Hai Readers ❤️
•
•
•
•
•
-Happy Reading-
"Exel kamu selesain sisanya" ujar Marsel sambil mengambil jas yang berada di sandaran kursi miliknya.
"Maaf tuan, tapi kata tuan Justin anda-"
"Kamu ini sebenarnya bekerja dengan siapa? Siapa bos kamu?" Tanya Marsel menatap kesal sekretarisnya itu.
Exel pun sedikit gugup menjawab, "Eh, saya bekerja untuk anda tuan dan juga pastinya bos saya adalah tuan Marsel" jawabnya.
"Tuh tau"
"Jadi kerjakan sisanya ini. Saya mau ke Nio dulu" lanjut Marsel.
Mau tak mau Exel pun mengangguk sambil tersenyum kaku. Nasib menjadi bawahan Marsel ya seperti inilah.
"Oh yah, apa menurut kamu saya harus membawa buah tangan ke sana?" Ujar Marsel dengan ekspresi bertanya-tanya.
"Hah? Maksud tuan-"
"Gajadi. Saya udah tahu" potong Marsel. Exel menghela nafas lelah tapi tak urung ia tetap tersenyum. Sangat menyebalkan, batinnya.
"Setelah ini selesai. Kamu susul saya kesana" perintah Marsel. Diangguki paham oleh Exel. Setelah itu Marsel pun keluar dari ruangan.
Pria tampan dengan balutan jas rapih itu melewati semua karyawannya yang menundukkan kepala dengan wajah datarnya
Mobil sudah siap berada di depan loby perusahaan. Bodyguard yang sedang bertugas bergegas membukakan pintu mobil untuk bos mereka tersebut.
Perjalanan ditempuh selama beberapa menit hingga saat ini mobil telah masuk melewati gerbang rumah keluarga Devandra.
Satu bodyguard rumah itu membukakan pintu mobil untuk Marsel, "Silahkan Tuan, Tuan Justin berada di ruang tamu" ujarnya dengan hormat.
Memang saat diperjalanan tadi dia sempat memberi pesan kepada Justin jika ia akan kesana. Tentu saja Justin bersikeras menyuruh Marsel menyelesaikan pekerjaannya dulu. Tapi begitulah Marsel, pria keras kepala yang sayangnya sangat tampan.
"Hi dude" sapa Justin.
"Sekretaris lo lemah yah gak bisa nahan lo buat gak pergi kesini" lanjutnya.
Marsel duduk di sofa ruangan itu, "Dia bekerja buat gue jadi wajar kalo dia nurutnya sama gue" jawab Marsel.
Justin terkekeh pelan "Lalu apa tujuan lo kesini bukannya gue udah bilang kalo Nio bakalan nginep. Lo gak akan ikutan nginep juga kan"
"Gue cuma mau memastikan kalo Nio beneran ada di sini" jawab Marsel dengan wajah angkuhnya.
"Dasar pembohong"
"Terserah kalo gak percaya"
Bi Minah datang dengan membawa dua cangkir kopi lalu dihidangkan di depan mereka dengan sopan setelah itu wanita paruh baya itu pamit pergi.
"Nio mau kemana ih!" Seru Maurel mengalihkan pandangan kedua pria itu.
"Mama angkap Nio!" Seru Nio dengan tawa kecilnya.
"Jangan lari nanti kamu jatuh" Maurel pun berhasil menangkap bocah itu sebelum dekat dengan tangga.
"Hehe solly mama" Maurel tergelak mendengar Nio berbicara kata sorry dengan cadel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: I'am not Aurel
Teen Fiction"Gue, Maurel Callista. Gak akan lagi ngemis perhatian dari mereka" ⚠️REVISI BERJALAN ⚠️ INI ADALAH CERITA FIKSI! APAPUN BISA TERJADI DI SINI, TIDAK COPAS ATAU PLAGIAT MILIK SIAPAPUN! Bagaimana jika gadis berwajah dingin, badgirl, dan sejuta luka dih...
