HAPPY READING 🦋
Kegiatan demi kegiatan mereka lalui. Seperti mengadakan lomba tarik tambang, memindahkan air, dan lainnya. Mereka menikmati camp tersebut dengan gembira.
Meskipun tangan Maurel sakit, itu tidak membuat ia tidak ikut bersenang-senang. Tetapi tetap saja, Dio dan Gio melarangnya jika kegiatan itu beresiko untuk tangannya yang sakit.
Dua malam telah mereka lalui, dan ini adalah kegiatan terakhir mereka yaitu duduk mengelilingi api unggun.
Api unggun cukup besar, jadi mengurangi hawa dingin di sekitar. Meskipun mereka sudah memakai jaket dan baju tebal lainnya.
"Selamat malam anak-anak!"
"Selamat malam!!"
"Baiklah, ini adalah kegiatan terakhir disini karena besok kita sudah pulang ke rumah masing-masing. Jadi di acara api unggun ini, kalian bebas menunjukkan keterampilan kalian disini. Yang mau bernyanyi silahkan, yang mau ngelawak pun dipersilahkan" ujar guru pembimbing.
"Pak pak!! Saya mau nembak cewek gapapa pak?!" Seru Alvino.
"Memang kamu mau nembak siapa hah!? Mau dipenjara nembak anak orang disini?"
"Maksudnya tuh nembak dijadiin pacar bukan mayat!" Jelas Alvino gemas.
"Lah terserah saya dong mau ngomong apa" jawab guru itu songong.
"Kok ngeselin!?"
"Kamu tuh yang ngeselin. Nunjukin keterampilan kok malah nembak cewek"
"Ya biarin, daripada nembak cewek lewat WhatsApp"
"Udah pak, kalau bapak ladenin malah bapak yang darah tinggi" sahut Bara. Guru tersebut geleng-geleng kepala sambil mengelus dada sabar.
"Jadi siapa nih yang mau nyanyi!!" Seru Yura.
"Gue aja" sahut Bara.
Fyi, Bara ini salah satu cowok yang gemar sekali bernyanyi. Jadi jika masalah suara jangan diremehkan. Bahkan dia sering membuat anak-anak basecamp terhibur akan nyanyiannya.
Samudra menyerahkan gitar yang ada dipangkuannya kepada Bara. posisi duduk Samudra ada di di kanan Bara sedangkan kiri Bara ada Alvino.
Maurel dan kedua sahabatnya duduk di sebelah Samudra dengan Maurel yang diapit Samudra dan Yura.
Sedangkan Kenzie,Zidhan dan si kembar Dio Gio ada disebrang mereka terhalang api unggun.
Bara mulai memetik senar gitar menimbulkan suara yang merdu. Intro lagu Hati-hati di Jalan karya Tulus itu pun mengalun.
Pada bagian reff mereka bernyanyi bersama seolah mereka sedang melihat konser. Tak lupa ada juga yang menghidupkan flash hp masing-masing.
♪Kukira kita akan bersama
Begitu banyak yang sama
Latarmu dan latarku
Kukira takkan ada kendala
Kukira ini kan mudah
Kau aku jadi kita♪Suara merdu Bara benar-benar menghipnotis semua orang yang ada di sana. Kecuali Samudra yang menikmati wajah cantik Maurel yang memejamkan matanya dengan senyum tipis.
♪Hati-hati di jalan♪
Lagu diakhiri dengan tepuk tangan meriah. Bahkan para cowok ada yang bersorak-sorai.
Bara menyunggingkan senyum lebarnya puas atas hiburan yang telah ia lakukan."Gilaa Baraa suara lo merdu bangett!!" Seru Gabriella.
"Ah lo bisa aja" jawab Bara tersipu malu. Alvino meraup wajah tersebut, "Gk usah sok malu-malu dugong lo" ujarnya.
"Anjir tangan lo bau tanah oneng!" Alvino cengengesan.
"Udah Sam liatinnya, sampai segitu banget lo" ujar Yura.
Samudra yang tersadar langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Maurel melihatnya sambil menaikkan alis heran.
"Samudra ngeliatin lo lama banget tadi" goda Yura.
"Biarin, dia punya mata" cuek Maurel.
Samudra berdehem singkat menghilangkan rasa malunya. Sedangkan ketiga temannya menatapnya dengan geli dan senyum-senyum tidak jelas.
"Apa lo" ketus Samudra.
"Ah elah si bos, bisa malu juga" goda Alvino.
Kenzie yang memperhatikan mereka dari sana menahan rasa marah bercampur irinya karena melihat Samudra yang terlihat dekat dengan Maurel.
***
Esok harinya semua bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing setelah membereskan tenda dan barang-barang camp lainnya.
"Baiklah, semuanya sebelum pulang marilah kita berdoa terlebih dahulu agar kita selamat sampai di rumah. Dan untuk besok, sekolah mengizinkan kalian libur hanya satu hari, ingat itu" ujar guru tersebut.
"Gak nambah pak liburnya?" Ujar salah satu cowok.
"Kamu mau nambah? Gapapa tapi pas masuk sekolah ruang BK menunggumu"
Setelah ceramah singkat tadi. Akhirnya mereka pun berjalan ke bus yang telah disediakan. Perjalanan diisi dengan canda tawa, ada juga yang tidur karena tak tahan mengantuk.
Seperti saat berangkat tadi, sekarang Maurel juga duduk bersama dengan Samudra. Maurel hanya pasrah, lagian dia juga mengantuk karena tadi malam dia tidak bisa tidur dengan nyaman.
"Ngantuk?" Tanya Samudra. Maurel menjawabnya dengan anggukan pelan.
Setelah mencari posisi yang nyaman untuk tidur, akhirnya ia pun memejamkan matanya.
Samudra mengambil bantal leher dari kursi belakang, yang tak lain tempat duduk Yura dan Gabriella."Gue pinjem bantalnya" pinta cowok itu.
"Hah? Buat apa" ujar Yura. Samudra menunjuk Maurel yang tidur. Yura mengangguk mengerti, ia pun mengambil bantal leher itu dan menyerahkannya kepada Samudra.
"Nih" Samudra menerimanya tak lupa berucap terimakasih.
Cowok itu memasangkannya ke leher Maurel, membuat Maurel sedikit terusik namun segera Samudra mengusap-usap rambutnya.
Ia juga mengarahkan kepala Maurel di pundaknya agar cewek itu lebih nyaman. Perhatian-perhatian kecil itu juga tak luput dari pandangan kedua sahabat Maurel.
Yura dan Gabriella saling memandang dengan tatapan seolah mereka sedang berbicara. Lalu mereka pun tersenyum geli melihat dua orang itu.
***
Jangan lupa vote!
-To be continued-
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: I'am not Aurel
Teen Fiction"Gue, Maurel Callista. Gak akan lagi ngemis perhatian dari mereka" ⚠️REVISI BERJALAN ⚠️ INI ADALAH CERITA FIKSI! APAPUN BISA TERJADI DI SINI, TIDAK COPAS ATAU PLAGIAT MILIK SIAPAPUN! Bagaimana jika gadis berwajah dingin, badgirl, dan sejuta luka dih...