Cuardach : 37. Terkuak

1K 113 24
                                    

Celah mata yang tertutup itu perlahan-lahan terbuka. Suara bertemunya langkah kaki yang menggunakan sepatu itu bertemu dengan lantai terdengar dengan jelas.

Pendengaran keduanya memandang harap ke arah pintu berharap bahwa mereka menemukan ruang untuk sekedar memberi kabar kepada seseorang untuk menyelamatkan mereka.

Namun nihil. Sosok perempuan bertopeng datang, sosok perempuan yang sepertinya "bisu" dan membawa sebuah buku catatan kecil dan sebuah pena untuk mengobrol dengan siapapun.

"Kalian sudah sadar? Sudah bercengkrama?"

Tulis perempuan itu yang tidak sama sekali mendapat perhatian. Wanita itu kembali menuliskan sesuatu pada buku kecil itu.

"Aku ingin memberikan informasi, tapi sepertinya kalian tidak tertarik, yasudah."

Tepat setelah tulisan itu terbaca oleh Lalice, gadis itu melenggang pergi meninggalkan keduanya. Di iringi oleh decak sebal Jennie yang merasa tangannya sudah mulai sakit.

"Jennie! Ambil ponsel itu cepat." Bisik Lalice menambah kekesalan yang sedang di tanggung Jennie.

"Yaish! Kurang ajar! Aku lebih tua dari mu. Lagi pula aku tak bisa bodoh! Tanganku terikat." Setelah mengatakan itu Jennie kembali kedalam lamunannya, membiarkan Lalice berkutat dengan tali yang mengikat tangannya.

Hampir 45 menit Lalice menggosokan tali itu ke pada kursi yang menjadi tempat duduknya itu hingga tali itu terputus. Dengan cepat dia bergerak memutus tali yang mengikat tangan mungil Jennie.

"Oh tuhan! Yaghh! Akhirnya tanganku lepas. Oeh? Ya! Tanganku tergores!" Teriak Jennie heboh.

"Diamlah dasar alay!" Ujar Lalice dengan kasar sambil melangkahkan kakinya mengarah pada pintu di hadapannya.

Bugh
Dug
Dug

"Sial! Terkunci!" Lalice mendudukan tubuhnya gusar memandangi Jennie dengan putus asa.

"Lihat siapa yang bodoh? Kita memiliki ini kau idiot! Ayo gunakan apa yang mereka berikan." Ujar Jennie sombong sembari mengutak atik ponsel yang di tinggallkan oleh penjaga mereka yang teledor.

Dengan telaten Jennie mengetik tombol demi tombol dan akhirnya menempelkan ponsel itu di telinganya.

"Taeyong, ini aku Jennie." Ujarnya singkat.

"Hei bodoh! Kemana saja kau keparat? Kami mencarimu kemana mana? Bagaimana keadaanmu? Lalice bersamamu? Ya kan? Kalian berdua terluka? Dimana kalian?" Taeyong tanpa aba  aba langsung menyerang Jennie dengan segudang pertanyaan. Jennie kembali kesal di buatnya.

"Tutup mulutmu. Aku tidak tau ini dimana, lacak saja nomor ini. Kami di ruangan terkunci. Kumohon cepatlah, aku kelaparan, sangat kelaparan." Jennie menutup telfonnya dan ikut mendudukan dirinya di sebelah Lalice, membiarkan pandangan aneh yang di berikan oleh gadis berponi itu.

"Kau tau? Tingkahmu sekarang seperti wanita gila."

"Diam Lisa. Atau kupukuli kau disini." Lisa tidak memperdulikan itu sedari awal. Membiarkan pandangannya kosong menatap dinding abu abu itu.

.....

"Aku mendapatkan koordinat Jennie! Park Seojoon! Kim Seonho! Ikuti alamat yang kuberikan! Bawa pasukan sebanyak mungkin."

Taeyong membabi buta menginjak gasnya. Tidak perduli bahwa dia akan ditilang atau melanggar peraturan, ingin sekali rasanya dia menginjak kepala sosok yang mengakiti Jennie.

Tangannya mengeras menggenggam kemudi mobil itu. Mukanya bahkan memerah. Kilat emosi terlihat dalam matanya, seakan akan tatapan itu bisa membuat semua orang disini keluh.

Cuardach Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang