Prolog

390K 25.5K 1.1K
                                    

-Happy Reading-

Byuurr

HAHAHAHA

Tawa ketiga cewek pembully itu pecah saat melihat wajah Aurel yang memakai kacamata itu basah karena siraman jus. Bahkan seragam gadis lugu itu juga basah karenanya.

Semua hanya bisa menatap kasihan. Tidak ada yang menolong bahkan, orang yang dia anggap sahabat saat ini bergelayut di lengan  cowok yang dia cintai.

Kedua Abang kembarnya dan temannya yang melihat dari meja pojok kantin juga diam saja dengan wajah yang tak menunjukkan raut khawatir sedikit pun seolah itu sudah menjadi tontonan biasa bagi mereka. Aurel hanya bisa menunduk menahan tangis.

Dunia sangat kejam!

"Heh! Cewek cupu lo jelek banget sih"

"Ululuuu kasian tuh mukanya tambah jelek"

"Sana gih, bikin semua orang yang dikantin ga nafsu makan gara-gara liat muka lo"

Aurel didorong hingga ia tersungkur dilantai. Ia berusaha menutupi seragam bagian dadanya yang hampir tercetak jelas dalamannya.

Dengan tertatih dia berusaha berdiri, pergi meninggalkan area kantin menuju tempat yang sepi. Ia marah,malu, tapi ia tidak berani melawan. Sepanjang koridor banyak yang memperhatikannya dengan iba,dan juga ada yang tertawa mengejeknya.

🦋🦋🦋

Adhitama High School. Saat ini sekolah tersebut ramai karena para wali murid rapat mengambil raport anaknya masing-masing.

Begitu juga dengan Aurel, tetapi bukan Papanya yang mengambil raport hasil ujian tersebut. Melainkan Bi Minah asisten rumah tangga sekaligus orang tua yang merawatnya sedari bayilah yang disuruh Papa-nya mengambil rapot.

Sedih. Itu yang ia rasakan. Disaat semua siswa diambilkan oleh salah satu anggota keluarganya tetapi dia tidak. Walaupun begitu, Aurel tetap bersyukur masih ada orang yang sayang dengan dirinya seperti Bi Minah.

"Ini Non raportnya. Selamat ya Non Aurel peringkat pertama!!" Ujar Bi Minah dengan gembira. 

Aurel tersenyum lalu memeluk wanita paruh baya didepannya itu "Makasih ya Bi, karena selalu ada untuk Aurel" ujarnya.

"Sama-sama Non, Bibi sayang banget sama Non Aurel, yang sabar ya semua pasti akan indah pada waktunya" ujar Bi Minah menenangkan.

Aurel mengangguk sambil tersenyum dengan air mata yang mengalir dipipinya. Ia memandang kedua Abang kembarnya yang saat ini bersama Papanya di kejauhan. Terlihat Papanya sangat bahagia, pasti kedua Abangnya itu mendapat nilai bagus di kenaikan kelas 12 nya ini.

Tak sengaja pandangan Papanya beetemu dengannya. Papanya hanya memandanginya dengan wajah dingin sesaat. Setelah itu merangkul kedua putranya untuk pergi.

Aurel tersenyum getir. Hatinya sakit seperti ditusuk, dicabik, dikoyak melihat papanya tidak memperdulikan dia. Air matanya menetes, Bi Minah yang melihat itu pun berusaha untuk menenangkan Nonanya walau dia sendiri juga sangat sedih.

"Aurel juga pengen Pa digituin" batinnya.

🦋🦋🦋

Seorang cewek dengan penampilan badgirlnya saat ini sedang mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Cewek itu akan pulang menuju apartemennya sehabis nongkrong dengan teman-temannya.

Maurel, ya itu namanya. Dia tidak pulang ke rumah karena menurutnya percuma saja. Mama dan Papanya sudah bercerai dan sekarang sibuk dengan urusan masing-masing. Tak memperdulikan dia, mereka hanya memberikan uang, uang dan uang.

Tapi bukan itu yang diinginkan Maurel. Gadis itu hanya ingin sedikit perhatian dari orang tuanya. Walaupun mereka sudah bercerai.

Jalanan licin karena hujan yang turun sore hari ini. Tapi itu tak membuat ia memelankan laju motornya. Dia tak peduli jika nanti akan kecelakaan, karena itu lah yang ia inginkan.

Kecelakaan lalu mati. Pergi dari dunia ini.

Penglihatannya memburam karena air hujan yang mengenai helmnya. Sehingga dia tidak tau jika lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Dia terus melaju hingga truk menabraknya dari arah samping.

Brakk

Disatu sisi. Kini terlihat seorang gadis yang masih memakai seragam sekolahnya saat ini sedang duduk dipinggir makam bersama seorang wanita paruh baya disampingnya dengan membawa payung untuk melindungi dari hujan deras sore ini.

"Hiks hiks, Aurel capek Maahh. Aurel udah gak kuat sama semua ini" keluh Aurel memeluk nisan yang bernama Clara Devandra.

"Udah Non, Non Aurel gak boleh ngomong kayak gitu. Harus semangat, Bibi tau kalau ini semua berat buat Nonn"

"Hiks, Mama pasti bahagiakan disana. Aurel ikut Mama aja yah, Aurel gak mau didunia ini lagi"

"Iya, Aurel cuma mau sama Mama" ujarnya sambil menghapus kasar air matanya.

"Bi, maafin Aurel. Tapi Aurel mau sama Mama, Aurel gak tahan sama sikap keluarga Aurel" lanjutnya pilu.

Bi Minah yang mendengar itu pun tercengang sambil menggelengkan kepalanya menahan lengan Maurel yang kini sudah berdiri.

"Non Aurel gak boleh ngomong kayak gitu, Bibi gak suka ah sama omongannya"

Aurel hanya menatap Bi minah dengan senyum sedihnya. Dengan suara hujan yang deras, dan sesekali suara dan kilatan petir yang menemani mereka berjalan ke luar dari area pemakaman.

"Bibi mau beliin Aurel teh hangat disana?" Pinta Aurel menunjuk warung yang berada sedikit jauh di samping kanannya.

"Non Aurel kedinginan yah, kalo gitu Bibi beliin dan Non bisa masuk dulu ke dalam mobil" jawab Bi Minah. Aurel hanya mengangguk. 

Setelah menyuruh sopir membuka pintu mobil, Bi Minah pun berjalan mendekati warung tersebut dan memesan se-cup teh hangat. Lalu ia memberikan uang setelahnya.

Belum sempat ia membalikkan badan, wanita itu mendengar suara yang menbuat jantungnya berdetak kencang setelah melihatnya.

Braakk

"NON AUREL!!"

🦋🦋🦋























HAI!!

Welcome to my story!!

Gimana prolognya??

Vote dan komen sebagai apresiasi❤️!!!

Transmigrasi: I'am not Aurel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang