutan saling meneriaki. Akan sebahagia apa hidup Chaeyoung tanpa kewajiban bekerja untuk menghidupi diri.

.....

Seonho dan Hana duduk dengan canggung di meja makan itu. Semenjak Hana termakan hasutan keluarganya dan mengusir Jennie keluar dari rumah ini, Seonho bahkan tidak pernah lagi menegur Hana.

Tidak di pungkiri, bahwa Seonho sama seperti manusia lain. Seonho sangat ingin mempunyai keturunan. Bertahun tahun dia mencoba, namun usahanya selalu gagal. 

Hingga tuhan mengirimkannya malaikat kecil, gadis berusia satu tahun dua bulan yang ada dipanti asuhan kepadanya. Hatinya menghangat saat pertama kali melihat Jennie, dia mendekatinya dan Jennie kecil menggenggam jari jemari Seonho.

Tanpa berbicara apapun kepada Hana, Seonho membawa Jennie pulang, Hana menyambut dengan hangat kedatangan Jennie. Mengurusnya dengan baik layaknya anak sendiri. Namun lama kelamaan rasa sayang itu lenyap karena hasutan dari keluarganya. Hana merasa sia sia menghidupi anak orang lain.

"Aku berangkat."

Suara bariton itu membuat Hana terhenyak. Hanya itu percakapan mereka setiap harinya, bahkan Seonho memisahkan kamarnya dengan Hana.

"Yeobo, bisakah kau maafkan aku? Kau bisa lihat sekarang Jennie hidup lebih baik. Mari lupakan dan biarkan dia hidup dengan kehendaknya sendiri."

Ucapan Hana membuat Seonho naik pitam. Diraihnya vas bunga disampingnya lalu dilemparnya secara asal.

"Dia anak ku Hana! Sampai kapanpun dia anak ku! Walau dia bukan darah dagingku aku menyayanginya seperti aku menyayangi anak ku sendiri. Kau tau, aku bertahan denganmu sampai saat ini hanya karena aku menghargai ayahmu. Tapi tidak lagi, aku ingin kita bercerai." Seonho berlalu setelah mengatakan itu. Seakan tidak ada beban di pundaknya Seonho berjalan dengan santai memasuki mobilnya meninggalkan Hana yang terpaku.

"Jennie. Haruskah ku bunuh?"

.....

"Jisoo Unnie? Kapan kau datang?" Lisa yang terbangun menatap ke arah Jisoo dan Chaeyoung yang terdiam satu sama lain. Bahkan sampai Lisa bersuara keduanya masih sibuk dengan pikiran mereka masing masing.

"Ya! Mwoya? Kalian mengabaikanku?" Lisa berjalan kearah keduanya sambil berteriak. Keduanya menoleh dengan tatapan berbeda.

Jisoo dengan tatapan hangatnya, Serta Chaeyoung dengan tatapan kesalnya
"Kau ini merusak suasana tau."

Lisa hanya mengedikan bahu lalu mendudukan dirinya dilantai. Memeluk kaki Jisoo dan menyandarkan kepalanya.

"Unnie, baegopha." Ucap Lisa itu dengan cepat di angguki Chaeyoung. Keduanya adalah kembar, tak jarang mereka merasakan lapar bersamaan.

"Nado. Aku ingin Ayam bumbu, Avocado burger, kimbap, dan..."

"Ya! Kau ini tidak makan satu tahun ya? Aku tau Jisoonie sudah kaya tapi ini tetap pemerasan." Lisa berucap dengan nada tinggi, Chaeyoung hanya tersenyum tidak tau harus apa.

"Mari kita minta pada Direktur kita." Ucap Jisoo yang disetujui oleh keduanya. Tiga gadis itu kini menjadi hening. Mereka menarik nafas dalam dan menunggu aba aba dari Jisoo. Jisoo menghitung menggunakan jarinya. Lisa membekap mulutnya karena tidak bisa menahan tawa.

"JENNIE UNNIE! BAEGOPHA"

Palembang, 9 September 2022.

siapa kangen cung!

Cuardach Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang