Jam sudah menunjukan pukul 10 pagi. Dan Jisoo hanya terduduk diam di atas sofa memandangi televisi dengan sesekali menghambuskan nafas kesal.
Jisoo merasa hari-harinya belakangan ini sangat membosankan. Semenjak orang tuanya datang ke Apartement ini beberapa hari lalu, Jisoo tidak diperbolehkan lagi untuk bekerja. Bahkan Jisoo diberikan sebuah kartu kredit yang hingga sekarang tak pernah Jisoo gunakan.
"Haish, apakah aku harus ikut mereka?"
Lagi-lagi Jisoo menghembuskan nafasnya kesal. Dia belum terbiasa dengan hidupnya yang sekarang. Dirinya yang biasanya selalu berkerja dari pagi hingga petang, kini hanya duduk terdiam memandangi televisi dengan rasa bosan yang terus melekat.
Memutar bola matanya mengelilingi ruangan itu, matanya melihat sebuah kartu berwarna hitam yang tergeletak di atas meja.
Tangannya terulur mengabil kartu kredit yang biasanya hanya dimiliki oleh kaum bangsawan saja. Jisoo berdecak kagum. Ternyata keluarganya benar benar kaya.
"Ternyata aku seorang bangsawan" Ujar Jisoo sambil sesekali membolak balikan kartu itu.
......
Jennie terduduk lesu di meja kerjanya. Begitu juga dengan Taeyong yang sepertinya sudah mulai terlelap menggunakan tumpukan kertas yang sangat tebal sebagai bantalan.
Akhir-akhir ini perusahaan Jennie mengalami masalah. Salah satu direktur diperusahaannya kedapatan menggelapkan dana. Juga melakukan penipuan mengatas namakan JMine Group.
Artikel-artikel buruk mulai bertebaran. Akun sosial media Jennie pun turut diserang oleh beberapa oknum-oknum korban penipuan.
Tak ingin situasi terus seperti ini, Jennie membuka suaranya. Jennie mengatakan bahwa penipuan ini tanpa sepengetahuan dirinya. Jennie juga mengatakan bahwa beberapa minggu belakangan ini dia tidak datang ke kantornya dan tidak tau apa yang terjadi di perusahaannya selama dia tidak hadir.
Bersyukurnya keadaan akhir akhir ini mulai membaik. Saham perusahaannya yang sempat menurun drastis kini perlahan sudah menjadi normal kembali. Kini Jennie hanya perlu menyelesaikan proses hukum penggelapan dana yang telah dilakukan oleh bawahannya.
Pandangan Jennie kini beralih ke meja Taeyong. Terlihat jelas bahwa Taeyong kelelahan. Kantong mata yang terlihat jelas, tampilan rambut yang berantakan. Bahkan Jennie yakin bahwa Taeyong tak pulang kerumahnya seminggu ini.
"Aku harus menraktirnya makanan sesudah ini"
Setelah mengucapkan itu, pandangan Jennie kembali beralih kesebuah lukisan yang terpajang disana. Dia ingat, lukisan itu adalah lukisan yang dipilih oleh Lisa ketika mereka pergi ke toko barang antik.
Senyum terukir di bibir Jennie. Dia ingat saat itu Chaeyoung dan Jisoo berdebat mengatakan bahwa lukisan pilihan mereka yang paling bagus. Namun akhirnya lukisan yang dipilih oleh Lisa lah pemenangnya.
"Ah, aku merindukan mereka"
Jennie terus menatap lukisan itu dengan lekat. Hingga atensinya teralihkan oleh kepalanya yang tiba-tiba berdenyut. Pandangannya berputar-putar. Bahkan perutnya mulai mual sekarang.
Mengerjabkan matanya sesekali, Jennie bernafas lega ketika rasa pusing yang dirasakannya perlahan hilang. Dengan keringat yang bercucuran dan nafas yang memburu. Jennie menyandarkan kepalanya di meja kerjanya.
"Huh, sepertinya aku butuh istirahat"
........
Disini dia, dipojok perpustakaan kampusnya. Dengan muka datarnya yang mendominan. Menggunakan hoodie tebal yang tudungnya menutupi hampir seluruh wajahnya.
Dengan posisi badan yang sedikit membungkuk, matanya tertuju pada sebuah buku yang di pegangnya. Lisa sangat malas untuk beranjak dari sana. Jika dia pergi dari perpustakaan itupun tak akan ada yang bisa dia kerjakan.
Mengobrol bersama teman? Satu-satunya orang yang ingin berbicara dengannya adalah Seulgi. Dan sayangnya jadwalnya dan Seulgi berbeda hari ini.
"Hei, kau sudah hampir dua jam duduk disini" Suara sedikit berat dan serak itu mampu membuyarkan kefokusan Lisa.
Lelaki dengan kaus berwarna hitam bermerk Celine sedang duduk disebelahnya. Menatapnya dengan malas, Lisa kembali memfokuskan dirinya pada buku yang di pegangnya.
"Kau bisu ya?" Lelaki itu, Sehun kembali mengeluarkan suaranya. Merasa geram, Lisa menutup bukunya dengan kasar lalu menatap Sehun dengan tatapan datarnya.
"Apa masalahmu? Kenapa mengangguku?" Sentak Lisa degan nada yang sedikit kasar. Matanya tertuju pada muka Sehun. Ingin sekali rasanya Lisa memukulnya dengan buku yang ada di genggamannya.
Sehun seketika terdiam. Dirinya seakan terpana dengan tatapan Lisa. Niat awalnya menyapa Lisa hanyalah untuk menganggunya. Tetapi ketika Lisa memperlihatkan wajahnya, matanya itu. Sungguh sepertinya Sehun langsung jatuh cinta kepada Lisa detik itu juga.
"Sekarang, kenapa kau diam? Kau bisu? Sungguh. Sangat membuang waktuku" Mengembalikan bukunya ke rak yang tersedia. Lisa meninggalkan Sehun yang masih terdiam tanpa mengatakan apapun.
.......
Chaeyoung tak henti hentinya mengerjabkan matanya. Dia baru saja sampai dirumah, dan alangkah terkejutnya dia melihat betapa banyaknya makanan yang berjejer di atas meja makannya.
Chaeyoung mengaga ketika melihat banyaknya kantong berisi bahan makanan yang masih tergetelak di bawah. Dan Jisoo yang sedari tadi masih sibuk dengan masakannya.
"Unnie, kau memasak ini semua?" Pertanyaan bodoh memang. Sangat jelas bahwa Jisoo berkutat dengan alat masak di dapur itu. Bahkan sekali lihat semua orang akan tahu bahwa yang memasak makanan itu adalah Jisoo.
"Cicipilah" Jisoo menyodorkan sebuah sendok kedepan mulut Chaeyoung. Tanpa rasa ragu Chaeyoung menerimanya. Makanan buatan Jisoo tidak pernah mengecewakan.
"Bagaimana? Lezat?"
"Makanan buatanmu selalu lezat, Unnie"
Jisoo tersenyum manis ketika mendengar ujaran Chaeyoung. Tangannya tergerak mengambil beberapa kantong belanjaan yang masih tergeletak. Dengan telaten membereskannya, memasukan beberapa bahan masakan ke dalam mesin pendingin.
Chaeyoung semakin menganga. Bahan makanan yang Jisoo beli ini sangat banyak. Dan juga harganya tidak murah.
Kalau Jennie yang melakukan itu Chaeyoung tidak akan terlalu terkejut seperti sekarang. Tapi Jisoo? Orang yang selalu menghemat uang kini menghamburkan uangnya.
"Unnie, tidak kah ini terlalu banyak?" Mendengar suara Chaeyoung, Jisoo menoleh lalu memberikan senyum manisnya.
"Hadiah perpisahan"
Setelah mengatakan itu Jisoo kembali melanjutkan aktivitasnya. Berbeda dengan Chaeyoung yang masih tidak mengerti apa arti kata Jisoo.
Palembang, 26 Maret 2022.
Maaf banget kalo part ini ngawur terus up nya lama. Otaknya lagi gabisa dikintrol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuardach
FanfictionBerpisah sejak kecil? bahkan mereka terpisah saat mereka tak mengerti apapun. Tinggal disebuah panti yang berbeda membuat mereka tak saling mengenal satu sama lain. mencari kesemua tempat tapi lupa memeriksa apa yang ada di sebelahnya.