Lalice berjalan dengan bulu kuduknya yang berdiri, Lalice merasa merinding. Bagaimana tidak, sudah dua hari ini Jennie mengikutinya kemanapun dia pergi.
Mulut Lalice sudah pegal memberitahu Jennie bahwa yang Jennie lakukan menganggunya, namun Jennie menepisnya dengan berbagai alasan.
Tak tahan lagi, Lalice menoleh dengan refleks Jennie berpura pura membaca koran yang di jual di pinggir jalan itu. Lalice hanya berdecih tak suka atas tingkah laku Jennie.
"Jennie-ssi, berhentilah mengikuti ku. Kau sudah tampat seperti penguntitku." Lalice berucap dengan nada yang prustasi
"Ya! Aku tak mengikutimu. Kurangkan tingkat ke percayaan dirimu itu" Ucap Jennie gelagapan, Dia merasa ketakutan dengan tatapan tajam Lalice.
"Terserah" Lalice berucap lalu berlalu begitu saja.
Jennie sangat bingung dengan dirinya sendiri, entah setan mana lagi yang merasukinya hingga membuatnya mengikuti Lalice.
Drtt Drtt
Dering ponsel itu membuyarkan lamunannya, memutar matanya malas ketika melihat nama Taeyong yang tertera disana.
memilih mengangkatnya, Jennie mulai mendekatkan telepon genggam itu ke telinganya.
"Ya! Jennie-ya! Kemana saja kau? Dari kemarin kau tak datang ke kantor, Kau tau sebanyak apa pekerjaan di kantor ini?"
Omelan Taeyong itu membuatnya bingung. Siapa yang menjadi CEO disini? Dia atau Taeyong?
"Ya! Itu perusahanku! Jadi terserahku" Ucap Jennie dengan santainya membuat Taeyong harus menumpuk banyak kesabaran.
"Baiklah, Jika ini perusahaanmu maka urus lah sendiri. Aku resign."
Ucap Taeyong itu mampu membuat Jennie terbelalak. Dia akan kerepotan jika Taeyong Resign.
"Ya! Aku hanya bercanda! Kenapa kau sensitive sekali, kau datang bulan?" Jennie berusaha menyairkan suasana
"Ya! Jennie Kim! Segera lah datang kemari Dan berhenti jadi penguntit gadis itu. Aku sudah dua hari tak pulang karena ulahmu!" Taeyong memutuskan sambungan telfon itu sepihak. Jennie hanya menggeleng pasrah melihat sekretarisnya itu.
...........
Jisoo dan Chaeyong tengah bersemangat mengaduk adonan kue dihadapan mereka. Mereka berlomba membuat kue untuk Lalice, Kue ter enak menurut Lalice adalah pemenangnya.
"Dengar, Chaeyoung-ah. Kau tak akan bisa mengalahkan ku" Ucap Jisoo sombong, Dia memang pintar dalam hal memasak.
"Ya! Unnie! Jangan berbanga diri dahulu. Kau tak ingat? Aku ini bekerja di cafe" Ucap Chaeyong tak ingin kalah.
"Dan ingat, Kau bekerja menjadi waiters bukan juru masak" Jisoo menjulurkan lidahnya guna mengejek Chaeyoung, Tersenyum puas ketika melihat wajag jengkel Chaeyoung.
"Terserah saja, sepintar apapun kau memasak Lisa akan tetap memilihku"
"Ya!—-"
Brakkk
"Ya! Bisakah kalian Berbicara pada teman kalian itu untuk berhenti mengikutiku? Dia tampat seperti Paparazi" Lisa berucap dengan kesalnya, tak habis pikir dengan Jennie yang se akan tergila gila dengannya.
"Mwo? Teman kami?" Chaeyoung bertanya dengan bingung.
"Jennie maksudmu?" Tanya Jisoo dengan wajah berkerut.
"Siapa lagi jika bukan wanita menyebalkan itu! Dia bahkan rela menungguku sampai ralut malam demi mengikutiku" Ucap Lisa panjang lebar lalu merebahkan dirinya pada sofa kumuh dirumah itu.
Berbeda dengan Jisoo maupun Chaeyoung yang kebingungan. Jennie? Mengikuti Lisa? Singguh tidak bisa dicerna.
"Gantilah bajumu terlebih dahulu, Unnie dan Chaeyong membuatkan mu kue coklat" Mendengar ucapan Jisoo, Lisa langsung bangkit dan dengan semangat memasuki kamar mandi apartement itu.
"Dia selalu bersemangat jika menyangkut coklat"
Palembang, 8 Desember 2021
bintangnya kak
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuardach
FanfictionBerpisah sejak kecil? bahkan mereka terpisah saat mereka tak mengerti apapun. Tinggal disebuah panti yang berbeda membuat mereka tak saling mengenal satu sama lain. mencari kesemua tempat tapi lupa memeriksa apa yang ada di sebelahnya.