Pagi ini Jisoo membuka matanya, ia tersenyum tipis melihat kamar yang ditidurinya. Dia menyangka semuanya hanya mimpi. Jisoo tak pernah mengira bahwa dirinya adalah anak salah seorang petinggi di Korea Selatan. Jisoo sedikit mengumpat kepada Ayahnya. Kenapa tidak mencarinya sedari dulu, maka dia akan hidup senang sedari dahulu juga.
Namun, Jisoo merasa sedikit bersyukur dengan kesusahan yang pernah di alaminya. Berkat kesusahan itu dia bertemu dengan Lisa, Chaeyoung dan Jennie. Teman yang menurutnya sangat mewarnai hari-harinya. Tingkah konyol Chaeyoung dan Lisa juga kadang Jennie bergabung dengan keduanya itu membuat rasa lelah Jisoo sedikit berkurang.
"Eoh? Kau sudah bangun rupanya." Suara lembut nan halus mengalihkan pandangan Jisoo. Dia melihat Minyoung yang sepertinya berniat membangunkannya.
"Nde, Eomma." Jisoo mengangguk dan memberikan senyuman canggung di bibirnya.
Tak bisa dipungkiri, Bahwa Jisoo masi belum terbiasa dengan kehadiran dua orang tuanya. Dia bukan orang yang mudah beradaptasi, dengan Lisa dan Chaeyoung pun butuh beberapa hari untuk mereka bersikap santai.
Minyoung mengusap kepala Jisoo dengan lembut. Kenyamanan mulai tersalur ke dalam hati Jisoo. Tangannya terulur mengambil Ponselnya untuk mengambil gambar kejadian ini.
"Huh? Mati? Padahal aku mengisi dayanya semalaman." Ucap Jisoo dengan herannya. Pandangan Minyoung tertuju pada sebuah kabel pengisi daya milik Jisoo, menarik ujungnya dengan pelan, Jisoo sedikit terkejut ketika kabel pengisi daya itu tidak terhubung kepada Powerbank yang digunakannya semalam.
"Lain kali pastikan kabel pengisi dayamu terpasang dengan benar, hm?" Jisoo hanya mengangguk mendengar omongan Minyoung, terdengar kekehan dari mulut Minyoung saat menyadari bahwa anaknya itu masih sedikit canggung padanya.
"Sooya, Appa mu telah mengumumkan identitasmu yang sebenarnya kepada publik." Matanya membelalak. Jisoo tidak menyangka bahwa Seojoon akan mengungkap identitasnya secepat ini dan juga TANPA persetujuaannya.
"Bukan kah ini terlalu cepat, Eomma? Bahkan dia melakukannya tanpa izinku."
Minyoung hanya diam mendengar ucapan Jisoo. Dia pun berpendapat yang sama. Dulu Minyoung dan Seojoon mengungsikan anak-anaknya karena ancaman penculikan dari pesaing bisnisnya. Dan berakhir keempat anaknya hilang.
Minyoung takut hal itu akan terulang lagi. Namun Seojoon adalah Seojoon. Di tak ingin dibantah. Mau tak mau Minyoung menuruti keinginan suaminya.
"Sudahlah, Mari kita sarapan." Putus Minyoung akhirnya yang di angguki Jisoo. Keduanya berjalan berdampingan menuju meja makan. Seojoon sudah siap menunggu disana dengan setelan rapinya.
"Ya! Apa kalian itu pengantin? Cepatlah, Appa sudah lapar."
......
Jennie menyambar mantel dan kunci mobilnya dengan gelabakan. Pagi ini Jennie terbangun karena telepon dari Lisa. Lisa mengatakan bahwa Chaeyoung sakit dan tidak ingin minum obat jika Jisoo tidak ada. Itu membuat Lisa kalang kabut, ia menelfon Jisoo berkali-kali namun ponselnya tidak aktif.
"Haish, Lihatlah penampilanku."
Melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi, tangannya terus menekan tombol Telepon pada nomor Jisoo namun hasilnya nihil, tak ada jawaban.
Jennie mengeram kesal. Tak biasanya Jisoo seperti ini. Sesibuk apapun Jisoo, dia tak pernah mengabaikan panggilan dari siapapun. Terlebih lagi orang itu Jennie.
Mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan, Jennie bahkan tak perduli fakta bahwa beberapa orang menelaksoninya atau bahkan mengutuknya dengan keras. Yang ada dipikirannya saat ini hanya Chaeyoung.
Jennie memarkirkan mobilnya lalu bergegas keluar dari mobil itu. Sekali lagi, dia menatap tampilannya pagi ini. Satu kata yang bisa mengambarkannya, berantakan. Dia masih dengan baju tidurnya, memakai mantel sebagai luaran dan rambut yang masih berantakan.
Tak mau memikirkannya lebih lanjut. Jennie dengan cepat menaiki tangga dengan berlarian. Membuka pintu Apartement itu dengan sedikit kasar. Memasuki kanar dengan tergesa, Jennie dapat melihat Chaeyoung dengan wajah pucatnya serta Lisa yang setia mengenggam tangannya.
"Chaeyoung-ah."
Lisa serentak menoleh mendengar suara itu. Dia melihat Jennie dengan tampilan berantakannya.
Jennie melangkahkan kakinya ke arah Chaeyoung dan Lisa. Tangannya ter ulur memegang dahi Chaeyoung. Alangkah terkejutnya Jennie ketika suhu tubuh Chaeyoung sangat tinggi.
"Chaeyoung-ah, tubuhmu panas. Kerumah sakit ya?" Perkataan Jennie itu disetujui oleh Lisa. Chaeyoung hanya menggeleng lemah. Yang dia ingin saat ini adalah Jisoo bukan rumah sakit.
"Soo unnie. Aku ingin Soo unnie."
Jennie dan Lisa tertegun mendengar ucapan Chaeyoung. Tak masalah jika Chaeyoung hanya ingin di rawat oleh Jisoo. Tapi saat ini Jisoo benar-benar tidak bisa dihubungi. Jennie bahkan sudah lelah menghubunginya. Begitu pun Lisa.
"Soo unnie akan ada dirumah sakit. Jadi sekarang kita kerumah sakit, hm?" Ucap Jennie dengan tangan yang mengelus puncak kepala Chaeyoung.
Chaeyoung hanya terdiam. Tak ingin membuang waktu lebih lama, Jennie dan Lisa segera membawa Chaeyoung ke dalam mobil Jennie. Tanpa perlawanan Chaeyoung memasuki mobil berwarna biru itu.
Tangan Lisa tak henti hentinya mengelus pergelangan tangan Chaeyoung. Matanya menyiratkan perasaan khawatir. Bahkan air matanya hampir menetes melihat keadaan Chaeyoung saat ini.
"Lisa-ya, Unnie Gwenchana. Jangan menatap unnie seperti itu." Lisa terhenyak. Dia melupakan fakta bahwa Chaeyoung tidak suka dikasihani. Chaeyoung tersenyum sejenak lalu memejamkan matanya kembali berperang melawan kepalanya yang berdenyut hebat.
"Chaengie, kau harus kuat hm?"
.....
Selesai dengan aktivitas makannya, Jisoo meraih ponselnya yang sudah cukup terisi daya. Menghidup ponsel itu, perasaannya mulai tidak karuan. Sederet panggilan tak terjawab dari Jennie serta Lisa memenuhi ruang obrolan pesannya.
Jendeukie🐱
last seen recentlyMissed Call
Missed CallChaeyoung sakit. Dia hanya ingin dirimu. Aku mengatakan bahwa kau ada di rumah sakit. Segeralah ke Yeongsang Hospital. - 06.45 KST
Menyambar jaketnya dengan cepat, Jisoo berlari menuruni tangga. Seojoon dan Minyoung yang melihat itu hanya terdiam. Meneriki sopir dengan keras, dengan berlarian memasuki mobil sport berwarna hitam pekat itu.
"Yeongsang Hospital, sekarang."
Palembang, 24 Juli 2022
siapa kangen cung
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuardach
Hayran KurguBerpisah sejak kecil? bahkan mereka terpisah saat mereka tak mengerti apapun. Tinggal disebuah panti yang berbeda membuat mereka tak saling mengenal satu sama lain. mencari kesemua tempat tapi lupa memeriksa apa yang ada di sebelahnya.