Cuardach : 30. Seulgi

1.2K 168 10
                                    

Puntung rokok di tangannya sudah hampir habis, namun sehisap pun belum sampai ke tenggorokannya. Pikirannya kalut.

Hal demi hal dia lakukan untuk membalaskan demdamnya. Namun nihil, rencana demi rencana yang dia lakukan selalu gagal.

Sungguh, menjatuhkan Seojoon. adalah hal yang sangat menyulitkan dirinya. Sebenarnya tidak sulit. Hal yang membuatnya sulit adalah dia ingin memiliki partner dalam pekerjaan gelapnya ini. Jika suatu waktu dia dipenjara, dia tidak sendirian.

Membuang puntung rokoknya, dia meninggalkan ruangan yang ditempati banyak orang itu. Banyak pasang mata menatap ke arahnya. Entah itu tatapan suka atau tidak suka dia tidak menanggapinya.

"Aku memang harus mengerjakannya seorang diri." Dia mengatakan itu dalam hatinya. Menggali sakunya dan menemukan pisau kecil namun sangat tajam di dalamnya.

"Kehancurannya adalah melihatmu mati, Jennie Kim. Ah, Aniya. Park Jennie."

.....

Bangunan tinggi itu di datanginya. Entah berapa lama dia tidak mendatanginya. Ketiga manusia lainnya itu selalu memiliki alasan agar dirinya tetap berasa dirumah.

Orang pertama yang dicarinya adalah Seulgi. Karena memang dirinya tidak memiliki teman selain Seulgi.

Hampir seluruh bangunan ini dikelilinginya, namun dia tidak menemukan Seulgi sama sekali. Dia mulai kalut dan lelah.

"Sebenarnya kemana beruang madu itu menghilang." Lalice memilih mendudukan dirinya. Meneguk sekaleng minuman bersoda dengan santai. Berharap ada seseorang yang mengagetkannya seperti dulu.

"Hei apa kau tau alasan Seulgi bunuh diri?"
"Sungguh? Dia benar benar bunuh diri? Aku kira itu hanya rumor karena dia tiba tiba menghilang."
"Aku tidak tau, semoga saja dia mendapatkan yang terbaik."

Lalice menolah mendengar percakapan beberapa gadis dibelakangnya. Dadanya tiba tiba menjadi sesak. Tanpa rasa ragu dia menggerjar gadis itu.

"Hei! Tunggu!"

Dua gadis itu menoleh, dengan rasa yang sedikit takut melihat Lalice. Aksi Jennie dikampusnya kemarin benar benar memberikan dampak besar. Hampir setiap orang yang ada dikampus ini memperlakukannya dengan sangat hormat. Jujur dia muak, Tapi ini lebih baik daripada dirundung habis habisan.

"Lalice, ada apa?" Kegugupan terlihat oleh gadis itu. Dia menatap Lalice yang matanya sudah memerah menahan tangis.

"Seulgi?" Hanya satu kata yang dikeluarkan Lalice. Namun kedua gadis itu terlebih dahulu mengerti apa yang dimaksud Lalice. "Ah, kami tidak tau pasti Lalice. Berdoa saja semoga itu hanya rumor."

Lalice hanya mengangguk mendengar ucapan kedua gadis itu. Rasa sesal mulai mengeruak dihatinya. Dia teringat bagaimana dia mendiamkan Seulgi, bersikap acuh pada Seulgi.

Dia seakan kehilangan tujuan hidupnya. Hanya Seulgi tempatnya berkeluh kesah. Seulgi banyak mendengar tangisan dan segala ceritanya. Sekarang pada siapa?

....

Langkahnya gontai namun pasti. Akibat Sering membolos pekerjaannya, Chaeyoung dikeluarkan dari tempat kerjanya. Namun, tidak menyerah disitu. Dia terus melangkahkan kakinya berjalan kesana kemari untuk mendapatkan pekerjaan baru.

Dirinya harus makan, dia juga harus membiayai kuliah Lalice. Terlalu tidak enak jika mereka berdua hanya bergantung kepada Jisoo dan Jennie.

Cuardach Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang