Cuardach : 38. Pilihan

842 91 11
                                    

Setelah pertengkaran kedua 'ayah'nya. Jennie memilih acuh tak acuh, dia lebih memilih pergi bersama Taeyong. Tidak terlalu memikirkan masalah yang baru di hadapinya. Toh selama ini Jennie telah terbiasa dengan hidupnya yang sepi.

"Siapa yang kau pilih Jennie?" Ujar Taeyong secara tiba tiba yang membuat Jennie terbangun dari lamunannya. Jennie melirik Taeyong sekilas lalu menyunggingkan senyum dengan tatapan kosong.

"Apa? Kedua ayahku? Tidak satupun." Jennie berucap dengan santai lalu kembali melanjutkan acara lamunannya tadi.

Taeyong tidak menganggapinya. Dia mencoba memposisikan dirinya sebagai sahabatnya. Entah hal apa yang akan dia lakukan jika dirinya menjadi Jennie. Sedikit bayanganpun tidak pernah terlintas di pikiran anak itu. Sungguh dia tidak tahu hal apa yang harus dia lakukan.

Tangannya bergerak menggenggam jemari Jennie yang sedari tadi di gigit oleh sang empu. Taeyong risau. Banyak hal yang melintas dipikirannya.

"Aku tiba tiba terpikirkan ini. Mungkin kepalamu masih sangat penuh. Tapi, Jennie... kasus ini sangat mencurigakan, ya?" Ujar Taeyong sedikit gelagapan.

Jennie mendelik mendengar omongan Taeyong. Dia jengah dengan semua kejadian ini. Namun, di satu sisi Jennie juga merasa janggal akan semua yang terjadi.

"Mereka menculikku, lalu seolah olah sengaja meninggalkan sebuah ponsel agar aku dapat memberi kabar pada dunia luar, mereka juga mengikat aku dan Lalice dengan lembut, apa ini dapat di sebut penculikan?" Kata kata yang keluar dari mulut Jennie membuat Taeyong menginjak pedal rem secara mendadak.

Taeyong menoleh menghadap Jennie. Mereka saling tatap seolah saling mengerti dan memberi isyarat.

"Perpecahan!"

Keduanya mengucapkan kalimat itu secara bersamaan. Mereka merasa bodoh karena baru menyadari hal ini beberapa jam setelah kejadian itu terjadi. Bahkan mereka melihat perpecahan itu tadi.

Keduanya menyandarkan kepala mereka dengan rasa frustasi yang menumpuk. Terlebih Jennie yang terlihat sangat sangat terbebani sekarang ini.

Dibayangannya hadir sekelebat dirinya dan Jisoo. Jisoo kakaknya? Apa akan ada perpecahan juga antara dirinya dan Jisoo? Jennie ingin memilih untuk acuh. Namun banyak hal yang tidak dapat dia biarkan.

........

17 jam setelah kejadian itu terjadi. Lisa membuka matanya, disebelahnya ada Chaeyoung yang memegang tangannya, juga Jisoo yang tertidur pulas di kursi di hadapannya.

Matanya berkeliling mencari satu lagi personil yang kurang di antara mereka. Tangannya tergerak menggoyangkan bahu kakak kembarnya.

Karena usikan dari Lisa, Chaeyoung terbangun. Matanya berbinar melihat Lisa yang menatapnya, Lisanya hidup. Namun rasa sesak menjalar ketika dia menyadari tubuh adiknya yang di penuhi luka.

"Bodoh. Aku tidak percaya kau percaya dengan orang asing. Kau tau betapa kami meng-khawatirkan kau? Aku, Jisoo serta yang lain menglhawatirkanmu bodoh. Jennie menghilang, lalu tiba tiba kau ikut menghilang. Menghilang saja semua orang di dunia ini." Lisa menyeringit.

"Diam, atau aku pingsan lagi." Chaeyoung jengah. Dengan cepat memukul kepala adik kembarnya. Kekehan terdengar dari mulut seseorang yang melirik mereka. Lisa dengan pasti menggenggam tangannya.

"Jennie adalah adikmu. Ini keren." Ujar Lisa yang kembali mendapatkan kekehan dari Jisoo. Air mata ketiganya menetes.

Wajar. Tidak ada yang mengira bahwa Jennie adalah anak Park Seojoon. Senyuman terukir diwajah mereka. Entah apa yang mereka pikirkan. Tapi sepertinya pikiran mereka sama.

Cuardach Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang