Cuardach : 29. Nappeun Saekhiyya.

1.5K 200 9
                                    

"Jennie, haruskah aku membunuhnya?"

Hana menolah mendengar suara itu. Suara berat bariton yang tidak dikenalnya. Terlihat sosok pria dengan pakaian serba hitamnya.

Hana bersumpah bahwa ia tidak pernah bertemu atau mengenal sosok pria ini. Bahkan wajahnya terlihat sangat asing. Senyumnya yang manis itu, Hana tau ada maksud tersembunyi di dalamnya.

"Apakah aku harus membunuh Jennie nyonya?" Tanya lelaki itu sekali lagi. Hana masih tak bergeming. Matanya berkeliling mencari benda apa yang bisa dia gunakan untuk melawan pria ini.

"Semua orang tau kau membencinya. Aku juga. Aku membencinya." Ujarnya di iringi oleh tawa yang sangat mengganggu.

"Dia anakku! Menjauhlah dasar keparat!"

"Anak? Wow, hahaha. Bahkan setelah kau mengusirnya, memakinya, bahkan menyiksa fisiknya karena hasutan keluargamu kau masih menganggap dirimu ibunya?" Ucapnya Gantung.

Kaki Hana melemas mendengar itu. Jantungnya berdegup kencang. Bagaimana lelaki antah berantah ini tau apa yang dia lakukan kepada Jennie? Bagaimana dia bisa tahu hal yang bahkan tidak tercium oleh media.

Lelaki itu melangkah mendekat kearah Hana, mengikis jarak hingga Hana terpojok oleh perbuatannya. Terlihat air mata dan keringat bercucuran di pelipisnya.

"Kau kesal. Benar bukan? Kau kesal karena Jennie seakan mengambil semua perhatian Seonho, bahkan dia bukan putri kandungnya." Hana terhenyak mendengar itu, Keheningan terjadi. Senyum miring tercetak di bibir pelaku.

"Tebakanku benar. Aku, Kim Joo Hun. Pernah mendengar nama itu? Aku kakak tiri suamimu. Anak hasil perselingkuhan yang selama ini disembunyikan ayah mertua sialanmu itu." Ucap Joohun penuh penekanan.

Sedangkan Hana, hanya bisa terdiam dengan rasa takut yang bersarang pada hatinya. Selama menikah dengan Seonho, dia memang sering mendengar Kim Joo Hun dibahas. Entah dia mabuk, mengacau di bar atau tindakan kriminal yang lain.

Selama ini Hana mengira bahwa Kim Joo Hun adalah salah satu anak buah ayah mertuanya. Mimpi apa yang dia dapat hari ini di datangi oleh orang yang selama ini.

"Pergilah keparat sialan!" Hana berteriak marah. Entah bagaimana lagi menghilangkan bedebah di hadapannya ini.

"Cih. Nappeun Saekhhiya. Aku pergi, namun jika kau ingin membunuh Jennie, Hubungi aku."

....

Ruang makan mansion Park Seojoon sangat hening pagi hari ini. Hanya ada dia, dan Minyoung hari ini. Jisoo mengabari dirinya bahwa Chaeyoung sakit dan dia akan menginap dirumah sakit.

Seojoon tak masalah dengan itu. Yang menjadi masalah adalah kecemasan Minyoung yang berlebihan. Sedari tadi dia tak henti hentinya mengirimi pesan kepada Jisoo.

"Minyoung-ah, tidak kah kau mereka bahwa kau berlebihan? Ayolah Jisoo bersama teman temannya. Biarkan dia bebas." Seojoon menyentak Minyoung. Dia mulai jengah dengan tingkah laku istrinya yang terlalu ke kanak kenakan.

"Ponselnya tidak aktif. Bagaimana jika dia diculik? Atau dia melarikan diri?"

Semenjak Jisoo ditemukan, Minyoung menjadi lebih protektif dengan Jisoo. Ia selalu ingin Jisoo berada di jangkauannya. Ia ingin selalu Jisoo terlihat oleh matanya.

Rasa takut di hatinya masih ada. Dia memiliki tempat namun hilang. Kini dia menemukan salah satunya, Sangat besar ketakutan akan kehilangan sekali lagi.

"Itu karena kau selalu menghubunginya. Dia sudah besar Minyoung. Biarkan dia bebas, dia bukan peliharaanmu." Ucap Seojoon yang masih terfokus dengan berkas berkas dihadapaannya.

"Dia anakku! Kau tak tahu apa apa! Yang kau pikirkan hanya berkas-berkas dan berkas. Bahkan kau tidak menikmati makananmu demi berkas sialan itu." Sentak Minyoung. Seojoon terdiam sejenak. Rasa kesal menyeruak dihatinya, namun di sisi lain dia merasa ucapan Minyoung ada benarnya.

Semenjak anak anaknya hilang, dia sangat jarang meluangkan waktu untuk istrinya. Pergi ketika semua orang belum terbangun dan pulang ketika semua orang kembali tertidur.

Wajar jika Minyoung kesal pada saat itu. Disaat Minyoung hancur semua anaknya hilang, disaat Minyoung di titik terendah hidupnya sebagai ibu, Seojoon hanya mengurus berkas berkas di mejanya.

...

"Ya! Jisoo Park! Itu milikku!" Lisa berteriak kencang ketika susu coklat miliknya diseruput oleh Jisoo. Dirinya meletakannya diatas meja lalu meninggalkannya sebentar ketika keluar matanya menangkap Jisoo meminumnya.

"Kau tinggal membeli yang baru bocah. Lagipula kau tak harus minum susu setiap hari." Ucap Jisoo santai dengan matanya yang menatap tv yang tertempel di dinding ruang rawat VVIP itu.

Dengan cepat Lisa berjalan lalu merebut susu kotak itu dari tangan Jisoo. Tidak sopan memang, Tapi siapa perduli? Isi kepalanya hanya susu coklatnya.

"Ya! Kau ini kenapa?"

"Aku ini masih masa pertembuhan tau. Aku harus minum susu agar tambah tinggi." Lisa mengucapkan itu dengan suara anak kecil lalu menghempaskan dirinya ke sofa.

Jisoo yang mendengar itu tertawa sejadi jadinya. Entah apa yang merasuki Lisa hari ini. Tingkahnya hari ini benar benar berbanding terbalik dari hari hari sebelumnya.

"Menggelikan! Dasar bodoh." Umpat Chaeyoung kepada Lisa sembari tertawa, mereka tertawa bersama, melupakan susu coklat kini yang hanya terdiam di atas meja.

"Ya! Lalisa, apa yang kau makan? Eoh? Perlukah ku panggilkan dokter?" Sungguh, Jennie lah yang tertawa paling keras di antara mereka. Bahkan ia kini tidak bisa berdiri karena lemas menertawakan tingkah Lisa.

"Lisa lapar." Lisa berucap lagi lagi dengan nada anak kecil. Tawa Mereka semakin menggelegar. Jisoo tertawa hingga terbatuk dan hampir memuntahkan isi perutnya.

Bbukkk

Suara itu berasal dari Lisa yang terjatuh akibat lemparan bantal dari Chaeyoung. Tingkah adiknya hari ini membuatnya berpikir keras.

"Kau sangat menggelikan dasar bodoh." Chaeyoung berucap dengan nada tinggi. Tak dipungkiri dia mulai muak dan kesal melihat Lisa seperti itu.

"Unnie"

"BERHENTILAH KEPARAT!" Chaeyoung berteriak sejadi jadinya. Tawa Jennie dan Jisoo bersahut sahutan. Bahkan Lisa sang pelaku pun terbahak bahak saat ini.

Lisa memang pemecah suasana mereka. Ketika ada Lisa semua yang ada di hadapannya akan menjadi lelucon bagi mereka. Kebahagiaan mulai mendatangi mereka satu persatu. Berharap tidak ada masalah yang akan merusaknya.

Palembang, 15 September 2022.

Banyak juga yang kangen ya. awokawok maklum umur segini lagi bucin bucinnya.
bdw, affh iyh ga mau mampir ke cerita sebelah?

bdw, affh iyh ga mau mampir ke cerita sebelah?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

di cek di profil ya
live tembus 10 k aku up

Cuardach Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang