Cuardach : 21. Big Slap In His Face

1.4K 205 2
                                    

Ruangan rapi tetapi sedikit lembab dengan banyaknya rak buku. Cat dinding bernuansa gelap, sebuah laptop menyala dan seorang laki laki paruh baya yang sedang memutar puntung rokok ditangannya.

"Sudah kau temukan?" Tanyanya tanpa basa basi. Menatap lawan bicaranya dengan tatapan yang membuat lawan seakan tercekik.

"Sudah, aku bahkan menemukan latar belakangnya" Ucap pria lainnya dengan nada angkuh.

"Katakan" Menunjuk kursi dihadapannya menyuruh lawan bicaranya duduk. Menatapnya dengan intens dan mulai menyamankan diri.

"Dia adalah seorang anak dari panti asuhan, setelah kurang lebih satu tahun berada di panti asuhan itu seorang wanita bermana Kim Taeyon. Namun sayangnya setelah satu setengah tahun merawat Jisoo, Kim Taeyon meninggal." Suara panjang lebar itu mampu membuat Seojoon tertegun. Dia membayangkan betapa sulitnya anak anaknya hidup selama ini.

"Sejak Kim Taeyon meninggal, Jisoo berkerja untuk memenuhi kebutuhannya. Beruntungnya saat itu masih banyak orang baik yang sering memberinya makanan. Sejak kecik dia berkerja di dermaga untuk mengangkat kotak kotak ikan ke mobil box" Air mata Seojoon menetes mendengar itu. Mengetahui kesulitan satu anaknya saja sudah membuatnya sehancur ini, bagaimana dengan ketiga anaknya yang lain?

"Bagaimana dengan sekarang? Dimana dia tinggal sekarang?" Ucap Seojoon sembari menyeka air matanya kasar.

"Beberapa hari yang lalu kami memeriksa Apartement yang pernah di tempati Kim Taeyon Serta Jisoo. Apartementnya sangat kecil dan kumuh" Pria berbaju serba hitam ini menjeda kalimatnya.

"Jisoo tak lagi tinggal disana. Dia di usir dari sana karena tidak bisa membayar uang sewa Apartement selama tiga bulan" Menyesap rokoknya dalam dalam, Seojoon mengusak rambut belakangnya frustasi.

"Kau kehilangan jejaknya?" Suara Seojoon melirih. Semua orang mungkin akan merasa iba ketika melihat keadaan Seojoon sekarang.

"Tidak, kamu telah menemukan keberadaannya sekarang" Seojoon menegak kan badannya mendengar ucapan itu.

"Dimana anak ku?"

"Sebuah Apartement kumun di Gangnam-gu. Dia tinggal bersama dengan dua temannya" Seojoon menyeringai mendengar perkataan itu. Sebentar lagi dia akan membawa anaknya pulang.

"Dan" Pria berbaju hitam itu kembali membuka suaranya.

"Dia bertemen dengan Jennie Kim. CEO sukses termuda tahun ini, pengusaha terkaya di korea selatan setelah dirimu" Ucapnya lalu berlalu pergi begitu saja.

"Tunggu Appa Jisoo-ya, Appa akan membawamu pulang bersama Eomma dan Appa lagi" Ucapnya dengan girang lalu keluar dengan semangat dari ruangan bernuansa gelap itu.

........

"Terdakwa dijatuhi hukuman satu setengah tahun penjara atas tuntutan penyerangan. Persidangan hari ini di tutup"

Tokk Tokk Tokk~

Palu di ketuk tiga kali. Ke empat gadis itu tersenyum puas setelah memenangkan persidangan. Membungkuk hormat pada pengecara yang telah membantu mereka lalu keluar dari ruang sidang.

"Apa kalian melihatnya? Mukanya terlihat sangat menyedihkan tadi" Jisoo berucap dengan tawa yang keluar dari mulutnya. Dia sangat puas ketika orang yang menyakiti Chaeyoung mendekam di dalam penjara dalam waktu yang cukup lama.

"Tapi aku belum puas, aku ingin menampar pipinya. Sekali saja, setelah itu aku akan melepaskannya" Ucap Lisa sembari mengepalkan tangannya kuat.

"Kau sangat ingin melakukannya?" Jennie bertanya dan menatap Lisa dengan sangat serius. Tanpa berpikir dua kali Lisa menganggukinya.

"Tunggu sebentar" Ucap Jennie lalu berlari dengan kencang kembali masuk ke dalam ruang sidang.

"Ya! Jennie-ya! Kau ingin kemana?" Teriakan Jisoo terdengar sangat jelas di telinga Jennie. Namun Jennie tak memperdulikannya dan terus berlari meninggalkan ketiga gadis itu.

"Petugas!" Langkah Jennie terhenti ketika melihat dua Polisi membawa pelaku penyerangan Chaeyoung keluar dari ruang sidang.

"Oh, Nona Jennie? Ada apa?" Petugas Polisi itu memberi senyum yang cerah kepada Jennie.

"Bisa ikut aku sebentar? Adik ku mempunyai keperluan dengan kalian. Maksudku dengan bedebah ini" Ucap Jennie menunjuk lelaki yang tangannya diborgol.

"Tentu" Mengikuti langkah Jennie dari belakang. Kedua petugas Polisi itu tak bisa mengalihkan pandangan mereka dari Jennie. Mereka sangat kagum kepada perempuan yang berjalan di depan mereka saat ini.

Langkah Jennie menyepat ketika melihat tiga gadis yang menunggu di depan mobilnya. Menarik lengan pria paruh baya itu di ikuti oleh dua Polisi berbadan kekar dibelakang mereka.

"Jennie-ya, mengapa membawa mereka?" Jisoo bertanya dengan berbisik di telinga Jennie. Sedangkan Jennie hanya memberi senyuman dan berjalan ke arah Lisa.

"Bukan kah kau ingin menamparnya? Tamparlah sekencang yang kau mau" Ucap Jennie kepada Lisa yang membuat Ketiganya tersentak.

Sebelumnya Jennie memang sudah bernegosiasi dengan dua Polisi itu. Yang dilakukannya memang salah, menyogok Polisi agar Lisa bisa menampar Lelaki ini. Tapi dia tak perduli. Keinginan Lisa lah yang dia pikirkan saat ini.

"Bolehkah?" Tanya Lisa ragu dan menatap dua Petugas Polisi yang berjaga di belakang lelaki itu. Seakan mengerti, keduanya Polisi itu menganggukan kepala mereka.

Senyum terbit di bibir Lisa. Dia sangat bersemangat sekarang. Walaupun dia masih tak percaya bisa memukul seseorang di hadapan dua Polisi. Menggulung baju lengannya. Mengangkat tangannya tanpa ragu menampar Lelaki itu dengan keras.

Suara tamparan terdengar sangat jelas, beberapa orang mulai menolah ke arah mereka. Namun mereka kembali mengalihkan pandangannya karena tatapan tajam dari Jennie.

"Bolehkah aku menamparnya juga?" Jisoo beetanya ragu.
"Tentu saja!" Mereka semua terkecuali lelaki yang menjadi samsak dadakan hari ini menjawab omongan Jisoo dengan riang.

"Ya! Kenapa tidak langsung kau bunuh saja aku?" Ucap lelaki itu dengan nada bergetar.

"Diam. Ini untuk kau yang telah menyakiti adik ku" Jisoo melayangkan tangannya dengan kencang di pipi lelaki itu. Chaeyoung bertepuk tangan girang melihat itu.

"Sudah cukup. Kekesalan kalian sudah terbalaskan jadi ayo pulang sekarang" Semuanya mengangguki ucapan Jennie.

........

"Aku sangat puas!" Lisa berseru dengan girang di dalam mobil Jennie. Memandangi tangannya yang baru saja menampar pipi seseorang dengan sangat keras.

Ini adalah pertama kalinya Lisa menampar orang lain. Selama ini dia selalu diam tak membalas ketika dia disakiti, namun hari ini dia mengangkat tangannya untuk seseorang yang telah menyakiti kakak kembarnya.

"Rasanya aku ingin melakukan itu kepadanya berulang ulang. Sayangnya aku tak bisa" Jennie menginjak pedal rem secara tiba tiba nya ketika mendengar ucapan Lisa.

"Ya! Bisakah jangan menginjak rem secara tiba tiba?" Chaeyoung berteriak marah, pipinya sudah cukup sakit karena dipukul oleh pria itu dan sekarang harus terbentur kursi pengemudi mobil karena ulahnya.

"Apa kau ingin menamparnya lagi Lisa? Aku bisa membayar Polisi itu untuk membiarkanmu memukulinya hingga kau puas" Jennie berucap santai.

"Ya! Kau gila?" Jisoo dan Chaeyoung menjerit secara bersamaan. Keduanya tidak akan membiarkan Lisa melakukan hal itu.

"Kalian ini kenapa? Aku hanya menuruti kemauan Lisa" Ucap Jennie dengan malas.

"Ayo pulang, aku mengantuk" Putus Lisa lalu menyenderkan kepalanya di bahu Chaeyoung dan memejamkan matanya.

Palembang, 7 Februari 2022.

Note :

Ciee yang daring lagi gara gara omicron. voteny ya

Cuardach Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang