Cuardach : 05. Getting Close?

1.6K 209 0
                                    

Angin malam biasanya akan di hindari oleh kebanyakan orang, namun tidak dengan Jennie. Duduk diam di pagar pambatas rooftop kantornya itu tanpa rasa takut membuat orang mengiranya ingin bunuh diri.

"Ya! Jennie-ya kau ingin bunuh diri?" Teriakan itu mampu menyadar kan Jennie dari lamunannya. Menatap sekretarisnya yang terlihat panik, Jennie segera turun dari pagar pembatas.

Sedangkan Lee Taeyong, sekretaris sekaligus sahabat karib Jennie itu tampak cemas dan khawatir, tak biasanya jennie bersikap begini.

"Jennie-ya, ada apa dengan mu? Apa yang sedang kau pikirkan?" Jelas sekali di wajah taeyong jika dia tengah cemas

"Entahlah, aku pun tidak mengerti dengan pikiranku. Aku menginginkan orang tua ku." perkataan Jennie tentu membuat Taeyong menegang. Bukan kah orang tua Jennie berada di sisinya? Lalu kenapa dia menginginkan orang tuanya?

"Bukankah---" ucapan Taeyong terputus ketika Jennie berlalu begitu saja.

"Apa ada yang dia sembunyikan dari ku?"

..........

Bulan telah berganti dengan matahari, kini terdapat 3 gadis cantik yang sedang bersiap untuk melakukan aktivitasnya sendiri.

Jisoo yang bersiap berangkat ke pelabuhan untuk bekerja mengangkat ke box box ikan, Chaeyoung yang bersiap berangkat ke cafe dan Lalice yang bersiap untuk kuliahnya.

"Chaeyong-ah, Lili-ya aku berangkat duluan." Jisoo berucap dengan pelan

"Nde Unnie berhati hati lah." Chaeyong membalas ucapan Jisoo. Jangan heran dengan panggilan akrab itu, Chaeyong yang memintanya.

Sebenarnya Jisoo masih sangat canggung dengan Chaeyong mau pun lalice namum Chaeyong memaksa. Dan untuk panggilannya terhadap Lalice tentu Chaeyong juga yang memintanya, menyebutkan nama adiknya itu sangat susah.

Berjalan dengan langkah gontai, tanpa sadar kini Jisoo telah sampai di pelabuhan.

"Jisoo-ya! Ayo angkat box ini." Teriak salah satu rekan kerjanya, Bae Suzy.

"Nde unnie, aku segera kesana."

.........

kini Lisa tengah berada di kamar mandi kampusnya, karena Lisa merupakan orang yang masuk Universitas ini melalui Beasiswa banyak teman teman kampusnya yang mem bullynya, seperti yang dia alami saat ini

Saat hendak ke cafetarian di Universitas tersebut, salah satu teman— ah maksudku salah satu gadis yang tidak menyukainya sengaja menumpahkan minumannya di baju Lisa.

"Menyebalkan. Aku berharap menjadi bodoh saja." gerutu Lisa yang sedari tadi sibuk membersihkan noda di bajunya

alasan Nayeon membencinya sebenarnya sangat sepele, hanya karena Lisa melebihi kepintarannya.

"Lisa-ya, apa kau di rundung lagi?" ucap satu satunya teman dekat lisa di kampus ini, Kang Seulgi.

"Kau tidak berniat melawan Lisa-ya? Mereka akan terus mem bullymu jika kau terus menerus diam." Seulgi menatap sendu ke arah lisa, dia cukup prihatin dengan gadis di hadapannya ini

"Gwenchana, ini hanya masalah kecil." Jawab lisa datar dan berlalu pergi meninggalkan Seulgi dengan ke khawatirannya

Lisa bukan tak ingin melawan, Lisa hanya takut jika melawan beasiswanya akan di cabut. Seulgi hanya menatap Lisa dengan Lirih. Jika dirinya adalah orang yang berkecukupan maka dia akan membantu Lisa. Namun kondisinya bahkan sama dengan Lisa.

Begitupun Lisa. Dia merasa sangat muak dirundung setiap harinya. Dia ingin berteriak bahwa dia ingin diperlakukan secara baik.

Terkadang Lisa berpikir. Apa yang salah dari mereka semua? Dirinya dijauhi bahkan dimusuhi hanya karena dirinya pintar? Bukan kah akan lebih baik berteman dengannya? Setidaknya mereka bisa meminta Lisa mengajarkan sedikit caranya jika mereka tidak tahu.

"Gwenchana, Lisa-ya. Ayo kita berjuang sedikit lagi, Eoh?" Terdengar bada yang sangat lembut dari suara yang baru dikeluarkan Seulgi.

Hati Lisa menghangat. Dirinya meras beruntung mendapatkan teman sebaik dan setulus Seulgi. Walaupun kadang dirinya bersikap acuh kepada Seulgi, namun Seulgi selalu menberinya perhatian layaknya seorang kakak.

"Gomawo, Unnie."

......

Hari yang sangat melelahkan bagi Chaeyoung. Seperti biasa, dia baru saja menyelesaikan pekerjaan. Duduk disebuah kursi sebuah bus, mengarahkan pandangannya ke luar jendela bus dengan earphone yang menyumbat telinganya.

Meremas perutnya yang sedikit nyeri. Chaeyoung hampir lupa bahwa dirinya belum memakan apapun sedari pagi.

Cafe tempat dirinya berkerja hari ini sangat ramai. Bahkan seluruh pegawai tidak sempat memakan makan siang mereka. Letak Cafe yang berada di dekat sebuah rumah sakit membuat Cafe ini mempunyai banyak pengunjung. Selain dekat Cafe tempat dirinya berkerja juga menjual makanan dengan harga murah dan rasa yang enak.

"Noona."

Chaeyoung menoleh, terlihat disana seorang anak laki-laki memakai seragam sekolah dengan cengiran di wajahnya. Membuka earphonenya, Chaeyoung terkejut ketika anak laki-laki itu menyodorkan sebuah roti kepadanya.

"Kau mau? Aku baru saja membeli dua roti untuk ku dan teman ku, tapi dia tidak menyukai rasa durian. Ini ambilah. Aku tak mungkin memakan dua roti."

Senyum manis terbit di bibir Chaeyoung setelah mendengar anak itu berucap. Tangannya terulur mengambil roti dari genggaman anak itu. Merasa sangat bersyukur masih ada orang baik yang memberinya makanan.

"Kamsahamnida. Tapi, siapa namamu?" Ucap Chaeyoung sambil menepuk kursi disebelahnya mengisyaratkan anak itu agar duduk disebelahnya yang langsung saja di turuti.

"Namaku Jihoon."

Percakapan panjang terjadi di antara mereka. Canda dan tawa terlontar. Keduanya merasa sangat dekat. Tanpa sadar, Chaeyoung kini telah sampai di tujuannya.

"Eoh, ini pemberhentianku. Sampai jumpa lagi Jihoonie. Terimakasih, rotinya enak." Setelah itu Chaeyoung beranjak dari kursinya. Meninggalkan Jihoon yang masih dengan senyumnya.

Palembang, 12 November 2021

Cuardach Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang