Cuardach : 15. Rampage

1.3K 180 0
                                    

Matahari melesak masuk melewati celah celah jendela Apartement terpaksa membuat Jennie harus membuka matanya. Jennie tidak bisa menahan senyumnya ketika melihat 3 gadis yang menjadi temannya beberapa waktu ini.

Mengangkat tangannya, mengelus secara perlahan puncak kepala Jisoo.
"Unnie, bangun lah. Sudah pagi."

Merasa terusik, Jisoo membuka matanya. Jisoo melihat Jennie yang sedang tersenyum manis ke arahnya.

Berpindah tempat ke sebelah Jisoo, Jennie membangunkan Chaeyoung dan Lalice dengan cara yang sama dengan cara dia membangunkan Jisoo.

"Unnie, ini hari libur ku. Aku sangat mengantuk" Chaeyoung beranjak duduk dan menyenderkan kepalanya di pundak Jennie.

"Mandilah. Unnie Dan Jisoo Unnie akan membuat sarapan" Jennie berucap lembut.

"Ya! Kenapa aku juga?" Jisoo berteriak tak terima.

"Ya! Unnie! Kau yang paling tua disini, jadi kau juga bertanggung jawab mengurus kami" Jennie berseru dengan tangan yang terus terusan menarik lengan Jisoo agar Jisoo beranjak dari duduknya.

"Mwo? Tua? Ya! Kau cari mati?" Jisoo kembali mengeluarkan nada tingginya.

"Ya!—-"

"Ya! Berhenti berdebat! Biar aku yang memasak" Lisa berucap dengan cepat, dia jengah melihat kedua gadis itu terus berdebat.

Jennie, Jisoo, maupun Chaeyoung terbelalak atas ucapan Lisa. Bagaimana tidak? Lisa tidak bisa memasak. Bisa bisa bahan makanan terbuang sia-sia jika Lisa yang memasak.

"A-aniya, aku dan Jennie akan memasaknya" Jisoo menyeret lengan Jennie pergi ke dapur.

Melihat Jennie dan Jisoo memulai aktivitasnya dengan tenang dan tak ada kesulitan, Chaeyoung memilih duduk di depan televisi menonton drama yang menurutnya sangat seru ini.

Sedangkan Lisa, dia kembali tertidur di sofa menggunakan paha Chaeyoung sebagai bantalan.

Suasana menjadi hening dalam waktu yang cukup lama, namun suasa kembali menjadi ramai ketika mendengar teriakan Jennie yang cukup keras dari arah dapur.

"Unnie! Wae geure?" Chaeyoung berteriak ketika memasuki dapur. Di ikuti oleh Lisa dibelakangnya.

"Ya! Tanganmu terluka" Lisa berucap dan berjalan cepat ke arah kamarnya. Mengambil sebuah kotak berwarna putih, membawanya ke arah dapur dengan tergesa gesa.

Tanpa mengatakan apapun, Lisa menarik Jennie ke kursi yang ada disana. Mengambil sebuah kapas membersihkan darah yang ada di sekitar tangan Jennie. Memberi sedikit alkohol di kapas lain, mengoleskannya ke luka Jennie dengan pelan.

"Awsh, Appo" Jennie meringis ketika alkohol itu menyentuh kulitnya dengan sempurna.

"Hanya sebentar" Ucap Lisa lalu membalut luka Jennie dengan perban.

"Jisoo Unnie, kau tak apa?" Lisa berjalan ke arah Jisoo mamperhatikan gadis itu dengan seksama.

"Tak apa, ayo makan" Jisoo menarik tangan Lisa juga Chaeyoung. Di ikuti oleh Jennie dengan tangan yang terluka.

......

JMine Group pagi ini di hebohkan oleh tingkah laku pria bersetelan jas yang tengah mengamuk di depan banyak karyawan itu. Im Juhwan, ayah dari Im Nayeon. Dia merasa tak terima bahwa dia dipecat tanpa alasan yang jelas. Dia merasa bahwa dirinya tak pernah melakukan kesalahan.

"Ya! Berhentilah! Kau sudah di pecat!" Taeyong berusaha menenangkan Juhwan yang terus mengamuk bahkan melempar beberapa barang yang ada disana.

"Apa alasanmu memecat ku? Aku tak pernah membuat kesalahan!" Juhwan berseru dengan nada tinggi.

Taeyong terdiam mendengar itu. Karena, Jennie tak memberikan alasan untuk memecat Juhwan. Jennie hanya memerintahkannya untuk mengenyahkan Juhwan dari kantor itu.

"Kenapa kau diam bodoh?" Juhwan kembali berseru.

"Kau yang bodoh" Satu ucapan yang membuat semua karyawan yang berada disana membungkuk hormat. Jennie datang dengan kacamata hitam khasnya yang selalu bertengger di hidung mancungnya.

Berdiri di depan Juhwan dengan tegap, Jennie bisa melihat bahwa mata Juhwan mengeluarkan Kilat amarah.

"Kenapa kau memecat ku bedebah?" Juhwan berteriak dengan tangan yang terangkat untuk menampar wajah Jennie, dengan gerakan cepat Jennie menahan tangan itu dan menghempaskan tangan Juhwan ke bawah.

"Bagaimana jika kau tanyakan alasannya kepada putri kesayanganmu" Ucap Jennie dengan nada santai.

"Jangan membawa bawa putriku! Putriku tidak bersalah! Dasar bedebah!" Juhwan meraih vas bunga yang ada di sana dan melemparnya kesembarang arah.

"Nyatanya putrimu bersalah. Putrimu adalah alasan dirimu di pecat" Jennie berucap dengan menekan kalimatnya.

"Mwo? Apa salah putriku?"

"Dia merundung adik ku. Dia membuat adik ku terluka. Kau dengar? Dia membuat adik ku terluka! Dan aku akan menghancur kan setiap orang yang melukai adik ku!" Jennie berucap dnegan nada yang tak kalah tinggi dari nada Juhwan.

"Lalice.. putri mu menyakiti adik ku. Lalice adalah adik ku!"

Plak~

Satu tamparan hinggap di pipi Jennie, Semua orang disana menahan nafas karena perlakuan Juhwan kepada pemilik JMine Group itu.

"Berhenti menyalahkan putriku!"

"Nyatanya putimu bersalah! Dia perundung!" Jennie berucap marah, lalu menggerakan tangannya guna memerintah para Security menyeret Juhwan keluar dari kantor itu.

"Ya! Saekhiya! Aku akan membalasmu!" Juhwan memberontak keras. Namun, Jennie tak menanggapinya lalu berjalan ke ruangannya di ikuti Taeyoung dibelakangnya.

......

Brak~

"Im Nayeon!" Juhwan membuka pintu rumahnya dengan kasar. Dengan gerakan kaki yang cepat, berjalan ke arah kamar Nayeon dan menariknya dengan kasar. Semua orang dirumah itu panik, terutama Han Sohee istri dari Juhwan.

"Awsh Appa, wae geure?" Nayeon berucap dengan tangan terus memegangi rambutnya yang di tarik dengan keras oleh Juhwan.

"Yeobo, wae geure? Lepas kan dia, dia kesakitan" Sohee berucap kebingungan dengan sikap suaminya.

"Diamlah! Dia membuat hidupku hancur! Kita akan jatuh miskin!" Juhwan berucap frustasi.

"Apa maksutmu appa?" Nayeon bertanya sembari terus berucap memohon di dalam hatinya. Dia sudah memikirkan penyebab ayahnya bersikap seperti ini kepadanya. Namun tentu hal itu tak ingin dia dengar.

"Kau membuat ku di pecat, bodoh! Karena kau!" Juhwan terus membentak Nayeon dan terus menarik rambutnya dengan keras.

"Yeobo, kenapa Nayeon? Ada apa dengannya?" Dengan nada khawatirnya Sohee berusaha melepaskan tangan Juhwan dari kepala Nayeon.

"Karena dia perundung! Dia merundung teman kuliahnya yang ternyata adik pemilik JMine Group!"

Nafas Nayeon tercekat, ayahnya mengucapkan hal yang tak ingin dia dengar sedari tadi. Tamat sudah riwayatnya.

"Appa, mianh—-"

"Tutup mulutmu sialan! Sekarang kemasi barang barangmu aku tak ingin melihat mukamu disini!" Juhwan melepaskan tarikannya pada rambut Nayeon.

"Yeobo!" Sohee berucap tak terima.

Tak mamperdulikan teriakan Sohee dan tangisan Nayeon yang semakin kencang, Juhwan menarik Sohee menjauh dari Nayeon dengan beberapa helai rambutnya yang rontok.

"Lalice... aku akan membalasmu"

Palembang, 3 January 2022

Cuardach Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang