Seojoon saat ini tengah gundah. Sudah hampir satu bulan dia mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mencari Jisoo namun hal itu tak membuahkan hasil.
Terududuk melamun di sebuah halte, entah apa tujuannya dia hanya ingin mendapatkan ketenangan di halte itu.
Menarik nafas panjang pikirannya melayang ke 21 tahun lalu, dimana dia berlarian di koridor rumah sakit meninggalkan pekerjaan kantornya begitu saja ketika orang tuanya menelfon mengabarkan bahwa istrinya akan melahirkan.
Saat sampai di depan ruang bersalin, dia mendengar tangisan yang sangat kencang, hatinya senang bukan main mendengar suara putri pertamanya. Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama, ketika tiba tiba putrinya itu terbatuk, nafasnya tersenggal senggal.
Memberikan putrinya kepada dokter, Seojoon memeluk Minyoung yang saat itu menangis keras karena kondisi anaknya. Wajah keduanya memucat ketika dokter mendesah kesal.
"Tuan, Nyonya, Anak kalian telah tiada" Itu yang di dengarnya saat itu. Perasaannya hancur berkeping keping. Bahkan, dia melepaskan pelukannya dengan Minyoung.
Menggendong bayinya dengan telaten, menangis dengan kencang sembari terus merintih memohon agar anaknya itu kembali
bernafas. Semua tenaga medis di dalam ruang bersalin itu tak kuasa mendengar rintihan seorang ayah yang tidak terima atas kepergian anaknya."Mianhae, mian. Jebal bangunlah" Berulang kali dia mengucapkan itu dengan air mata yang terus berjatuhan. Dengan ajaibnya tangan bayi perempuan itu bergerak, dia mulai terbatuk dan kembali menangis. Dokter kembali mengambil bayi itu dari tangan Seojoon.
Dengan nafas yang memburu, dia terududuk lemas di lantai ruang bersalin, hatinya sangat lega ketika tau bahwa anaknya telah kembali.
Terfokus dengan pikirannya, sebuah wafer keju di depan mukanya membuyarkan lamunannya. Mendongak, Seojoon melihat seorang gadis dengan raut muka yang datar menyodorkan wafer itu kepadanya.
"Berhenti menatapku. Ambil wafer ini" Ujar Lisa, sedangkan Seojoon masih memandangi wajahnya.
Dengan kesal Lisa meletakan wafer itu di samping Seojoon lalu ikut duduk sedikit jauh dari Seojoon.
Dalam hitungan detik, keheningan menerpa. Tak ada satu pun dari mereka yang bersuara. Karena pada dasarnya Lisa maupum Seojoon adalah orang yang sangat susah untuk terbuka kepada orang lain.
"Kenapa memberikan ini padaku?" Seojoon memecah keheningan.
"Kau terlihat menyedihkan, jadi aku memberikannya" Ucap Lisa tanpa menoleh sedikit pun kepada Seojoon
Sedangkan Seojoon sedikit terbelalak mendengar perkataan Lisa. Dia adalah pemilik AkseyberCompany dan jelas dia tak terima jika di ejek menyedihkan.
"Kau tau siapa aku?" Lisa hanya mengedikan bahunya acuh.
"Aku adalah pemilik AkseyberCompany, perusahaan terkaya di korea selatan" Ucap Seojoon membanggakan diri dengan senyum lebar di wajahnya.
"Lalu?" Seojoon semakin di buat tercengang oleh Lisa. Dia seakan tak perduli bahwa orang yang disebelahmya saat ini adalah orang terkaya di korea selatan.
"Siapa namamu?" Tanya Seojoon.
"Kau tidak perlu tau" Ucap Lisa lalu menaiki bus yang berhenti dihadapan mereka, mengambil tempat duduk di dekat jendela lalu menyandarkan kepalanya ke pembatas kaca. Meninggalkan Seojoon yang menatapnya dengan tatapan yang sangat tidak bisa di artikan.
......
Chaeyoung dan Jisoo kini keduanya tengah menonton drama di televisi di Apartement itu. keduanya menatap serius kelayar ketelevisi itu tanpa suaaranya apapun.
"Aku... tidak mencintaimu"
"Pembohong!" Sentak keduanya ketika mendengar pemeran lelaki di dalam drama itu berucap. Kini keduanya tampak tegang, bahkan Chaeyoung tak sadar telah meremat botol plastik yang ada di tangannya sehingga menjadi gepeng.
"Aku menyukai wanita lain, dan itu adikmu"
"Brengsek!" Itu bukan suara Jisoo maupun Chaeyoung, itu suara Jennie yang entah sejak kapan berada di belakang mereka.
"O-oh, Unnie? Sejak ka—-"
"Diam Chaeyoung-ah" Sentak Jennie ketika Chaeyoung ingin bertanya padanya. Mendudukan dirinya tepat di samping Jisoo dan mulai memfokus kan dirinya pada drama yang sedang berlangsung.
Tak lama setelah kehadiran Jennie, Lisa datang dengan raut muka lelah setelah seharian berada di kampusnya.
Menatap heran kepada tiga gadis yang tengah menonton televisi dengan muka serius dan tak ada yang bersuara.
"Dasar pecandu drama" Mendudukan dirinya di samping Chaeyoung, memggelengkan kepalanya atas kelakukan tiga makhluk dihadapannya ini.
"Diamlah!" Ketiganya menyentak Lisa, Lisa yang mendengarpun hanya menggedikan bahunya acuh.
"Aku... menghamili adikmu"
"Pria bejat!" Bukan Jisoo, Jennie, maupun Chaeyoung yang berteriak. Tetapi Lisa. Ketiganya menatap heran kepada Lisa yang kini mulai memfokuskan dirinya pada drama yang tengah berlangsung itu.
"Tadi dia mengejek kita dan sekarang dia menjadi seperti kita" Jisoo berucap keheranan sembari melempari Lisa dengan tissue yang habis digunakannya.
Palembang, 22 January 2022
vote ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuardach
FanfictionBerpisah sejak kecil? bahkan mereka terpisah saat mereka tak mengerti apapun. Tinggal disebuah panti yang berbeda membuat mereka tak saling mengenal satu sama lain. mencari kesemua tempat tapi lupa memeriksa apa yang ada di sebelahnya.