Hai Readers ❤️
•
•
•
•
•
-Happy Reading-
"Anda mau bicara tentang apa?" Ujar Maurel to the point. Kini dia berada di ruang kerja Alex, Papanya. Alex pun menghela nafas pelan sebelum menjawab.
"Sebelumnya, Papa mau minta maaf sama kamu" Maurel hanya diam, hal itu membuat Alex melanjutkan bicaranya.
"Papa sadar jika selama ini, Papa punya banyak salah sama Maurel. Papa minta maaf, tolong maafkan. Papa akan lakuin apapun untuk mendapatkan maaf kamu, nak" ujar Alex.
Raut wajah pria itu terlihat begitu menyesal dan juga sedih. Maurel hanya menatapnya datar.
"Maurel, tolong maafkan Papa" Alex meraih tangan Maurel yang berada di atas meja lalu menelungkup wajahnya dikepalan tangan mereka.
Maurel berusaha menarik tangannya, "Apa alasan saya memaafkan anda?" Tanya Maurel.
Alex menggeleng dengan wajah sendu "Jangan berbicara formal seperti itu, nak" ujarnya.
"Anda mempunyai banyak sekali salah sama saya. Mulai dari saya saat balita, oh bukan mungkin waktu saya masih bayi? Sampai sekarang"
"Dulu saya hanya menginginkan kasih sayang anda, apa itu sulit? Apa saya tidak pantas mendapatkannya saat itu? Apa saya salah telah lahir didunia ini?" Ujar Maurel dengan raut wajah tenang. Tapi tidak dengan hatinya yang kini sedang bergemuruh.
"Dan saat saya berada di titik paling rendah hingga saya sendiri ingin mengakhiri hidup. Tapi saya ingat, Mama pasti kecewa jika saya bunuh diri. Mama akan beranggap jika saya tidak menghargai perjuangannya dulu saat melahirkan"
"Maurel sangat sayang Mama" ujar Maurel pelan. Gadis itu menunduk hingga air matanya menetes. Entah perasaan apa yang ia rasakan saat ini. Seharusnya dia tidak merasakannya bukan? Karena dia bukan Aurel.
"Dan sayang Papa juga, walaupun Papa dulu gak pernah sayang sama aku" lanjutnya menatap Alex dengan berlinang.
Alex bangkit dari duduknya dan langsung meraih Maurel ke dalam pelukannya. Air mata yang sedari tadi ia tahan kini menetes.
"Maafkan Papa.. maafkan Papa, Maurel" bisik Alex dengan mengusap rambut Maurel penuh sayang tak lupa memberinya kecupan juga.
Maurel semakin menangis dengan diam. Ia sangat rindu dengan pelukan seperti ini. Pelukan dari seorang ayah. Hal yang sederhana, tapi tak mampu ia dapatkan di kehidupannya dulu sebagai Maurel bukan Aurel.
"Maafkan Papa,nak. Papa berjanji akan menebus semua kesalahan Papa dulu ke kamu" ujar Alex.
"Tolong jangan hukum Papa, cukup mengingat hal bodoh yang Papa lakukan dulu saja sudah membuat papa sangat menyesal" mohon Alex.
Maurel mengangguk dengan masih menangis dalam pelukan Alex. Ia memejamkan matanya hingga tak sadar ia tertidur.
***
Suara kicauan burung dan juga matahari yang kini menerangi bumi membuat suasana pagi ini sungguh hangat.
Seperti hari biasanya, Maurel akan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
"Mama ndapapa? Ata Mama aya abis angis?" Tanya Nio menghampiri Maurel yang baru saja turun dari tangga.
"Gapapa Nio, mata Mama abis digigit nyamuk jadi begini" jelas Maurel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: I'am not Aurel
Fiksi Remaja"Gue, Maurel Callista. Gak akan lagi ngemis perhatian dari mereka" ⚠️REVISI BERJALAN ⚠️ INI ADALAH CERITA FIKSI! APAPUN BISA TERJADI DI SINI, TIDAK COPAS ATAU PLAGIAT MILIK SIAPAPUN! Bagaimana jika gadis berwajah dingin, badgirl, dan sejuta luka dih...
