Cuardach : 36. Secret #2

1.1K 154 7
                                    

Kalang kabut. Satu hal yang terjadi di tengah tengah Chaeyoung dan Jisoo sekarang. Kabar menghikangnya Jennie kini membeludak. Ditambah dengan foto foto yang di tangkap olah para wartawan yang menampakan Jennie dengan babak belur berjalan di pinggir jalan.

"Aku tidak membayangkan betapa sulitnya Jennie karena para bajingan itu." Jisoo membuka suaranya di tengah tengah meja makan yang hening itu. Beberapa orang yang berkumpul disana pun bingung dan enggan menanggapi bagaimana.

"Apakah harus seperti ini? Apakah Jennie Unnie ku pernah bahagia, Pak Kim?" Chaeyoung mengatakan itu sembari menatap Kim Seonho dengan penuh harap.

Seojoon dan Minyoung pun tidak berbicara apa apa. Membiarkan tiap insan yang ada di ruangan ini berdiam diri melewati waktu yang terus berjalan.

Tting~

Dentingan ponsel berbunyi secara bersamaan, dengan sigap semua insan yang ada disana membuka ponselnya masing masing.

Entah apa yang ada di dalam ponsel itu, badan Chaeyoung meluruh kelantai, kesadarannya hilang seketika membuat keadaan yang tadinya telah kacau semakin menjadi kacau dengan datangnya sebuah pesan.

"Lili, Lili ku, Appa!" Jisoo berteriak sembari memandangi ponsel Chaeyoung. Merasa bingung dan bimbang siapa yang harus dia selamatkan lebih dulu.

"Sepertinya bajingan itu bertindak lebih cepat." Kini Lee Taeyong yang sedari tadi diam mengeluarkan suaranya. Dengan sigap membawa Chaeyoung kegendongannya, menatap semua orang yang ada disana dengan pasti.

"Seonho kau bersama Sekretaris Lee dan Chaeyoung, aku dibelakang bersama Minyoung dan Jisoo." Park Seojoon berkata dengan keras dan di angguki oleh Kim Seonho.

Menginjakkan kakinya kepada pedal gas itu, Lee Taeyong seakan kesetanan. Gejolak amarah itu semakin meninggi bagaikan ombak yang menggulung. Bahkan tatapan matanya kini berubah menjadi sangat menusuk.

"Apa kau sadar, siapa aku?"

....

Jisoo melangkahkan kakinya melangkahkan kakinya sedikit lebih jauh dari Unit Gawat Darurat itu. Menatap banyak sekali raut wajah para anggota keluarga yang sejujurnya letih tapi tidak biss beristirahat.

Banyak hal yang sangat berarti disini untuk Jisoo, tatapan tatapan sendu dari para orang tua yang berharap kesembuhan anaknya, ataupun seorang anak yang menginginkan kesembuhan orang tuanya.

Tatapannya terpaku kepada sosok gadis kecil. Dengan kepala yang di tutupi oleh benda sejenis kupluk, memakai baju pasien serta berjalan membawa tongkat infusnya sendiri.

Kaki itu bergerak untuk mendatangi gadis itu, berjongkok dan memberikannya senyuman yang amat manis untuk dikenangnya.

"Halo adik kecil, kau sedang sendiri?" Tanya Jisoo dengan suara yang dibuatnya semirip mungkin dengan anak kecil.

Anak kecil itu merespon dengan kekehan, memegang bahu Jisoo sejenak lalu memberikan Jisoo pelukan secara tiba tiba.

Jisoo terlalu terpaku untuk berbuat apa apa, Jisoo bahkan tidak bergerak untuk membalas pelukan anak kecil itu. Dia terlalu terkejut untuk melakukan apapun. Sedangkan gadis kecil itu terus mempererat pelukannya.

"Tidak apa apa Unnie. Semuanya akan kembali seperti semula. Keluargamu yang sakit akan kembali menjadi sehat, kalian akan berkumpul bersama seperti sedia kala lagi, jangan terlalu bersedih." Ucap gadis itu dengan tangannya yang mengusap punggung Jisoo dengan perlahan.

Cuardach Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang