Dengan langkah tertarihnya Jennie melangkahkan kakinya setelah berhasil keluar dari bangunin yang menurutnya kumuh itu. Kaki yang pincang bukan halangan baginya, yang dia pikirkan adalah bagaimana cara agar dia bisa keluar dari tempat itu.
Luka dengan darah bercucuran serta banyak lebam di sekujur tubuhnya tidak mengehentikan langkah itu. Dia terus melangkahkan kakinya yang telanjang tanpa alas itu ke aspal yang panas.
Sakit, tentu. kulit kakinya terasa melepuh dikit demi sedikit. Banyak sekali hal yang menyakitkan datang. Tidak sampai disitu, kepalanya baru saja terasa seperti di hantam dengan balok kayu.
Pandangannya mulai berbayang, bumi terasa berputar tiga kali lipat dari biasanya. Semua isi perutnya seakan naik ke atas, perutnya mual.
"Apakah ini akhir hidupku?"
....
Seorang pria paruh baya sedang berdiri diam memandangi sang rembulan. Dendam yang menyeruak, serta jutaan pikiran jahat yang muncul membuatnya sangat tidak tahan.
Bertahun tahun hidup setelah kejadian itu, dirinya sama sekali tidak memikirkan apapun selain balas dendam. Bagaimanapun caranya dia ingin menghancurkannya.
"Oppa!"
Seorang gadis cantik datang dengan badan berbentuk gitar Spanyol yang membuat sang rembulan bahkan berpaling kepadanya.
"Aigo, adikku yang manis." Pria yang umurnya menginjak kepala 4 itu pun mengelus pelan surai rambut itu dengan halus. Sorot matanya sangat menenangkan.
Keduanya tersenyum manis, teringat kenangan pahit dahulu kala, saat Kang Ki-Young berumur 19 tahun.
Flashback on
"Selamat Ki-Young! Kau melakukannya! Kau berhasil memenangkannya!" Ki-Young hanya tersenyum mendengar kalimat itu. Rasa bangga terhadap dirinya sendiri hadir.
"Ya! Jika begini terus kau bisa menjadi pemain nasional, eoh?" Seorang teman merangkulnya dari belakang, namun lagi lagi Ki-Young hanya tertawa, ini waktunya dia untuk berbahagia.
"Ki-Young-ah. Kemarilah. Eoh? Ayo kita pesta makan makan." Pelatihnya mengatakan itu dengan gembira. Sorak sorai terdengar disana. Semua atlet bulu tangkis dan beberapa pelatih disana bergembira atas kemenangan Ki-Young, membanggakan kotanya melawan kota lain.
"Aniya, aku akan pulang. ibuku menunggu."
...
Ki-Young baru saja menginjakan kaki di depan rumahnya. Dengan muka yang bangga dia memegang medali yang dia dapat lalu menciumnya."Eomma! Aku berhasil! Anak tunggalmu berhasil Eomma!" Ucap Ki-Young dengan bangga di dalam hatinya.
Namun, saat dia menginjakan kakinya di depan pintu rumahnya, teriakan ibunya terdengar. Teriakan yang sangat memilukan. Bergegas Ki-Young memasuki rumah itu.
Tubuhnya bergetar hebat, kakinya seakan tidak dapat lagi menopang badannya. Dia melihat sosok lelaki yang mabuk, orang yang dia sebut sebagai sahabat Ayahnya itu sedang melecehkan ibunya.
Keadaan ibu dan rumahnya sekarang tidak dapat di jelaskan. Rumah yang berantakan, barang barang pecah berserakan, serta badan ibunya yang dipenuhi luka lebam.
Emosi Ki-Young meledak, tak terbendung lagi kemarahan seorang anak laki laki yang melihat ibunya di lecehkan oleh sahabat ayahnya sendiri. Rasanya baru saja ayahnya pergi meninggalkan dia dan ibunya.
Ki-Young menerjang badan lelaki itu dengan kuat, memukulinya sekendak jidat, dia tidak bisa berfikir jernih lagi.
"Keparat gila! Kau mengkhianati ayahku! Dia sahabatmu, Bedebah!"
Lelaki yang dipukuli hanya tersenyum, tersenyum melihat semua yang telah dia perbuat.
"Ki-Young-ah. Aku bisa menghancurkan keluargamu lebih dari ini. Saat ini, kau bukan apa apa. Tumbuhlah lebih besar dan bertarung denganku." Ki-Young terdiam, Lelaki itu berlenggang begitu saja di hadapannya menyisakan kehancuran dan semua yang telah dia perbuat.
Flashback off.
"Oppa, mengapa kau sangat menyayangiku? Kau tau, aku adalah anak orang yang telah menyakiti ibu kita." Ucap gadis cantik yang tengah menghisap rokok itu.
"Kau adikku, sayang. Kau tidak tau apa apa, aku akan menjagamu, selalu." Ki-Young memeluk Seulgi dengan erat.
Keduanya merupakan kakak adik yang akur. Tak jarang adiknya merasa bahwa dia bukan bagian dari ibunya ataupun Ki-Young, tetapi Ki-Young selalu meyakinkannya dengan berbagai cara, apapun itu."
"Aku menyayangimu gadis kecil, aku menyayangimu adikku."
....
Kekacauan kembali terjadi di rumah Kim Seonho. Ternyata kabar menghilangnya Jennie telah sampai ke telinga Seonho. Hatinya terluka, jika dia tidak melepaskan Jennie mungkin Jennie tidak akan menghilang sekarang.
Beberapa anak buahnya telah dikerahkan untuk mencari Jennie di seluruh penjuru Seoul. Namun sudah beberapa hari dan hasil pencarian tetap nihil, Jennie tidak di temukan di manapun.
"Kembalilah anakku, jangan bersembunyi lebih lama." Hana mengucapkan itu, Soenho seaakan naik pitam di buatnya. Dengan langkah cepat Seonho berjalan menuju istrinya.
"Ini semua salahmu! Kau tau? Jika kau tidak termakan omongan keluarga busukmu itu, Jennie tidak akan pergi! Jennie pergi karena kau! Karena kau yang mengusirnya!" Dengan nada suara yang tinggi, Seonho mengatakan itu. Hana tersentak, hatinya sedikit tergores lantaran perkataan Seonho.
"Seonho, aku hanya tertekan karena selalu disebut dengan ibu yang memiliki anak angkat." Menahan isak tangisnya, Hana mencoba menjelaskan kepada Seonho bagaimana keadaannya saat itu.
"Lalu bagaimana? Bagaimana jika tidak mengadopsi? Lagipula kau memang tidak bisa punya anak." Bak di sambar petir, Hana tidak dapat mengatakan apapun lagi. Dia merasa bahwa Seonho benar saat ini. Penyebab menghilangnya Jennie adalah dirinya, Penyebab Seonho berubah adalah dirinya, penyebab dari seluruh permasalahan yang ada dirumah ini adalah dirinya. Dia memulai dan membuat semua masalah dirumah ini menjadi lebih rumit dari sebelumnya.
"Geure, aku masalahnya, kan?"
....
Park Seojoon terduduk diam di kursinya, memandangi foto anak keduanya. Memandangi senyum manis foto anaknya itu ketika anaknya itu masih berada di genggamannya.
Perkataan Minyoung beberapa hari lalu sangat membebani pikirannya. Benarkah selama ini dia pilih kasih? Benarkah selama ini dia memberikan Jisoo kasih sayang yang lebih istimewa daripada anaknya yang lain?
"Apakah kau marah, tuhan? Apakah kau marah karena aku tidak bisa membagi rasa sayangku dengan adil? Aku bodoh tuhan, aku baru menyadarinya sekarang. Tolong ampuni aku, sekali ini saja, kembalikan anakku."
Air matanya jatuh, jatuh tepat mengenai foto anaknya itu. Mengusapnya, dan memperhatikan setiap inci tubuh anaknya walaupun hanya di dalam foto itu.
Seuatu yang menarik terlihat di pandangan matanya, entah mengapa, sebuah tanda yang ada di bahu anaknya itu seperti sangat sering dia lihat, entah dimana namun dia merasa sangat familiar.
"Jennie-ya?"
Palembang, 4 Juni 2023.
Selamat berkonspirasi. Siapa ya adiknya Ki-Young? Kalau vote nembes setarus aku tripple up

KAMU SEDANG MEMBACA
Cuardach
FanfictionBerpisah sejak kecil? bahkan mereka terpisah saat mereka tak mengerti apapun. Tinggal disebuah panti yang berbeda membuat mereka tak saling mengenal satu sama lain. mencari kesemua tempat tapi lupa memeriksa apa yang ada di sebelahnya.