Hai Readers ❤️
•
•
•
•
•
-Happy reading-
Hari ini setelah pulang sekolah lebih awal, Maurel memutuskan untuk bersantai ria di dalam kamarnya. Mungkin saat ini otaknya butuh istirahat untuk semua hal kemarin.
Gadis yang memakai kaos berwarna putih ini sangat tidak ingin menyia-nyiakan waktu seperti ini.
Tetapi seperti ada yang janggal dalam pikirannya. Tapi entah apa itu. Tak mau berfikir lebih keras ia pun tak memperdulikannya.
"Kapan lagi gue tenang dirumah ini tanpa diganggu suara berisik mereka" ujar Maurel. Maksud dari perkataan Maurel adalah Dua abang kembarnya itu yang biasanya membawa teman mereka ke rumah.
***
"Ya mau gimana lagi, gue harus lebih licik dari dia dong" cetus Justin dengan bangga.
Marsel menggelengkan kepalanya pelan. Meletakkan gelas yang berisi minuman itu di meja kerjanya.
"Kalo ada perlu bantuan, lo bisa hubungin gue" ujar Marsel.
"Hem, makasih banget" jawab Justin.
Mereka memang akrab jadi tak heran bila sedang berdua seperti ini mereka menggunakan bahasa yang lebih santai.
Tok tok tok
"Ada apa?" Tanya Marsel mendapati Exel sekretarisnya.
"Maaf mengganggu Tuan, saya mau mengatakan jika Tuan muda Nio sedang menuju perjalanan ke sini" lapornya.
Marsel menghela nafas pelan, ia mengibaskan tangannya mengerti. Exel pun pamit undur diri.
"Gak biasanya Nio kesini? Ada apa?" Sahut Justin.
"Dia merengek untuk bertemu dengan Maurel akhir-akhir ini" jawab Marsel.
"Yaudah, tinggal anterin dia ke rumah" ujar Justin enteng.
Marsel menatap Justin sedikit kesal, "Lo emang brother yang buruk ya" ujarnya.
"Gue tau yah kalo adik gue kemarin-kemarin dapet masalah di sekolah" jawab Justin serius setelah mengerti apa maksud ucapan Marsel.
Cklek
Kedua pria tampan itu menatap ke arah pintu yang memunculkan sosok imut Nio.
"Papa" panggil bocah kecil itu.
Marsel langsung merubah raut wajahnya dengan senyuman, ia merentangkan kedua tangannya dan disambut Nio.
"Ngapain ke sini boy?" tanya Marsel menangkap tubuh mungil Nio lalu menggendongnya. Tak lupa mencium pipi tembam anak itu.
"Au ain ama papa"
"Papa kan lagi kerja. Emang kenapa gak main sama Oma dirumah?" Nio menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Yaudah Nio main di sini atau mau main di rumah? Kalo main di rumah kita pulang dulu yah"
"Di ini ama papa, oh iya Nio mo ecim" Jawab Nio dengan memancarkan raut antusia saat mengatakan dia menginginkan es krim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: I'am not Aurel
Teen Fiction"Gue, Maurel Callista. Gak akan lagi ngemis perhatian dari mereka" ⚠️REVISI BERJALAN ⚠️ INI ADALAH CERITA FIKSI! APAPUN BISA TERJADI DI SINI, TIDAK COPAS ATAU PLAGIAT MILIK SIAPAPUN! Bagaimana jika gadis berwajah dingin, badgirl, dan sejuta luka dih...
