27. Jebakan

100K 8.5K 463
                                        

Hai Readers ❤️





-Happy Reading-

Dua hari sudah terlewatkan setelah Maurel bermain di kediaman Adhitama. Pada hari itu dia menemani Nio hingga pulang larut malam. Saat ia sampai ke rumah, Justin terus menceramahinya bahkan sampai keesokan hari.

Mungkin jika Alex juga berada di rumah. Pria paruh baya itu juga akan seperti Justin. Perihal Nio, semua keluarga Devandra mengetahui. Awalnya mereka tidak suka tetapi setelah Justin berusaha membujuk Alex akhirnya mereka pun memutuskan untuk menerima Nio.

Maurel awalnya hendak memberi pilihan kepada Alex jika pria itu tidak menerima Nio. Tau apa yang akan menjadi pilihan, Justin terlebih dahulu memohon kepadanya agar ia saja yang membujuk Alex.

Kini Maurel sudah duduk di kursi yang terdapat di depan kelas. Entah angin apa yang merasukinya sehingga ia berangkat lebih pagi kali ini.

"Maureell!!" Seru Yura dan Gabirella menyapa.

Kedua gadis cantik itu datang berbarengan dengan Samudra dan ketiga temannya dibelakang mereka.

"Tumben kalian berangkatnya bareng?" Tanya Maurel heran sambil melepaskan earphone yang ia kenakan.

"Gak sih, orang kebetulan aja jalannya barengan" jawab Yura.

"Pagii cantik-cantikkuu!!" Sahut Alvino dengan gaya playboy.

"Dih si najis" cemooh Gabriella dengan lirikan sinis mengarah ke Alvino.

Bara membekap mulu Alvino yang hendak membalas perkataan Gabriella. "Pin, mending lo diem daripada kenak amuk dia" ujarnya.

"Gk usah bekep mulut gue juga anjir, dan sekali lagi nama gue itu Alvino jangan panggil Pino dong"

"Orang pantes" sahut Gerald.

"Duhh berisik banget sih kalian! Udah pergi ke kelas lo pada sana!" Usir Yura.

"Ilehh orang kita mau nemenin si bos ke Maurel kok" ujar Alvino.

"Ada apa?" Tanya Maurel.

"Emmm, ma-mau ngomong-"

"Bos, lo gagap?" Sahut Alvino dengan mentap heran Samudra, membuat Samudra menatapnya tajam.

"Lo sarapan apa sih, cerewet mulu dari tadi"  gumam Bara dengan geram.

"Udah gini aja, Rel. Mending lo pergi dulu sama Samudra kayaknya ngomongnya butuh privasi. Lagian juga bel masuk masih lama" saran Yura.

Maurel mengangguk, ia pun memberi isyarat kepada Samudra melewati mata untuk mengikutinya.

***

"Yurr, ini berapa lama lagi sih bel-nya bunyi" gerutu Gabriella dengan raut wajah lemasnya.

"Bentar lagi" sahut Yura, gadis itu masih fokus menulis catatan yang ada di depan.

"Lo tumbenan amat sih?" Tanya Gabriella memicingkan mata.

"Gue mau jadi anak yang rajin nih"

"Palingan juga cuma sehari"  sahut Maurel yang duduk dibelakang mereka. Yura mendengar hal tersebut pun terkekeh.

"Tau aja lo, Rel"

Kringg kringg

"Gass menuju kantin!"  Seru Gabriella.
Yura dan Maurel menggelengkan kepala melihat tingkah laku sahabat mereka itu.

Transmigrasi: I'am not Aurel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang